13 : Kemarahan Steve!

260K 10.6K 230
                                    

"Steve, ada apa?" Bryan menautkan alis dengan sikap siaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Steve, ada apa?" Bryan menautkan alis dengan sikap siaga. Ada yang aneh dengan sikap dan ekspresi Steve saat lelaki itu tiba ke apartemen. Matanya selalu tertuju pada satu arah: Kyle. Kali ini apa yang dilakukan Kyle?

"Steve." Bryan terkejut saat suara keras menyambut kalimatnya yang terpotong.

Brak! Steve menendang sofa yang saat ini diduduki Kyle.  Kyle menjatuhkan remote-nya dan berdiri tiba-tiba menjauhi sofa.

"Aku sudah mengatakan kepadamu. Jangan sentuh mainanku!"

Kyle menelan ludah. Matanya bergerak gelisah meminta bantuan kepada Bryan, tetapi Bryan masih terlihat shock dengan sikap Steve barusan. "I-itu hanya kesalahpahaman." Kyle menyesap bibirnya tipis, berusaha mencari jawaban yang dapat membantunya dari amukan Steve.

Steve berdecak. "Kau pikir aku akan percaya kepadamu?" Steve berjalan menghampiri Kyle, lalu di tendangnya lutut Kyle sangat keras, hingga bunyi keretak tulang sempat terdengar di telinga mereka. Kyle jatuh berlutut dengan suara rintihan yang lolos dari mulut.

"Argh! Tulangku!"

"Steve! Kenapa tidak bicarakan ini baik-baik? Kyle kesa―" Bryan mencoba menengahi dan menahan amukan brutal Steve.

"Diam!" Steve memberi isyarat pada Bryan agar tidak ikut campur.

"Satu luka dibayar satu tulang. Kau melukai Sarah dengan tiga luka. Jadi kau pasti tahu, apa yang harus kau siapkan, kan?" Steve menatap jijik Kyle.

"Steve, aku salah. Aku minta maaf, tapi aku berani bersumpah! Aku belum melakukan apa pun kepada Sarah! Belum sama sekali!" Kyle menangkupkan kedua tangan dan memohon kepada Steve.

Steve meraih tangan Kyle dan mengusapnya perlahan. Lalu dilepaskannya tangan Kyle seraya memberi titah, "Letakkan tanganmu di lantai, Kyle."

Kyle memelotot, menggeleng kuat-kuat.

"Just do it. Now!" Steve menggeram dan memberikan tekanan di setiap kata yang dia ucapkan.

Kyle ragu-ragu, tetapi akhirnya menuruti permintaan Steve. Steve terlalu kejam untuk usianya. Terlalu genius saat lelaki itu sama sekali tidak menggunakan waktunya untuk belajar. Kejam dan genius. Perpaduan sempurna seorang psikopat. Tidak. Kyle meyakinkan diri.

"Tangan yang bagus, Kyle." Steve tersenyum, tetapi satu kakinya tiba-tiba terarah dan jatuh ke atas tangan Kyle.

"Steve, jangan!"

Steve menginjak kaki Kyle hingga bunyi pergeseran dan gerakan tulang di tangan Kyle kembali terdengar.  Kali ini terdengar dua jeritan yang datang dan menyambutnya.

"ARGH!"

"AAAA!"

Suara jeritan itu terdengar ganda dan memiliki suara berbeda. Steve mengangkat kaki dan menoleh ke belakang, melihat Sarah berdiri di samping pintu yang terbuka setengah.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sarah menutup mulut tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihat. Steve bisa tega melakukan hal itu kepada Kyle? Sahabatnya sendiri? Walaupun Sarah sendiri tidak dapat memungkiri bahwa dia sangat membenci Kyle, tetapi sikap Steve terlalu berlebihan dan terlampau kejam.

"Aku memintamu menunggu di dalam. Kenapa kau membuka pintu?" Steve berjalan menghampiri Sarah. Sarah mencoba memberanikan diri tetap berdiri dan mengangkat wajah menatap Steve.

"Aku akan mengatakan semua ini kepada Ayah!" ucap Sarah dengan suara tegas. Tidak seperti hatinya yang tiba-tiba menciut karena aura Steve yang mendominasi. Steve bertepuk tangan sembari tertawa keras.

"Ayah? Memangnya Ayahmu akan peduli dan percaya kepadamu, Sayang?"

Sarah menggigit bibir dan entah kenapa dia sangat membenci sikap Steve yang selalu merendahkannya.

"Kau jahat!" Sarah mendorong dan memukul dada keras Steve. Anehnya pukulan itu tidak memberikan reaksi apa pun kepada Steve. Bahkan dia tidak bergerak satu langkah pun. Senyum remeh Steve menghilang, lalu berganti dengan ketajaman khas di matanya.

"Kalau aku jahat, lalu bagaimana dengan Ayahmu?" Steve menjepit pipi Sarah dan menariknya lebih dekat ke wajahnya.

Sarah meringis. Kedua tangannya meraih lengan Steve dan memukul agar melepaskan jepitan di pipi, "Ah, lepas, Steve."

"Ayahmu. Adalah. Pembunuh."
Sarah tiba-tiba menghentikan aksi memukul lengan Steve, lalu ditatapnya mata Steve dalam-dalam, mencari maksud dari ucapan lelaki itu.

"Dan putrinya ...." Steve menaikkan satu tangannya yang bebas ke lengan Sarah, lalu turun ke bagian inti, mengusapnya hingga Sarah bergerak gelisah dan mata kembali menatap jatuh dan takut kepada Steve. " ... akan selalu berada di bawah bayang-bayangku. Entah. Apakah aku akan tega membunuhmu atau tidak, tapi satu hal yang pasti, kau jauh lebih nikmat jika hidup dan menjadi milikku di sana." Steve mengedikkan mata ke arah tempat tidur.

Steve mengakhiri kalimat dengan mencium bibir Sarah. Lumatan kecil yang berangsur kasar diberikan Steve tanpa ampun. Mungkin inilah bentuk balas dendam yang lebih tepat. Namun, makin Steve mengenal Sarah, dia makin ragu.

"Sialan!" Steve melepas ciuman dan dilihatnya bibir Sarah yang memerah.

"Kau injakkan kakimu satu langkah keluar dari kamar ini, akan kuperkosa kau saat itu juga. Camkan itu!" Steve menutup dan membanting pintu kamar, tidak ingin menyaksikan air mata kesedihan dari Sarah lagi. Sarah begitu cengeng dan lugu.

Steve, bulatkan tekadmu! Setidaknya itulah yang selalu Steve sugestikan dalam-dalam. Walaupun di sebagian hatinya, Steve selalu ragu. Apakah ini yang dikehendaki almarhum ayahnya? Steve tidak tahu.

Tears of Sarah [21+] / Repost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang