Plan

150 23 2
                                    

Tawa. Senyum. Canda.

Tiga hal itu baru Romero lihat pertama kali sejak sebelas hari yang lalu mulai dekat dengan Julieta. Entah Romero sadari atau tidak, dia telah memandang dan memerhatikan Julieta yang asik bercanda tawa dengan ketujuh temannya yang berada sejauh lima meter dari depan mobilnya.

Cewek pendek, kecil, berbando dasi sekolah, kerah lengan yang dilipat, dan tas kecil yang hanya memuat 3 buah buku pelajaran dan tulis; menjadi ciri khas Julieta tersendiri.

Julieta masih tampak agak normal ketimbang tujuh temannya yang berwajah full makeup, seragam yang melanggar ketentuan, isi tas mereka pun hanya peralatan makeup layaknya salon pengantin berjalan.

Romero berpikir. Bila Julieta tak pernah merasa kurang bahagia, dia tidak mungkin selalu bertengkar dengan Radin, kakaknya. Bila Julieta bertengkar dengan Radin di sekolah, dia tidak akan dikenal lalu berteman dengan kakak kelasnya. Bila Julieta tidak bergaul dengan kakak kelasnya itu, dia tidak akan menyandang status playgirl. Dan bila Julieta tidak playgirl, dia pasti tidak punya masalah dengan cowok yang telah dipermainkannya. Lalu bila Julieta tidak memiliki masalah apapun dengan cowok mainannya, mungkin dia dan Romero tak akan saling mengenal seperti sekarang.

Romero mengambil kesimpulan. Intinya dia dan Julieta dipertemukan karena cewek yang sering Romero sebut 'penganggu' itu kurang kebahagiaan.

Jadi, sepertinya pikiran Romero terbuka, kalau dia dipertemukan dengan Julieta agar kanvas kehidupannya yang hitam putih diisi warna-warni kehidupan dari Julieta, sisi dingin Romero harus mencair ketika dekat dengan sisi hangat Julieta. Jadi kali kedua, Romero ditakdirkan untuk menciptakan kebahagian yang sesungguhnya bersama Julieta.

Tapi, ada satu pertanyaan, bagaimana cara menciptakan kebahagian itu?

Apa mungkin jawabannya yaitu mereka berdua harus 'klop'? Atau bahasa lainnya itu 'saling melengkapi'?

"Apa gue harus jatuh cinta dulu baru bisa melengkapi?" ucap Romero bertanya entah pada siapa.

Memang harus jatuh cinta dulu baru bisa saling melengkapi? Tentu tidak. Dengan saling mengerti saja sudah disebut sebagai saling melengkapi. Romero mengerti Julieta lalu Julieta mengerti Romero, itu sudah klop bukan walau tidak terselip kata cinta di sana?

Romero jadi merasa ... kalau dia perlu berubah. Berubah menjadi sehangat keceriaan Julieta yang selalu terpancar untuk melelehkan kerajaan es di diri Romero.

Dan Romero merasa harus berbuat sesuatu untuk bisa membentuk kebahagiaan itu.

Sejak dia memikirkan segala hal tentang dirinya dan Julieta tak lepas memandang cewek yang masih sibuk bercanda ria di depan gerbang sekolah di sana.

Satu hal tiba-tiba terlintas di kepalanya. Sebelum itu dia teringat kalau dirinya diskors karena berkelahi dengan Dirga dan Julieta juga suka menganggu Julieta. Ah, ya! Ide jail muncul di kepalanya! Romero berencana untuk mengerjai Dirga sebagai balasan perbuatannya pada mereka berdua.

Untuk menyampaikan hal itu, Romero mesti menunggu Julieta selesai ngobrol dengan teman-temannya, tapi itu tampaknya akan lama jika Romero tidak bergerak menghampiri cewek yang kembali menjadikan dasinya bando lagi.

Seakan seperti ada 2 sosok putih dan hitam di kanan-kiri Romero tengah beragumen atas tindakan dia selanjutnya. Sosok putih itu berkata, "Ayo, Mero, katanya mau berubah? Masa mau kalah sama ego sendiri sih?" lalu disahut oleh sosok hitam, "Ngapain nyamperin cewek itu, gengsi kaleee ... apalagi ada temen-temen dia yang gaje itu." Ya ... tinggal menunggu bagaimana lubuk hati Romero yang memutuskan.

Perlahan-lahan setelah menalar perkataan sosok putih, Romero pun sudah memutuskan. "Ah, ngapain pake gengsi, gue juga udah capek nunggu mulu kali! Gue samperin aja lah." Dia segera keluar dari mobil dan menghampiri Julieta.

Saking asiknya mengobrol, Julieta dan teman-temannya tak menyadari kedatangan Romero ke arahnya. Dan saat itu Julieta mengalih topik pembicaraan ke perihal rekaman CCTV.

"Eh, pas kapan nih kita ambil rekaman CCTV ruang Sepuluh IPA Satu," ujar Julieta.

"Kapan, ya, enaknya? Besok?" tanya Jihan.

"Tergantung guru yang masuk besok siapa sih," kata Jessica.

"Yaelah, kenapa nggak bolos aja," sahut Julia.

"Jadi kita ngebolos nih besok buat ngambil rekaman CCTV ruang Sepuluh IPA Satu? Fix?" tanya Julieta.

Kata fix sudah berada di ujung bibir teman-teman Julieta di saat bersamaan Romero menginterupsi mereka. "Rekaman CCTV Sepuluh IPA Satu?"

Sontak semuanya menengok ke Romero secara bersamaan. Dan semua diam membeku, kaget dengan kedatangan Romero yang tiba-tiba.

Julieta menjawabnya dengan antusias. "Buat nunjukin ke temen-temen kalo kita berdua bener-bener ada di kelas itu waktu Romeo abis berantem sama Dirga."

"Penting kah?" tanya Romero bernada jengkel.

"Penting dong, Romeo. Aku mau nunjukin ke temen-temen kalo Romeo masih bisa senyum."

Alis Romero berkerut. "Emang waktu itu gue beneran senyum?"

"Aaa ....," Julieta kehilangan kata-kata. "Enggak tau sih, hehehe, aku lupa," kekehnya sambil mengaruk tengkuknya karena malu.

Romero menyambar tangan Julieta. "Daripada lo ngejain hal yang nggak penting dan nggak pasti, mending lo pulang, se-ka-rang." Lalu menyerat pergi seperti anak kecil yang menolak untuk pulang.

"Eh ... duluan, ya, Guys," pamit Julieta secepatnya sebelum Romero menariknya lebih jauh.

Keduanya telah masuk ke mobil dan duduk bersebelahan di bangku barisan depan. Setelah beberapa saat mencapai jarak terjauh dari sekolah, Romero mulai menyampaikan rencananya.

"Gue sama lo ngerjain Dirga. Deal?" kata Romero to the point.

"Hah?" Julieta terperangah mendengar ucapan Romero yang begitu mendadak tanpa terencana ataupun dirundingkan dahulu.

"Deal?" ulang Romero.

"I-iya, deal," jawab Julieta tergesa.

Kemudian keduanya diam. Romero fokus dengan kemudinya sedangkan Julieta masih menyerna obrolan padat, singkat, dan jelas tadi. Dan itu menuai pertanyaan di benak Julieta, Ada angin apa Romero tiba-tiba pengen bales ngerjain Dirga?

"Gue udah berubah," ujar Romero tiba-tiba, lagi.

Sontak Julieta menoleh, memandang cowok yang wajahnya masih ada beberapa bekas luka itu.

"Sisa 20 hari lo bareng gue. 10 harinya buat ngerjain Dirga, dan 10 harinya lagi Quality time kita. Jadi lo siapin rencana buat ngerjain Dirga, apa aja hal yang dia takuti atau apalah itu semacamnya, pokoknya besok lo udah ada rencana itu."

"Tapi 'kan aku sekolah, Ro," sela Julieta.

Romero tersenyum miring. "Apa ada yang ngelarang lo buat bolos?"

Julieta menerbitkan seringai jail, tentu saja dia tidak akan menolak untuk bolos, apalagi bolosnya itu diisi dengan rencana mengerjai Dirga. Besok akan menjadi hari istimewa untuk Julieta bersama Romero.

"Of course, nggak ada yang ngelarang Juliet bolos besok," sahut Julieta bersemangat.



31 Mei 2018 - 13:53 WIB

Romeo-nya JulietWhere stories live. Discover now