The Dangerous Girl and her Lousy Followers

157 17 0
                                    

Mulanya 1 meja kotak hanya ditempati 2 orang, kian ramainya kantin kian bertambah juga yang duduk di sana hingga mencapai 6 orang. Memenuhi dan menguasai bangku kantin tersebut.

Salah satu cowok di sana yang bernama Skandar memutar sebuah botol yang diletakkan di tengah-tengah meja. Mulut botol berhenti tepat mengarah ke Anania.

"Yahhh, aku lagi. Curang nih, pasti Kakak sengaja ngenain ke aku," protes Anania yang sudah ketiga kalinya terkena dari beda-beda orang, pertama oleh Sammy, kedua oleh Romero, dan ketiga oleh kakaknya sendiri.

"Enggak kok, aku juga muterinnya ngasal tadi," bela Skandar. "Oke, dare-nya ituuuu ... tiruin suara semut!"

"Semut mana ada suaranya!" timpal Anania kesal menerima tantangan konyol seperti itu.

"Dih, sotoy. Ada tau!"

"Nggak ada!"

"Ada, Anana," keukeh Skandar. "Nih, dengerin suaranya." Skandar merapatkan bibirnya. "Tuh, suaranya."

"Mana? Kak Skandar cuma mingkem aja."

"Nih, ya, dengerin baik-baik." Skandar kembali mengulangi merapatkan bibirnya.

Sheka yang duduk bersebelahan dengan Skandar mulai jengkel. Didekatkan telinga kirinya ke bibir Skandar untuk mencari suara yang cowok itu maksud, tapi yang Sheka dapati hanya kesunyian. Dengan sorot mata tajam, Sheka menabok bibir Skandar dengan botol plastik kosong yang diputar tadi. Sontak Skandar menutup bibirnya yang terasa perih.

"Sekali lagi lo begoin orang, gue doain semoga lo kayak semut!" kesal Sheka.

Skandar menyengirkan bibirnya di balik tangannya, namun semua orang bisa melihatnya hanya dengan melihat raut matanya yang menyipit.

"Tau luh semut!" Sammy mengambil botol di tangan Sheka dan memukulkannya ke kepala Skandar.

"Tau luh, huh!" Romero juga tak mau kalah, dia mengambil alih botol itu dan memukul lengan cowok itu.

Puas sudah mem-bully Skandar, Anania mengambil botol itu dan ditaruh di tengah-tengah meja. "Nah, giliran aku." Dia memutar botol itu dengan kuat.

"Hai, guys," sapa cewek berambut cokelat yang membawa semangkuk baso dan sebotol air mineral dingin, dia sudah berdiri di antara Anania dan Romero tanpa mereka sadari karena terlalu fokus ke mana arah mulut botol itu mengarah.

"Hai, Juli," sapa Anania kembali.

"Sini duduk," pinta Romero, menepuk bangku di sebelah kirinya.

Julieta ragu akan hal itu setelah melihat Sammy duduk berdua dengan Isyana, Skandar duduk berduaan dengan Sheka, sedangkan Anania dan Romero duduk sendiri-sendiri di lain sisi.

"Umm ... aku sama Anania aja kali, ya."

Mendengar ucapan Julieta, kedua alis Romero terangkat naik.

Anania melihat botol yang tadi diputarnya. Mulut botol itu mengarah ke Julieta. Lalu muncullah sebuah ide. "Julieta kena dare. Dare-nya itu, Julieta duduk di sebelah Kak Mero."

Julieta yang tak tahu apa-apa terperangah bingung. "What?"

"Udah, duduk aja di sini." Romero menarik tangan Julieta yang menggenggam botol mineral hingga cewek itu duduk di sebelahnya. "Rasa bangkunya sama aja kok kayak yang lain."

Iya rasa bangkunya memang sama aja sama yang lain, tapi rasa duduknya yang beda kalo duduk di sebelah lo, batin Julieta sambil menaruh mangkuk basonya ke meja serta dengan wajah santai yang tak sesantai detak jantungnya.

Romeo-nya JulietWhere stories live. Discover now