Surabaya, 17 Mei 2021

609 27 0
                                    

Perutku sudah semakin besar, sedangkan Veona sudah melahirkan seorang jagoan yang tampan mirip dengan bapaknya yaitu Rendy.

Tadi pagi, aku dan Radit datang ke rumah sakit untuk melihatnya. Waktu itu aku seolah membayangkan bahwa Rendy adalah Radit yang memiliki rasa bahagia ketika melihat seorang anak kecil yang baru melihat dunia. Ya, suatu saat aku kan seperti Rendy dan Veona. Beruntungnya Veona waktu itu mampu melahirkan dengan cara normal dan semua berjalan lancar. Bayi dan ibunya pun sehat aku bisa melihat ekspresi Veona yang sedikit lemas namun tertutupi dengan aura bahagianya sehingga muncul ekspresi ketegaran di raut wajahnyanya yang ramah.

"Ai, semoga anak kamu perempuan mungkin kita jadi besan," kata Rendy padaku.

"Doakan saja semoga anakku sehat di dalam kandungan." Seolah memahamiku Veona langsung memegang tanganku yang berada di sampingnya sedangkan Radit dan Rendy serentak mengatakan Aamiin.

Setelah dari bangsal Veona aku dan Radit pergi ke dokter kandungan, karena Radit ingin sekali lagi melihat kondisi bayiku. Menurut pemahamanku bahwa jenis kelamain janin dapat diketahui setelah melebihi 18 minggu. Setelah di lakukan pemindaian USG tenyata bayiku adalah perempuan, Radit sangat bahagia waktu itu. Dia tersenyum lebar kepadaku lalu mencium pipiku dengan gemas. Sambil melihat layar yang menampilkan kondisi janinku aku dan Radit saling berpegangan tangan tanpa sengaja membuat garis lengkung senyuman dan tidak sabar menanti kehadiran bayi perempuan ini.

Setelah itu Radit meminta foto hasil USG. Sambil menunggu dokter tersebut merapikan alat kedokteranya bersama beberapa perawat yang membantunya aku merasa sangat haus dan meminta Radit untuk mencari minum. Dia pun menganggukan kepala dan segera keluar dari ruangan. Karena Radit sudah pergi, kesempatan emas bagiku untuk menanyakan soal kehamilan ini kepada dokter secara serius.

"Kehamilan saya aman kan dok?" tanyaku ragu.

"Selama ibu mengikuti anjuran saya dan ibu selalu berdoa kepada tuhan. Semoga apa yang ibu lakukan adalah yang terbaik untuk calon anak ibu."

"Saya masih sering merasa pusing terkadang rasanya sakit sekali, dada saya serasa seperti di tekan, sering juga saya merasa mual."

"Yah, riwayat penyakit sang ibu juga salah satu pengaruh dari proses kehamilan. Saya harap ibu tidak terlalu depresi memikirkan ini. Saya akan bantu dengan segala kemampuan dan pengetahuan saya seperi yang sering saya katakan jangan lupa berdoa setiap saat kepada tuhan."

Beruntung tidak berselang lama setalah itu Radit datang dengan membawa dua botol air minum. Satu diulurkan kepadaku, aku segera meminumnya namun tidak terlalu banyak.

Selang setelah itu aku kembali lagi ke bangsal Veona, karena Radit dan Rendy sudah mulai berkerja dengan bisnis rumah makan. Aku menceritakan semua yang aku bicarakan dengan dokter kandungan tadi kepada Veona. Dengan penuh perhatian dia mendengarkan ceritaku dengan seksama.

"Veona, apapun yang terjadi sekarang hingga besok saat persalinan jangan memberitahukan ini kepada Radit. Aku mohon, aku tidak ingin dia cemas."

"Aku sama Rendy akan menceritakan ini setelah semua terjadi. Semoga bayi dan mbak sehat selalu, jangan terlalu memikirkan semua ini fokuslah pada bayi yang mbak kandung," katanya saat ceritaku selesai.

Setibanya di apartemen dengan ditemani sopir taksi sampai di depan pintu, aku langsung menuju dapur tanpa menunggu lama lagi untuk memasak. Setelah memasak seluruh makanan itu aku memindahkannya di meja makan karena sebentar lagi Radit akan pulang untuk makan siang.

Hingga satu siang dia juga belum datang, aku sekarang berada di kamar dan menulis cerita ini. Duduk di atas tempat tidur dengan posisi ternyamanku yang sebenarnya sulit karena terhalang perutku aku masih bisa menikmati sensasi goresan bolpin ke kertas yang menyisakan jejak tinta yang membentuk tulisan.

Boleh jadi sejak aku ke dokter pertama kali aku secara sengaja tidak menunjukan buku merah ini di depan Radit lagi, aku takut dia mengetahui rahasiaku ini. Kau tahu aku menyimpan buku ini di temoat cuci strika karena Radit tidak akan datang ke sana kecuali dia mengambil jas dan itu pun tidak akan mungkin karena dia sudah tidak memaki jas lagi.

Sudah terlalu sering air mata ini bermuara ke buku merah ini, namun nyatanya ini adalah waktu di mana air mataku sama sekali tidak bisa berhenti menetes sejak si putri kecil ini berada di dalam kandungan. Keyakinanku untuk menjadi ibu sangatlah kuat namun kondisi tubuhku adalag penghambat terbesarku. Aku yakin sekali jika aku pastinya mampu mengatasi ini.

Veona sering bilang, "Katakan cerita mbak kepada mas Radit jika memang mbak sudah tidak mampu menahannya lagi."

Di samping itu Rendy juga pernah bilang kepadaku beberapa waktu lalu, "Jika dulu kamu dan Radit berada jauh komunikasi kalian sangat lancar dan terbuka lantas kenapa jika sekarang berada pada satu atap tidak bisa berterus terang."

Rasa takutku adalah di mana jika aku gagal mewujudkan impian bersana ini. Jika aku menceritakan ini kepada Radit berarti aku gagal menjadi wanita yang aku harapkan. Aku tahu jika sanggup menghadapi ini namun nyatanya aku merasa berada di dasar jurang yang kebingungan mencari jalan sedang suamiku tidak tahu keadaanku.

Mungkin malam ini aku harus menceritakan kepada Radit, boleh jadi aku sering berekspektasi bahwa Radit mungkin akan kebingungan dan dia akan meninggalkan bisnis yang nafu dibangunnya terlebihbterfokus kepada diriku dan aku tidak ingin ini terjadi. Akan tetapi keputasanku untuk mengatakan kepada Radit tidak akan berubah karena ekspektasi adalah hantu yang hanya menakutiku tanpa arah yang jelas. Bisa jadi ketakutan yang belum tentu akan terjadi.

Sepertinya aku mendengar suara bel, aku akan membukanya dulu mungkin itu Radit.

((BERSAMBUNG))

Ketakutan yang belum terntu terjadi karena angan-angab liar ketika menyimpannya dalam-dalam dan adanya rahasia yang tersimpan pasti suatu saat akan terbongkar. Boleh itu besok lusa atau kapanpun itu.

Aila dan Radit (OPEN PO)Where stories live. Discover now