30 : Trust Me, Please! (2)

Mulai dari awal
                                    

"Aku tidak tahu. Dia tidak pernah memberikan namanya padaku, Bi."

Gerry tersenyum mengingat memori masa mudanya itu. Gerry yakin sosok yang dimaksud oleh Sarah adalah dirinya.

"Sebentar lagi kau akan mengingatku lagi, Sarah." Gerry menatap gadis yang saat ini tidur pulas di tempat tidur. Begitu cantik seperti malaikat kecil yang meringkuk polos tanpa dosa. Ya, walaupun dia akan dianggap pedofil, Gerry tidak akan mempermasalahkan. Karena hatinya telah jatuh penuh kepada Sarah. Apa pun akan dilakukan Gerry agar perasaannya tersalurkan. Jika perlu, dia akan menyingkirkan Steve seperti yang dia lakukan pada lawannya dulu.

"Steve sebentar lagi akan kembali."
Gerry menoleh dan mendapati Rossie berdiri di sampingnya. "Aku tahu tanpa kau harus mengingatkannya." Gerry tersenyum.

Sebelum Gerry mengendong Sarah, Rossie menahan lengannya, "Aku mendapat surat pengadilan satu hari lalu."

Gerry tiba-tiba terdiam, ekspresi wajahnya masih tenang seperti biasa, "Lalu apa hubungannya denganku?"

"Mereka bilang peristiwa pembunuhan cucuku akan direka ulang dan kemungkinan pembunuhnya bukan ...."

"Apa kau mulai memercayai Erick?" Gerry memotong ucapan Rossie.

"Aku tidak memercayai siapa pun, kecuali cicitku, Steve." ucap Rossie tegas.

Gerry terkekeh, "Kalau begitu, surat itu pasti muncul kembali atas permintaan pihak Erick sendiri. Dia mungkin ingin membersihkan namanya."

Rossie melepas genggaman dan melihat Gerry mulai menggendong Sarah. "Satu pertanyaan terakhir, kenapa kau datang kembali dan menginap ke rumahku?"

Gerry tersenyum, "Untuk membantumu. Steve tidak cukup kuat membalaskan dendam ayahnya. Steve dikuasai Sarah. Aku yakin kau melihatnya dengan mata kepalamu sendiri. Steve mulai luluh pada Sarah."

Rossie tidak mampu membalas ucapan Gerry, tetapi sebagian hatinya mulai diselimuti keraguan. Siapa yang harus dia percaya.

***

Victoria Mall

"Steve, lihat apakah baju ini cocok untukku?" Karin memperlihatkan gaun berwarna merah marun dengan belahan dada rendah itu kepada Steve.

"Ya." Steve hanya bergumam seadanya.
Karin mulai kesal karena Steve tidak menjawabnya sungguh-sungguh. Ini sudah kelima kalinya Karin bertanya, tetapi balasan Steve masihlah sama.
"Steve, tidak bisakah ...."

"Apa masih lama?" Lagi-lagi Steve memotong ucapannya.

"Aku belum menemukan gaun yang pas untuk pesta prom, Steve!" Karin mulai kesal karena sikap tidak peduli Steve.

"Aku akan menunggumu di mobil. Aku tidak terlalu suka menunggu perempuan berbelanja." Steve bangkit dari sofa lalu berjalan pergi memunggungi Karin.

"Steve!" Karin memanggil keras dan mengabaikan tatapan para pengunjung toko yang mulai terganggu karena suaranya.

"Ini pasti karena Sarah!" Karin menggerutu kesal mengingat bahwa Sarah selalu membuat Steve begitu dingin kepadanya. Di sisi lain, Steve sendiri tahu bahwa di belakang sana Karin tengah kesal kepadanya. Namun Steve tidak peduli.

Di saat Steve turun elevator, tiba-tiba matanya jatuh ke sebuah papan etalase kecil dekat pintu. Steve tidak tahu apa yang membuat kakinya tiba-tiba berjalan ke arahnya dan melihat sepasang kalung yang dipajang.

Steve tidak begitu menyukai perhiasan, tetapi yang membuat matanya tertarik menatap kalung itu adalah bentuk love dengan ukuran bertuliskan bahasa Yunani dengan inisial S di tengahnya. Steve baru sadar bahwa inisial dirinya dengan milik Sarah sama. Steve dan Sarah.

Tears of Sarah [21+] / Repost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang