Failed

115 12 0
                                    

Seorang pria melepas celemek dari tubuhnya setelah selesai menata makanan yang dia masak di meja makan. "Boy! Girls! Breakfeast ready!!" teriak pria itu kepada ketiga anaknya yang masih sibuk dengan urusan masing-masing.

"Alright, Dad!" jawab mereka serentak.

Anak keduanya, Paradina, bergegas pergi dari ruang keluarga. Anak pertamanya, Erdogan, baru saja masuk kembali ke dalam rumah. Sedangkan anak bungsunya, Julieta, masih berada di kamar.

"Happy birthday, Ra," ucap Erdogan sembari duduk di kursi makan.

"Iya, makasih, Kak," tanggap Paradina malas.

"Selamat ulang tahun Paradina kakakku sayang!!" ucap Julieta antusias sembari berlari di tangga menuju meja makan. Dia mengecup pipi Paradina sebentar lalu duduk.

"Ihhhh, Juli, jijik!" Paradina mengusap pipinya dengan ujung kausnya.

"HBD, ya, Cinta," ucap Cancero dengan senyum.

Paradina masih menanggapinya dengan malas. Baginya, hari biasa dengan hari ulang tahun sama saja rasanya. Biasa saja. Tak ada hal yang perlu dia gembirakan. Seumur hidup, Paradina hanya melewati hari ulang tahunnya tanpa perayaan.

"Lemes amat, Ra?" tanya Julieta.

"Apa yang perlu gue senengin? Hari biasa sama ultah gue sama aja rasanya. Cuma bedanya gue lebih banyak ngomong terima kasih."

Semuanya memilih diam tak menanggapi.

"Ra, Papi nanti bakal seharian di Kafe, kalo laper langsung ke Kafe aja," ujar Cancero ke Paradina.

"Iya. Nanti aku pergi juga, ya? Retha tiba-tiba ngajakin aku pergi, jadi urusan makan malem diputusin nanti aja."

"Oke."

Paradina memainkan ponselnya setelah selesai sarapan sambil menunggu kedatangan Retha, teman dekatnya.

"Weh, masih aja lo ditoel cowok-cowok!" seru Erdogan yang diam-diam melirik yang sedang Julieta buka di ponselnya.

"Ihhhh, Kak Edo!!" teriak Julieta. "Nggak boleh ngintip-ngintip, nanti matanya bintitan baru tau rasa!"

"Lagian lo pake haha hihi, 'kan mancing gue buat ngeliat. Mana ganteng-ganteng pula."

"Dih, Kak Edo homo!" ledek Julieta. "Papi, Kak Edo homo nih," adunya menatap Cancero sambil menunjuk Erdogan.

Cancero hanya mendengus sambil menggeleng-geleng. Heran dengan ketiga anaknya, yang tak satu pun berinisiatif untuk membantunya membereskan meja makan.

"Akh! Sakit!" pekik Julieta merasakan jarinya digigit. Lantas dia mengelap bekas gigitan Erdogan ke baju kakak tertuanya itu. "Jorokkkkkkk."

Erdogan tergelak.

Tin! Tin!

Mendengar bunyi klakson, lantas Paradina menoleh ke arah pintu. "Kayaknya temen aku udah dateng. Aku pamit, ya, Pi."

"Iya, jangan pulang malem!" teriak Cancero dari ruang makan ketika Paradina telah mencapai ruang tamu.

Paradina menanggapinya sambil mengacungkan ibu jarinya, "Iya, pulang pagi!"

"Hadeh, ajaran siapa itu," rutuk Cancero menatap punggung Paradina hingga menghilang dari pandangan. Setelah Paradina benar-benar pergi dengan Retha, Cancero berseru, "Time to prepared!"

"Yeayyyy!" sorak Julieta bertepuk tangan begitu juga dengan Cancero.

Erdogan mendengus melihat tingkah laku papi dan adiknya. "Hadeh, like father like daughter."

Romeo-nya JulietWhere stories live. Discover now