Pesta Abu-abu

7.4K 612 149
                                    

#Abu-abu ya, bukan sabu-sabu =_=)/

Didedikasikan kepada orang yang telah mengusulkan cerita 'Pesta Abu-abu', seorang sobat Author sekaligus pembaca The Last Blue:
Elda Sindy Aprilia

Terima kasih sudah memberi masukan, usulan, dan dukungan ^-^)/

◇◇◇◆◆◆◇◇◇◆◆◆◇◇◇

-Blu-

Keluar malam di Ghostana Lent itu bukan pilihan yang menyenangkan. Ada saja sesuatu yang ganjil di tempat ini. Bahkan menjadi lebih janggal ketika malam. Aku sangat takut, bulu kudukku menyembul sedari tadi bak orang kedinginan. Aku merasa ada burung hantu yang mengikuti kami dan juga hantu-hantu jahil. Aku selalu mendengar cekikikan aneh dari tiap ruas jalan.

"Kau yakin tahu rumahnya, Kak Blu?" tanya Lavina yang melayang lambat di belakangku.

"Yakin, lewat sini!" Kutarik lengannya agar ia melayang lebih cepat. Kami menyusuri jalanan sepi dan gelap dengan hati-hati. Ghostana Lent di malam hari bukan main gelapnya,  serasa buta kalau tak punya penerangan. Aku menyorotkan lentera ke depan mencari arah yang benar. Cahaya kuning terang dari lentera benar-benar membantu pengelihatanku.

Kami sampai di lapangan dalam waktu singkat. Telingaku tak tahan mendengar suara cekikikan aneh dari balik punggunggku yang terdengar sejak kami melintasi tikungan Jalan Kewtop. Entah itu suara Lavina atau bukan, yang pasti itu sukses membuat kakiku bergerak cepat. Kembali lentera kusorotkan ke penjuru lapangan. Kali ini aku harus teliti. Tidak boleh ada penguntit di sekitar sini. Terutama gadis bernama La Debris itu.

"Hi..hi..hi..." Terdengar cekikikan pelan di telinga kiriku.

"Nyihihihihihihihihi!!" Lavina tiba-tiba terbang dengan cepat menembus tubuhku.

"Argghh!! Hentikan, Lavina!!" bentakku marah hampir seperti berbisik. Aku tak mau ada yang mendengar kami. "Kenapa kau tiba-tiba kumat, hah?!"

Ia menyeringai. "Hihihi! Kejahilan terasa lebih seru di malam hari," timpalnya, aku hanya memutar bola mataku. Benar, semua hantu pasti berpikir begitu.

"Ini bukan waktu yang tepat," gerutuku.
"Lavina, aku mau kau mengikutiku." Ugh, maafkan aku, Ave! Aku tidak bermaksud membocorkan rahasia tentang portal ajaib ini. Tapi, ini satu-satunya jalan tercepat.

Ia mengangguk-angguk tak jelas, kuanggap itu sebagai 'ya'. "Apa kau percaya sihir, hal ajaib, dan semacamnya?" tanyaku.

Ia mengangguk.

Aku menggaruk rambutku karena bingung. Aku sungguh bukan tipe orang yang suka membocorkan rahasia orang lain dan melukai kepercayaannya. Ave percaya padaku, itu sebabnya dia memberiku satu rahasia besar, yaitu portal ini. Tapi aku.. aku malah membocorkannya. Teman macam apa aku ini? Maafkan aku, Ave. "Bagaimana ya.. pokoknya kau harus mengikuti semua yang kulakukan dan kuucapkan, setuju?"

Ia mengangguk lagi.

"Ikuti aku," kataku sambil memeriksa sekali lagi keadaan sekitar sebelum naik ke pohon beringin. Aku menggandeng tangannya. "Ayo ucap bersama."

"Antar kami ke rumah Letra, jangan di kolam renangnya," ucap kami bersamaan sebelum melompat ke portal ajaib.

Maafkan aku Ave, aku sungguh merasa bersalah.

..ZIING..

◇◇◇◆◆◆◇◇◇◆◆◆◇◇◇

Ukh, silau.. di mana aku?
Aku membuka mata perlahan. Suara bising pun mulai mengacaukan gendang telingaku. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali untuk beradaptasi dengan ruangan terang ini.

The Last BlueWhere stories live. Discover now