Ex-

282 33 25
                                    

"Saya ngerti kenapa kamu ngelakuin itu. Tapi saya nggak suka sama cara kamu yang memanfaatkan Juli."

"Sebagai gantinya dan penerimaan maaf, kamu harus jagain Juli selama saya pergi ke Australia selama 1 bulan."

"Itu nggak akan sulit, kamu cuma harus menjaga Juli dari cowok-cowok yang selama ini dia permainkan. Lagipula kamu satu sekolahan sama Juli, jadi kamu yang lebih tau gimana keadaan di sekolah."

"Memang rasanya nggak adil kenapa saya membiarkan Juli mempermainkan laki-laki, tapi selama itu tidak mencelakakan keduanya nggak akan jadi masalah dan selama itu juga masih ada saya di sisi Juli."

"Jadi selama saya di Australia selama 1 bulan, kamu yang gantikan posisi saya untuk menjaga Juli."

"Dan satu hal, Juli paling tidak suka jika dijaga-jagain seperti anak kecil, makanya hal ini jangan sampai bocor ke Juli."

Semua perkataan Cancero sukses menjadi trending topic di pikiran Romero semalaman penuh bahkan hingga dia sudah sampai di pelataran parkir sekolah pagi itu.

Memang ini salahnya karena telah memanfaatkan Juli untuk merebut Sammy kembali dari tangan kakaknya Juli, Paradina. Dan dia patut dihukum dan tidak diberi maaf. Tapi dia tidak terima dengan syarat penerimaan maaf sekaligus hukuman itu. Kalau disuruh memilih menjaga bayi petakilan atau menjaga cewek playgirl itu, dia lebih memilih opsi pertama.

Tak lama dia berjalan menuju gerbang sekolah datang Julieta dari arah belakang lalu menepuk bahu Romero.

"Romeo!" sapa Julieta dengan amat ceria disertai senyuman lebar hingga memperlihatkan rentetan giginya.

Romero menghentikan langkahnya sebentar, melirik Julieta tanpa ekspresi, lalu kembali berjalan menuju gerbang. Andaikan dia tahu bahwa ekspresi biasa dengan ekspresi dingin sama saja di wajahnya.

Ekspresi cuek Romero tidak berefek pada Julieta. Bahkan cewek itu malah berjalan beriringan di samping Romero. Dan Romero pun merasa risih.

"Romeo tau nggak?" Julieta mulai bicara, tapi tak ada tanggapan dari Romero. "Papi aku pagi ini udah berangkat ke Bandara, dia mau naik pesawat terus terbang ke Australia," ocehnya sambil memperagakan pesawat terbang dengan tangannya yang melayang di depan wajah Romero.

Romero menepis tangan Julieta di depan wajahnya. "Terus?"

Julieta masih mempertahankan posisi tangannya. "Terus nabrak," jawabnya. Seakan-akan tangannya yang menjadi pesawat dan akhirnya menabrak, dia menyentuhkan jarinya di pipi Romero sambil bersuara, "Tung."

Romero melotot lalu mengusap-ngusap pipinya. Dia tidak suka pipinya disentuh-sentuh. Bukan hanya hal itu yang membuat dia melotot, tapi terjadi pemikiran yang melintas cepat di otaknya ketika mendengar kata 'nabrak', dia takut kalau pesawat yang ditumpangi papinya Julieta benar-benar menabrak dan dia bukan hanya menjaga Julieta selama sebulan tapi selamanya. Spontan dia berkata, "Jangan."

Dahi Julieta berkerut, sempat bingung dengan ucapan Romero. Tak lama kemudian Julieta tertawa. "Ahahaha pasti ngebayangin pesawatnya beneran nabrak. Makanya Romeo kalo ngomong jangan 'terus, terus' emang Romeo Akang Parkir. Tapi aku bener 'kan, kalo jalan terus nanti nabrak."

"Berisik," tukas Romero singkat, padat, dan jelas. Singkat karena malas bicara, padat karena sudah nggak betah Julieta berjalan di sampingnya, dan jelas karena dia ingin Julieta tahu bahwa dia paling tidak suka diganggu.

"Ih, Romeo mah gitu! Jawabnya singkat banget, lagi sariawan, ya."

Romero tadinya merasa menang karena Julieta sepertinya sadar dengan keadaan Romero yang paling tidak suka diganggu. Tapi tak lama kemudian, Julieta yang biasanya kembali terbit alias Julieta kembali mengoceh.

Romeo-nya JulietWhere stories live. Discover now