Chapter-12: Memulai Segala Tentang Mereka

Start from the beginning
                                    

"Mama nggak apa-apa ditinggal Lou?"

"Harusnya yang khawatir itu Mama karena ini pertama kalinya kamu masuk sekolah yang bikin kantong Mama jebol. Pokoknya, jangan takut kalau ketemu sama anak-anak gedongan yang belagu dan sombong, yes? anak Mama yang cantik?"

Itu Mamaku yang sebenarnya. Entah kenapa meski dia kadang bersikap sangat lugas, aku malah khawatir kalau diam-diam dia menyembunyikan luka yang tidak kentara. Seperti apa katanya tadi, dia menyekolahkanku di SMA mahal dengan kualitas sepadan, makanya aku mati-matian memperjuangkan beasiswa di sana. Tentu doa yang terbaik selalu aku terbangkan untuknya dan Papa.

"Menantu, udah sarapan belum?" seloroh Mama begitu kami sudah di ruang tangah. Tuh, tuh, tuh! Ma!

"Belum," jawab Alex yang terdengar mengikuti peran. Dia menurunkan seleting jaketnya sebelum kemudian menyalami Mama. Mereka memang kompak sekali bersikap seperti itu.

"Kenapa belum?" nada khawatirnya melebihi yang dia berikan padaku. I'm okay. "Tuh sarapan dulu. Ambil menu apa aja terserah."

"Buru-buru, Tante. Hari ini ada pembukaan tahun ajaran baru jadi semua siswa harus tepat waktu datangnya."

"Ooooou. Ya sudah. Kalau dibungkusin mau tak? Pakai kertas nasi. Nanti kalian bisa makan siang bareng. Bagus kan? Uang jajannya bisa kalian tabung."

"Pakai kertas nasi?" aku ingin tertawa membayangkan aku dan Alex makan berdua dengan kertas nasi di sekolah seelit itu. "Dibungkus boleh, tapi pakai tempat bekal aja Ma, masa kertas nasi. Kasihan Alex nya."

Alex menatapku. "Nggak usah, Tante. Saya makan di kantin aja nanti. Saya bakal ajak Lou keliling sekolah biar nggak nyasar."

"Aku nggak bakalan nyasar."

"Siapa tahu?"

Aku hanya mengangkat bahu.

Sedikit obrolan seperti ini cukup untuk memulai pagi. Mama dan Alex. Kalau bisa, harusnya juga ada Papa. Aku harap hari ini ada kabar baik.

Setelah itu Alex mengkode dengan gerakan kepala agar kami berangkat sekarang.

Kami berpamitan sama Mama kemudian. Dan setelah memastikan segala keperluannya sudah aku bawa termasuk tas biola, kami berangkat. Aku bisa melihat tatapan optimis Alex saat dia menyoroti benda itu.

"Aku harap kamu sudah memutuskan," katanya saat memakaikan helm di kepalaku. Jangan berlebihan Alex, meski aku sangat menyukai perlakuan ini.

"Memutuskan untuk lain kali harus pesan Gojek lebih pagi supaya kamu nggak perlu jauh-jauh mampir ke sini."

"Apa?" dia mengetuk helm di kepalaku seperti pintu. "Hello, Miss Louisa? Tanpa mampir pun aku pasti lewat rumah kamu. Orang sejalur juga. Mumpung kelewat kan sekalian. Lagian, memulai hari dengan sesuatu yang manis itu baik buat jantungku."

"Sesuatu yang manis?"

Dia mengerjap, lalu menowel hidungku.

"Ih!"

Dia meringis sambil memasang helmnya sendiri. "Kamunya udah sarapan belum?"

"Lagi nggak selera."

Dia menghentikan gerakannya. "Semalam bilang kamu belum makan. Dan sekarang belum sarapan? Gila."

"Udah deh, berangkat aja ayo."

"Lou, upacara pembukaan tahun ajaran baru itu bakal lama. Panas juga."

"Kamunya juga belum sarapan."

"Tapi aku makan malam. Ada bekal di perut. Lambung cowok itu lebih kecil dan cepet penuh, beda sama cewek, makanya kadang doyan makan tapi ajeg saja berat badannya. Dan aneh aja kalau kamu nggak semangat makan. Nggak mungkin kan kamu lagi diet?"

THE CRITICAL MELODY [Sudah Dibukukan]Where stories live. Discover now