25 : Jangan Tinggalkan Aku!

Start from the beginning
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Sarah tidak tahu apa yang membuat Steve selalu bersikap labil kepadanya. Terkadang selalu bersikap kasar, tetapi berikutnya selalu dia berikan kelembutan sebagai ganti atas sikap sebelumnya.

"Apa kau masih sakit saat berjalan?" tanya Steve tanpa mengalihkan pandangannya ke depan. Sementara tangannya masih memegang erat tangan Sarah.

Sarah terkejut Steve bertanya itu kepadanya. Apa terlihat jelas saat dia berjalan? Area kewanitaannya masih sakit karena perbuatan Steve pagi ini.

"Kenapa diam?" Steve sekali lagi bertanya karena Sarah tidak kunjung menjawab. Dia menoleh ke belakang dan melihat Sarah tertunduk memainkan bibir.

"Masih sakit." Sarah meremas pita baju tidurnya. Sejak pergumulan itu, Sarah lebih memilih mengindari Steve dan menyiapkan pakaian untuknya.

Steve menatap lama Sarah, lalu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti melewati lorong. "Sebentar lagi kau juga akan terbiasa dan rasa sakit itu akan menghilang." ucap Steve santai.

"Tapi itu sangat sakit." lirih Sarah.

"Kuncinya adalah kau harus menikmatinya, Sarah. Relaks."

Sarah mulai tidak nyaman karena Steve tiba-tiba mengatakan itu. Apa Steve akan kembali melakukannya malam ini? Karena terlalu banyak memikirkan ucapan Steve, Sarah tidak sadar telah keluar dari ruang pakaian. Udara segar dan makanan lezat menyambutnya. Sarah mengusap perut dan rasa lapar kian membesar. Saat mata Sarah sibuk melihat makanan yang ada di dapur, Rossie datang dengan Karin berdiri dengan gaya pongah.

"Karin sudah menyiapkan makan siang untukmu. Kau tahu, dia sampai merelakan diri pulang dan mengikutimu. Bahkan, saat kau membentaknya karena seseorang yang tidak seharusnya kau bela, Karin masih bersikap baik kepadamu, Steve." Suara lembut Rossie bertolak belakang dengan kata-katanya yang menyinggung.

Sarah yang mendapat sindiran sinis itu hanya bisa bersembunyi di belakang punggung Steve. Kenapa Nenek Steve begitu membencinya? Apa salahnya?

"Roast Meats?" gumam Steve saat dia melihat piring berisikan daging bakar tersaji di piring yang dibawa Karin.

"Iya, dan ini makanan favoritmu, Steve." sahut Karin senang karena melihat Steve terlihat antusias.
Karin makin bahagia saat melihat Steve melepas genggaman tangannya dari tangan Sarah dan pergi menghampirinya. Karin sekilas melihat Sarah enggan untuk melepaskan tangannya dari Steve, tetapi lagi-lagi Karin tahu Steve akan melakukan apa pun yang dia kehendaki. Steve tidak suka diatur oleh siapapun.

Steve mengambil piring dari tangan Karin, "Ini untukku, kan?"

"Tentu saja," seru Karin.

"Terima kasih." Steve tersenyum lalu kembali memunggunginya. Dia kembali berjalan mendekati Sarah yang saat ini masih berdiri mematung memandangnya.

"Untukmu. Kau belum makan sejak tadi malam." Steve memberikannya kepada Sarah.

"U-untukku?" dan Steve mengangguk pelan.

"Steve! Itu tidak sopan! Karin sudah menyiapkan makanan itu untukmu!" Rossie yang beberapa saat lalu masih setia dengan ketenangan palsu, tiba-tiba mengambil sikap berbeda.

Steve menoleh. Dengan ekspresi tenang di wajahnya, Steve dengan jelas menatap Karin dengan bibir yang tampak sedikit melengkung ke satu sisi, "Apa kau keberatan aku memberikan makanan ini untuk Sarah?"

Karin meremas tepian nampan dengan kedua tangan, lalu memaksa kedua sudut bibirnya bergerak. "Ti-tidak, Steve."

"Dengar, Karin tidak keberatan aku memberikannya kepada Sarah, Nek."


Cerita ini sudah bisa dibaca full di PlayStore ya...

Tears of Sarah [21+] / Repost Where stories live. Discover now