Semarang, 31 Desember 2020

466 28 0
                                    

31 Desember 2020

Waktu luang agar aku dapar menulis cerita dan berbagi kepada kau adalah ketika Radit sedang tidur. Perasaan yang penuh dengan ketenangan kian menyelimuti, karena kau tahu jika suamiku berhasil tidur berarti dia mampu mengesampingkan beban pikirannya yang berhari-hari mungkin mengganggunya.

Sebulan ini dia berusaha mencari perkerjaan yang sesuai dengan kemampuannya kecuali yang berhubungan dengan kerja ekstra seperti berlari atau menganggkat barang-barang yang berat. Apa lagi dia berada di Semarang berkali-kali dia mengirim surat lamaran tapi nyatanya setiap ada panggilan selalu surat lamaran itu di tolak. Anehnya, mungkin akan lebih mudah jika datang ke kantornya langsung dan dia akan memcobanya setelah kami pindah ke Surabaya.

Kami sudah mengatur jadwal akan pindah ke Surabaya minggu pertama di bulan januari. Aku pernah cerita jika kami tiggal di rumahku untuk sementara, jadi selama seminggu ini aku dan Radit sibuk memilah barang-barangku untuk yang mana yang akan ditinggal, dibawa ke Surabaya dan mana yang harus disumbangkan. Kau tahu, Radit hanya membatasi dua koper dan satu kardus untuk dibawa ke Surabaya sisanya terserah aku mau apakan asal tidak melebihi batas dari yang diinginkannya.

Walaupun begitu aku masih tidak tega harus meninggalkan seluruh barang-barangku dan kau tahu barangku sebagian kecil sudah ada di Bandung. Mau tidak mau aku akhirnya hanya membawa satu koper dan satu kardus untuk boneka, novel dan beberapa tas kecil. Kata Radit aku tidak perlu bawa banyak biar nanti beli saja di Surabaya. Ya, waktu itu aku membantah kalau beli kami berdua akan makan apa? Aku masih belum dapat perkerjaan Radit pun juga. Dia hanya bilang jika tabungannya masih cukup untuk biasa hidup selama lima bulan.

Memang baginya mungkin sulit harus meninggalkan pekerjaan yang sudah dia sukai sebagai pelatih atletik lari karena terbatas kemampuan kakinya yang masih belum bisa diperuntukan untuk kerja ekstra. Aku memaklumi itu aku tahu Radit perkerja keras nyatanya tanpa dampingan orang tuanya dia bisa menempuh kuliahnya hingga pascasarjana itu sudah hebat dengan biaya yang dua tanggung sendiri. Dia juga pernah bilang jika menyesal telah menguras habis tabungan asuransinya untuk biaya pengobatannya di rumah sakit selama berbulan-bulan itu. Aku sendiri bingung jika dia menyesal lantas apakah dia tidak bahagia sekarang jika biaya yang keluar itu akhirnya membuahkan hasil.

Pola pikir Radit denganku mungkin beda, aku juga terkadang masih sulit memahami pola pikirnya. Dengan keadaanya yang seperti itu sebulan ini setelah keluar dari rumah sakit dia langsug mencari perkerjaan, dan akhirnya mendapatkan perkerjaan menjadi penjaga kasir di salah satu butik fashion di Semarang, aku lupa namanya. Pernah juga dia bilang kerja itu membosankan, tapi nyatanya dia tetap saja berangkat kerja padahal sudah aku larang dan segera berhenti dari perkerjaannya.

"Aku sudah terbiasa dengan berkerja, jadi jika aku menganggur aku akan merasa sangat letih namun jika aku terlalu giat berkerja aku terlalu bosan. Tapi satu perkerjaan yang tidak membuat letih dan bosan adalah dengan mencintaimu setulus hatiku tanpa ada alasan di baliknya."

Aku juga terkadang berusaha memaknai setiap kalimat yang diaucapkan dengan seksama namun aku juga tidak kunjung mengetahui pola pikirnya itu. Setelah salay isya' tadi dia langsung masuk ke kamar dan tidur tapi sebelum itu dia sempat bilang.

"Hari ini adalah tahun baru pertama kita di belahan bumi yang sama dan dalam satu ikatan erat yaitu pernikahan, jadi aku akan membuat lebih spesial dari tahun baru yang pernah kita lewati. Maaf jika aku sedikit serius kali ini, aku ingin mewujudkan impian kamu untuk menjadi ibu. Kalau kamu siap bangunkan aku segera setelah suara terompet dan petasan saling bersahutan." Radit langsung mencium keningku dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Aku hanya membiarkannya tidur sambil duduk di sampingnya.

Ya, aku sekarang masih duduk di sampingnya. Ini masih pukul 11.45 malam  aku hanya mempunyai waktu seperempat jam lagi untuk mempersiapka  diri. Boleh jadi aku merasa berdebar, ini memang keinginanku akan tetapi kenapa segelintir perasaan mulai tumbuh mebuat aku merasa tidan tenang. Muncul pertanyaan apakah aku siap menjadi seorang ibu. Perasaan ini sangat berbeda dari apa yang selama ini kami sering lakukan. Jika aku tidak siap sekarang berarti aku licik dan bukan berarti aku tidak ingin menjadikan tahun baru ini lebih spesial.

Ya, aku adalag wanita dewasa jika aku tidak memenuhi kodratku sebagi seorang ibu berarti aku adalah wanita yang tidak berguna di dunia ini lebih dari mereka yang terpaksa menjadi ibu hanya karena hasil paksaan pria tidak bertanggung jawab. Jika Radit mampu bertanggung jawab untuk anakku nanti maka aku harus siap karena ini adalah kewajibanku sebagai seorang istri untuk memberikan anak kepada suaminya. Ya aku siap.

Kau mendengarnya suara petasan sudah bergemuruh, jam di ponselku sudah menunjukan pukul 00.02 tanggal 1 Januari 2021. Aku harus membangunkan Radit. Aku yakin hari ini adalah hari spesialku dan aku yakin aku akan menjadi ibu di kemudian hari.

Selamat malam dan selamat tahub baru, aku yakin perubahan hidup lebih baik akan tiba di hari berikutnya selama masing-masing  dari kita mau untuk berusaha.

((BERSAMBUNG))

Walaupun kamu belum memiliki anak waktu itu akan tetapi jiwa keibuanmu sudah ada sejak aku mengenal dirimu dan aku yakin kamu akan mampu melahirkan seorang anak yang baik. Karena sejatinya buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Aila dan Radit (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang