Bukan Seseorang

10.1K 906 92
                                    

-???-
*sudut pandang tidak diketahui

Pandanganku tak lepas dari jendela besar di kamarku. Cahaya matahari yang masuk menerangi kamar gelapku bak cahaya lampu redup yang jarang sekali bisa kunikmati manakala hari mulai terang.

Aku berjalan pelan mendekati jendela, menyentuh kusennya yang lapuk seraya memandangi langit dan tersenyum.

Aku terduduk, tatapanku masih tak lepas sedikitpun dari langit kelabu. Hari ini langit tampak sedikit berbeda, tidak segelap hari-hari biasanya. Bisa dibilang cukup terang dibanding hari lain. Kutopangkan tanganku di bawah dagu, kupejamkan mata, dan berjemur sambil merasakan seakan-akan hangatnya sinar mentari mampu menembus kulitku. Walau tidak terasa sama sekali, namun aku merasa nyaman.

Cuaca yang sangat kurindukan.

Aku rindu sekali saat-saat dimana cahaya mentari menghangatkan tubuhku yang kedinginan, menembus tiap inci kulitku hingga hangatnya terasa hingga ke tulang. Aku rindu sekali saat ia membuat kamarku yang dingin dan gelap menjadi terang dan hangat.

Ke mana perginya sang surya? Apakah ia membenci tempat ini hingga tidak pernah kembali? Sudah lama sekali. Cahaya mentari tidak pernah lagi masuk semenjak awan-awan gelap itu menggumpal di langit Ghostana Lent. Menggantikan posisi sang surya dalam hidupku.

Kapan ya pernah seperti ini? Sepertinya dulu langitnya pernah terang seperti hari ini. Entah kenapa aku merasa tenang dan nyaman kalau cuacanya bagus dan ditambah lagi langitnya cerah. Aku pernah di situasi ini, tapi kapan? Kapan terakhir kali aku merasa setenang ini?

◇◇◇◆◆◆◇◇◇◆◆◆◇◇◇

Aku sedang main di luar bersama Twen. Twen itu kucingku. Bukan milikku sih, dia hanya kucing liar yang kuanggap teman. Waktu itu, kami sedang kejar-kejaran di jalanan. Senangnya bukan main. Tiap kali Twen datang aku benar-benar merasa terhibur. Walau jarang bertemu, namun Twen dan aku tetap akrab bermain. Biasanya dia datang saat aku sedih. Aku tidak tahu bagaimana caranya dia tahu aku sedang demikian. Senang rasanya punya teman yang mengerti keadaanku disaat orang lain melihatku saja bahkan tidak. Meski ia tak mengerti bahasaku, aku tetap senang. Aku ini kesepian setiap hari.

Hidupku sangat hambar dan hatiku sakit tiap kali aku mencoba melengkapi ingatanku yang cacat. Untunglah aku punya Twen. Keberadaannya membuatku berpikir kalau sebenarnya aku tidak sendirian. Di luar sana pasti ada teman yang tetap di sisiku.

Kami masih berlarian dan aku terkekeh sepanjang jalan sebab Twen membuatku kewalahan. Hingga akhirnya ia berhenti dan celingukan. Aku ikut berhenti karena kukira ia lelah. Tapi, ia malah berlari ke arah yang tidak biasa. Aku mengikutinya sampai tiba di suatu tempat. Di situ Twen berguling-guling di sebelah seorang perempuan. Nampaknya ia orang baru dilihat dari banyaknya barang yang dipindahkan dari luar ke dalam, ia pasti tinggal di sini. Aku masih memerhatikan Twen dan orang itu dari balik semak-semak karena aku tidak mau ia membuatku ketahuan. Karena penasaran, aku mencoba curi pandang untuk melihat mata gadis itu, mungkin warnanya sama seperti punyaku.

SRAT.

Ia menoleh cepat ke arahku. Mata kami bertatapan dan aku menyadari kalau matanya biru. Takut ketahuan, aku pun langsung menghilang. Aku tahu ia penasaran dan mencoba mencariku. Ia sangat lucu, padahal aku hanya pindah ke atas pohon. Tapi, ia tidak dapat menemukanku. Hihihihi... Hahahahaaa! Sungguh aku tak sanggup menahan tawa, ia dodol sekali. Bukannya mencariku lagi, ia malah lari terbirit-birit ke dalam rumah. Karena masih penasaran, aku mengikutinya masuk ke rumah. Dan aku melihat orang tuanya. Ayahnya bermata biru juga, sedangkan Ibunya bermata hijau. Mereka semua sangat sibuk mondar-mandir memindahkan kardus. Aku memutuskan untuk melihat-lihat ke atas. Ada satu ruangan yang membuatku sangat penasaran. Saat aku memasukinya, di dalamnya terdapat kasur dan cermin besar. Cukup familiar. Pikirku. Lalu aku duduk di atas kasur mencoba mengingat-ingat di mana aku pernah lihat cermin dan kasur ini.
BRAK!

Hah!? Aku langsung menghilang sebab kaget saat pintu kamar itu dibanting. Anak itu kasar sekali. Masuk dengan membanting pintu. Mengingatkanku pada seseorang. Tapi siapa ya? Sudahlah aku tidak ingat. Aku hanya memperhatikannya dalam diam saat ia menata barang-barangnya. Sesaat setelah ia pergi aku mulai beraksi. Aku melihat-lihat semua barang-barangnya. Dan yang paling mengganjal pandanganku adalah koleksi sepatunya. Tersusun dengan warna yang terbalik. Anak itu kidal ya? Masa urutan pelangi saja salah. Harusnya begini yang benar. Aku pun mengubah urutan sepatu itu tanpa sepengetahuannya. Setelah itu, aku turun untuk melihat apa yang ia lakukan di bawah. Ia sedang mendiskusikan warna cat rumah bersama orang tuanya. Aku tertawa saat melihat mereka berkata 'Biru' bersamaan. Hahaha. Mereka lucu sekali. Lalu, setelah itu aku pergi keluar menemui Twen. Ternyata ia masih tiduran di luar menungguku. Saat melihatku ia langsung bangkit dan kembali mengajakku main. Kami pun kembali kejar-kejaran.

◇◇◇◆◆◆◇◇◇◆◆◆◇◇◇

Esoknya, tepatnya sore hari. Aku main di depan rumahku sekadar lari-larian di jalan. Awalnya aku menunggu Twen, namun ia tidak datang-datang dan akhirnya aku main sendirian. Tiba-tiba ada seseorang berlari dan memanggil. Aku rasa itu orang yang kemarin. Mungkin aku bakal dikira GR kalau berpikir ia sedang memanggilku. Toh aku ini hantu. Ia tidak akan melihatku meski aku berdiri dengan jarak 5 cm di depannya. Namun, siapa sangka ia benar-benar bermaksud memanggilku? Sungguh? Bagaimana bisa? Kurasa kemarin dia juga tidak bisa melihatku, kan? Aku sungguh kaget, meski hampir tidak pernah berbicara dengan manusia, kemampuan berbicaraku masih lancar kok, karena aku sering mengobrol dengan Twen. Hari itu dia tersasar. Aku berniat untuk mengantarnya karena aku pikir ia pasti habis kecelakaan sebab kepalanya memar. Sepanjang jalan kami mengobrol. Saat itu juga aku mengetahui kalau namanya Blu. Dari semua keluarga yang ada, hanya mata biru yang belum kuketahui. Jarang sekali ada yang bermata biru di Ghostana Lent. Dulu juga pernah ada gadis bermata biru, namun sekarang ia sudah mati.

◇◇◇◆◆◆◇◇◇◆◆◆◇◇◇

Wassup guys? Gimana chapter kali ini? :D

Kalian pasti tau ini sudut pandangnya siapa, bisa diliat dari foto mulmed sama alur ceritanya..

Kasih kritik dan saran dong untuk cerita The Last Blue ini {:

Ikutin terus ya kisahnya! Jangan lupa...

★VOTE & COMMENT★

5 Votes and 3 Comments for Next Chapter

Gracias
-Arasther♡

The Last BlueWhere stories live. Discover now