Declare

137 11 0
                                    

Julieta menyingkap tirai di pintu balkonnya kemudian membuka geser pintu itu agar udara pagi yang segar menyeruak masuk ke kamarnya, dengan begitu dia bisa mematikan pendingin ruangan.

"Hai," sapa Isyana sembari melambaikan tangan saat melihat Julieta. Dia berada di balkon kamar Romero. Dirinya baru saja sampai di rumah Romero karena Romero memintanya datang pagi-pagi karena ingin meminta saran.

"Hai, Kak," balas Julieta dengan tersipu malu. Pasalnya dia baru bangun tidur dan masih memakai piyama tidur. Isyana saja jam 8 pagi sudah rapi sedangkan dirinya baru bangun tidur, memalukan.

"Baru bangun?" tanya Isyana.

"Umm ... iya. Ada apa Kak Isyana pagi-pagi udah di rumah Tante Arina?"

"Tau tuh, si Mero kumpret nyuruh aku ke sini pagi-pagi, katanya mau minta saran."

"Ohhh." Julieta mengangguk-ngangguk.

"Aku boleh minjem laptop kamu nggak? Mero kalo mandi lama, aku mau nonton drakor tapi laptopnya dia dikunci terus aku nggak tau kata sandinya."

"Boleh kok, bentar aku ambilin dulu." Julieta masuk ke kamarnya setelah mendapat anggukan dari Isyana. Dia mengambil laptopnya yang berwarna putih di meja belajar kemudian membawanya ke balkon dan memberikannya kepada Isyana.

"Aku numpang copas drakor di data D, ya. Kalo udah selesai bakal aku apus kok," katanya setelah menerima laptop milik Julieta. "Oh iya, lagi dipake buat ngerjain tugas nggak nih?"

"Enggak kok, Kak."

"Okay, makasih, yak."

"Iya, Kak, masama."

"Yaudah mandi sana, biar cantik terus Mero bisa makin suka."

"Hah?" Julieta terkesiap.

"Ups ... keceplosan." Isyana terkekeh, padahal sebenarnya dia sengaja menceplos. "Dadah." Dia melambaikan tangannya lagi dan masuk ke kamar Romero.

Makin suka? Romero suka sama gue? Beneran? Senyum Julieta terbit, gurat wajahnya berubah senang. Hatinya pun juga senang layaknya mendapat nilai 90 pada ulangan sejarah tanpa belajar dan belum tahu materi mana yang akan dijadikan bahan ulangan.

Romero keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Lantas dia mengernyit melihat Isyana bersama dengan laptop putih yang asing. Romero duduk di kasur tepat di sebelah Isyana menaruh laptop putih itu, sedangkan Isyana sendiri duduk di karpet.

"Itu bukan laptop lu, laptop siapa itu?"

"Minjem punya Juli. Lo mandinya lama kayak cewek lagi dateng bulan, yaudah gue minjem aja deh," celetuk Isyana tapi Romero hanya menanggapinya datar.

Isyana mencolok flashdisk yang dia bawa ke plot laptop. Mencari-cari sebentar folder drama korea dengan judul Descendant of the Sun, setelah ketemu dia menyalinnya ke data D. "Lo mau minta saran apa?" tanyanya sembari menunggu penyalinan selesai.

Romero membaringkan tubuhnya ke ranjang lalu memiringkannya ke arah Isyana. Tangannya meraih layar laptop yang berada di depan perutnya dan menjawab, "Minta saran buat nembak."

"Hah?!" teriak Isyana kaget.

Romero mengusap-ngusap dadanya karena terkaget mendengar teriakan Isyana yang cukup bisa terdengar hingga keluar kamar.

"Jangan Rooo! Dosa!!"

"Lah? Kok dosa?" tanya Romero bingung. Kemudian dia tersadar kalau Isyana telah salah mengerti. "Bukan nembak ngebunuh itu! Tapi nembak menyatakan perasaan, Isyana Sharena Natra!!"

Romeo-nya JulietWhere stories live. Discover now