7 : Pelecehan!

352K 11.4K 272
                                    

Prang! Pria pemilik kacamata persegi itu sangat paham bagaimana sifat Tuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prang! Pria pemilik kacamata persegi itu sangat paham bagaimana sifat Tuannya. Walaupun di luar sikap Tuannya sangat dingin, tetapi itu hanyalah topeng untuk melindungi kerapuhan.

Erick melempar asbak kaca kepada kepala keamanannya hingga menimbulkan suara keras. Asbak itu berhasil mengenai keningnya hingga darah keluar dari sudut kecil.

"Aku memintamu untuk menjaga putriku, Bodoh!"

"Ma-maaf, Tuan, saya benar-benar tidak tahu bagaimana Nona bisa keluar malam-malam." Kata Rome sedikit terbata.

Erick bergerak maju lalu menarik kuat kerah kemejanya, "Aku tidak menginginkan alasan. Aku hanya menginginkan bukti nyata dari tugasmu. Jika peristiwa ini sampai terulang kembali, jangan harap kau bisa bekerja lagi denganku!" Erick mendesis marah, kemudian mendorong Rome kasar. "Pergilah!"

"Ba-baik, Tuan."

Setelah Rome benar-benar pergi, Abraham yang selalu setia dengan keterdiaman, akhirnya ikut bicara. "Saya akan menyelidiki kenapa Nona bisa pulang selarut ini. Tuan tidak perlu khawatir." Abraham mencoba menenangkan Erick yang masih diselimuti kekhawatiran.

Erick mengusap wajah dengan kedua tangan. Dia mendesah frustrasi. "Apa Sarah berada di sana?"

Abraham mengangguk, "Ruangan itu selalu menjadi tempat favorit Nona Sarah karena di sana Nona setidaknya bisa bertemu dengan Nyonya."

Erick melirik figura kecil yang tergeletak manis di meja kerja. Sosok wanita cantik tersenyum lembut kepadanya. Malaikat cantik sumber kebahagiaan. Shaila. "Aku tidak pernah berhenti berharap untuk kesadaranmu, Shaila."

***

Sarah merasakan silau matahari menyambut matanya yang terbuka. Dia memijat keningnya yang berdenyut sakit. Diliriknya jam di samping lampu tidur.

"Ya Tuhan!" Sarah buru-buru turun. Baru setengah jalan, Sarah kemudian menghentikan langkah. Dia kemudian kembali duduk di sudut ranjang dan memainkan jemari tangan gelisah.

"Aku tidak mau sekolah ...." gumamnya lirih. Peristiwa malam itu masih menyisakan rasa takut terhadap Steve.

Sarah melirih ponsel yang berada di samping boneka Teddy Bear. Semalam banyak sekali pesan masuk termasuk panggilan datang untuknya, tetapi Sarah takut membuka pesan itu, apalagi menjawab panggilan. Sarah takut jika itu dari Steve. Steve sangat menakutkan.

Sarah yang sempat melamun, terkejut manakala pintu kamarnya terbuka tiba-tiba. "Nona sudah ditunggu Tuan di bawah." Kata Marta tersenyum ramah.

Tears of Sarah [21+] / Repost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang