Semarang, 6 Mei 2017

1.5K 95 52
                                    

Ini sudah larut malam tetapi aku tidak ingin beranjak tidur. Kenapa?

Seminggu yang lalu secara tidak terduga ada pesan masuk dari nomor yang tidak aku ketahui. Setelah aku membuka pesan tersebut dia memperkenalkan diri sebagai Radit. Kau tahu, aku sempat berteriak seketika itu aku berdiri mengambil bonekaku dan memasukkan ke dalam lemari agar dia tidak mendegarkanku secara diam-diam. Karena aku tahu boneka itu akan melaporkanku kepada tuannya.

Ada waktu di mana aku kebingungan untuk menjawab pesan tersebut sampai akhirnya aku hanya membalas dengan satu kata yaitu "iya". Tidak berlangsung lama setelah itu dia membalasnya kembali menanyakan kabarku dan dia sedikit menyinggung tentang pesta. Ya, menit-menit berikutnya kami bertukar cerita mengenai pesta masing-masing. Hingga muncul ide liarku mengajaknya jalan, bodohnya diriku waktu itu kenapa aku terburu-buru mengajak pria yang belum seminggu aku mengenalnya.

Kau tahu, dia menolaknya. Lagi-lagi dia membuatku masygul. Huft!. Ini bukan soal kecewa atau benci bayangkan saja apa yang kau rasakan ketika ada yang menolakmu? Sakit kan?

Aku meletakkan ponselku dengan kasar di meja tanpa berniat untuk membalas pesan tersebut. Berjalan menuju lemari dan segera membebaskan boneka beruangku, sambil menggendongnya aku menyadari ponselku menyala di atas meja disertai suara notifikasi lalu aku membuka pesan tersebut. Kau tahu, ini pesan Radit kepadaku. (Maaf aku harus menggulirkan pesan karena sudah tertumpuk dengan pesan-besan baru).

[Radit]
Kenapa harus kamu yang memulai? Biarkan aku yang mengajakmu terlebih dahulu. Tetapi dengan seperti ini aku sudah tahu jika kamu menerima ajakkanku untuk jalan. Atau aku yang terlalu percaya diri? 😂

Setelah membaca pesan tersebut sontak aku melemparkan boneka beruangku ke lantai menganggukan kepala lalu membalasnya.

[Aila]
Sepertinya tanggal 6 Mei tanggal yang bagus?

Aku bisa membayangkan ekspresi dia pasti tertawa kecil saat membaca pesanku. Boleh jadi aku langsung merasa malu mengingat caranya menatapku seolah mengarungi samudra. Berlebihan!

[Radit]
Baiklah, kirimkan alamatmu dua hari lagi.

Boleh jadi aku langsung mengirim alamatku saat itu juga namun tidak bisa terkirim dan usahaku untuk mengirim ulang adalah sia-sia. Akan tetapi setelah dua hari berlalu tanpa aku mencoba untuk mengirimnya pesan tersebut telah terkirim dengan sendirinya. Ajaib!

Tadi malam Radit datang ke rumah sekitar pukul tujuh. Aku memperkenalkannya kepada Mama dan Lisa namun aku tidak memperkenalkan kepada boneka beruangku karena telah aku kunci di kamar. Tidak lama setelah itu aku dan Radit berhasil keluar dari rumah setelah jamuan dari Mama yang menanyakan bagaimana kami bisa berteman. Aku hanya bisa tertawa dalam hati waktu itu, namun Radit menceritakan secara jelas kepada Mama dan Mama langsung tertawa setelah mendengarnya namun Lisa justru langsung menanyakan kepadaku apakah Radit bercerita yang sesungguhnya.

Aku dan Radit pergi ke Semarang bawah, dia mengajakku jalan-jalan di kota lama. Sebelumnya dia memarkirkan sepeda motornya di samping gereja Immanuel lalu kita mengitari kota lama itu dengan berjalan kaki. Walaupun waktu sudah menunjukan pukul sembilan aku dan Radit sama sekali tidak merasa jemu karena suasana yang masih riuh rendah.

Kami duduk di kursi yang ada mejanya di pertigaan Jalan Letjen Suprapto di dekat museum Old City, kami saling berhadap-hadapan dengan dua botol air mineral yang menemani kami berdua. Aku tahu dia diam-diam memotretku dan aku juga tidak mau ketinggalan juga sama memotretnya dalam diam setelah kami menyadari saling mencuro foto lalu kemudian kami berfoto bersama. Saling canda karena hampir semua hasil fotonya satu sama lain tidak ada yang bagus.

Aila dan Radit (OPEN PO)Where stories live. Discover now