Seventh Month - End

179 14 0
                                    

Seorang gadis bergerak cepat dari tangga menuju ruang tamu. Papinya sedang mengadakan sebuah pertemuan dengan keluarganya dan mereka tinggal menunggu kedatangannya.

Senyumnya terukir ketika telah mencapai ruang tamu ke sanak keluarganya. Matanya tak sengaja menangkap kerangka besi yang aneh tergeletak di belakang sofa. Dia menghampiri benda itu untuk melihat dengan jelas. Matanya membelalak mengetahui benda itu adalah keranda mayat.

Karena ketakutan, akhirnya gadis itu membuka matanya lebar-lebar dan memberitahu diri sendiri kalau itu hanyalah mimpi.

Dia mengusap wajah sembari mengatur napasnya. Sejenak Julieta bingung mengapa mimpi yang sama menghampirinya selama 3 hari belakangan ini. Rasanya dreamcatcher pemberian kekasihnya bulan lalu tidak bisa sepenuhnya menangkal mimpi buruk.

Julieta kembali tidur dan berharap mimpi itu tidak hadir kembali. Baru beberapa menit berjalan, dirinya merasakan ada yang mengganggu tidur siangnya dengan bulu-buluan ke wajah. Dia mengguling ke kiri dan akan makin dalam terbawa alam mimpi. Tapi bulu-buluan itu kembali menggelitik wajahnya.

Kedua matanya perlahan terbuka, memperlihatkan iris biru yang indah. Beberapa kali dia mengerjapkan mata agar matanya bisa fokus.

Alisnya bertautan melihat benda berbulu itu bergerak-gerak sendiri. Pikirannya kian fokus. Dia berpikir kalau benda yang dilihatnya bukan benda sungguhan melainkan seekor makhluk hidup.

Julieta mengucek matanya dan duduk bersandar ke kepala ranjang. Matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan penglihatannya baik-baik saja.

"Ini kucing siapa?" ucap Julieta sembari memandang diam kucing yang sedang bermain-main dengan dreamcatcher yang digantung di kepala ranjang. Melihat ada pita kuning yang dilipat dua yang dikalungkan di leher kucing itu, Julieta mengambil kucing putih-oranye itu dan mengambil pita tersebut.


Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


Kedua kalimat yang tertulis di pita itu membuat senyum Julieta melebar. Dia yakin kalau pengirimnya adalah sang kekasih hati. Dia bangkit menuju balkon dengan membawa kucing itu. Terlihat di sana Romero sedang mengelus-elus kucing putih-hitam.

Melihat Julieta akhirnya terjaga dari tidur siangnya, Romero berdiri dan mendekat ke susur balkon. "Halo, Evan. I miss you," ucap Romero seolah yang berbicara itu ialah kucing yang dia pegang.

Julieta ikut-ikutan seperti Romero. Dia yakin kalau kucing yang dipegang Romero diberi nama Ale. "Oh hai, Ale! I miss you too."

Julieta dan Romero tertawa.

"Kucing ini punya siapa, Ro?"

"Tentu kucing kamu, Love."

"Kucing yang kamu pegang?"

"Kucing aku."

"Kamu beli?"

Romero mengangguk.

"Ya ampun, thank you very much. Aku suka kucingnya, suka banget."

Romero mengangguk. "Kita cari tempat tidur sama perlengkapan buat mereka yuk."

"Ayuk."

"Ganti baju sana. Kucingnya di kamar aku dulu, biar Ale ada temen mainnya." Romero meraih kucing yang diberi Julieta dengan hati-hati.

Julieta masuk ke kamarnya seraya sesekali berjingkrak kecil. Romero tersenyum. Dia masuk juga ke kamarnya dan menaruh Evan dan Ale ke ranjang kecil yang ada di sudut kamar. Romero segera bersiap-siap juga.

Rasa sakit tiba-tiba menyerang area pinggang Romero. Kali ini rasa sakit itu lebih terasa menyakitkan dibanding yang sebelum-sebelumnya. Romero beranjak ke nakas dan mengobrak-abrik lacinya mencari aspirin. Kemudian meneguknya bersama dengan air. Romero menghela napas saat merasakan rasa sakitnya perlahan hilang.

Romero termenung. Memikirkan penyakit yang bersarang di tubuhnya. Sampai sekarang dia belum membicarakan hal ini kepada siapapun termasuk Julieta dan keluarganya. Romero sudah tahu penyakitnya ini sejak minggu lalu ketika dirinya tiba-tiba hilang kesadaran di apotik rumah sakit.

"Ro," panggil Julieta. Romero berdiri untuk melihat Julieta. "Ayuk."

Romero mengangguk dan lekas bergegas ke bagasi untuk mengeluarkan mobilnya. Julieta masuk dan duduk di sebelahnya. Kemudian cowok itu melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.

"Ro, aku mimpi."

"Mimpi apa?" tanya Romero dengan menoleh sebentar.

"Mimpi ini muncul 3 hari berturut-turut." Julieta menoleh memandang wajah Romero. "Aku mimpi menemukan keranda mayat di suatu pertemuan."

Romero mengangguk-ngangguk. "Udah cari artinya?"

"Aku coba cari, ya." Julieta mengeluarkan ponselnya dan mencari tahu makna dari mimpinya yang sering selalu menghantuinya setiap tidur. "Artinya nggak enak banget."

"Apa artinya?" tanya Romero penasaran.

"Artinya kerabat terdekat Anda akan menemui ajalnya."

Cittt! Romero mengerem mobilnya mendadak melihat lampu lalu lintas menunjukkan lampu merah.

"Ro!" Julieta kesal sembari mengusap keningnya yang terantuk dasbor.

"Maaf, maaf. Gue reflek." Romero meraih tangan Julieta yang tengah mengusap-ngusap kening. "Aduh, maaf, yak." Dia mengusap kening Julieta. "Masih sakit?"

"Masih," jawab Julieta dengan nada manja.

Romero menaruh ketiga jarinya di bibir lalu menempelkannya ke kening Julieta. "Masih sakit?"

"Mendingan," kekeh Julieta.

Perlahan senyum Romero memudar. Perkataan Julieta mengenai makna mimpi yang menghantuinya belakangan ini terus terbayang di kepalanya. Apa mungkin kerabat yang dimaksud dalam makna mimpi Julieta itu adalah gue?

Bagaimana kalau itu benar? Gue akan menemui ajal? Bagaimana orang-orang yang gue sayang terutama Julieta? Apa yang harus gue lakukan?

Enggak, jangan percaya mimpi itu Romero. Lo harus yakin kalau itu hanya sekedar bunga tidur dan belum tentu kalau mimpi itu ditujukkan ke diri lo. Mungkin itu untuk orang lain.

Tapi siapa? Nggak ada satu pun kerabat dekat Juli yang keadaannya lebih buruk daripada gue?!

Beban hidup Romero bertambah satu lagi dan jumlahnya menjadi tiga.

Pertama, penyakit yang dideritanya cukup membahayakan jiwanya.

Kedua, perusahan papanya sedang tidak stabil dan kedua orang tuanya takut tidak bisa membiayai kuliah Sammy lagi. Dan Romero tak mau menambah beban orang tuanya hanya untuk mengobati penyakitnya yang kian memburuk ini.

Ketiga, mimpi Julieta memperkuat ketakutannya kalau suatu saat nanti penyakit yang dia derita ini membuatnya harus siap meninggalkan orang-orang yang dia sayangi.

Romero takut.



1 Juni 2018 - 00:27 WIB

Romeo-nya JulietOnde histórias criam vida. Descubra agora