25 : Jangan Tinggalkan Aku!

Mulai dari awal
                                    

"Lakukan sesuka hatimu, Steve. Nenek akan mendukungmu." kata Rossie tenang pada akhirnya.

Steve tahu ada sesuatu di mata Rossie. Apa yang sedang Nenek rencanakan? Steve tidak tahu. Steve akan terus mengamati gerak-geriknya karena Steve tahu, Neneknya terkenal kejam. Termasuk ketika wanita tua itu memaksa Ayahnya menceraikan Ibunya karena alasan yang saat ini belum Steve ketahui. Steve kembali memunggungi Rossie dan akhirnya pergi meninggalkannya sendiri.

Steve berjalan ke arah dapur dan membuka pintu sekat warna hitam yang ada di samping kiri. Saat Steve menginjak anak tangga pertama, udara lembap dan pengap menyambut. Matanya menyipit tajam karena kurangnya cahaya. Steve berjalan melewati lorong gelap dan mulai tahu kenapa Sarah sempat begitu berat hati ketika dia pertama kali menyuruhnya menyiapkan pakaian di ruang ini. Sarah ketakutan.

Steve terus berjalan hingga suara tangisan samar-samar mulai terdengar memenuhi gendang telinganya. Steve semakin mempercepat langkah dan berhenti hingga ke ujung.

"Hiks. Steve." Steve sempat tertegun karena Sarah memanggil namanya. Suara itu terdengar lemah.

Steve segera membuka pintu dan tercengang melihat Sarah berbaring tidak berdaya di lantai. Sarah meringkuk menghadap tembok gelap. Mata gadis itu terpejam, dan air matanya membasahi sebagian wajah. Steve berjalan mendekatinya dan duduk. Diusapnya rambut Sarah, begitu pelan, takut jika sentuhannya membuat Sarah sakit.

"Sarah?"

Sarah sempat tidak percaya dengan pendengarannya. Sarah mendengar suara Steve. Gerakan lembut di rambut membuat Sarah membuka mata, mengusap mata yang mengabur dan melihat Steve duduk di depannya. Sarah memaksakan tubuh yang lemah untuk bangun. Tangisnya pecah saat dia benar-benar melihat Steve.

"Hiks! Steve!" Sarah melingkarkan kedua tangan di leher Steve. Sarah memeluknya erat dan benar-benar mencium aroma tubuh Steve. Steve nyata ada di hadapannya.

"Aku tidak bersalah, hiks  tidak." Sarah makin erat memeluk Steve, takut jika Steve pergi dan tidak bermaksud menolongnya. Rasa takut Sarah makin besar saat Steve berusaha melepaskan pelukan Sarah. Bahkan lelaki itu tidak berusaha membalas ucapannya.

"Ja-jangan tinggalkan aku sendirian di sini. Aku mohon." Sarah mencengkeram kerah baju Steve saat pelukannya berhasil dilepas oleh lelaki itu.

"Lenganmu terluka, Sarah." ucap Steve saat matanya memandangi lengan Sarah yang dihiasi beberapa garis merah panjang. Lalu dipandanginya wajah Sarah yang masih berlinang. "Rambutmu juga berantakan sekali." Di sisirnya rambut Sarah dengan jemari tangan Steve, lembut. "Apa kau sudah makan?" Steve menangkup kedua pipi Sarah.

Wajah Sarah memerah karena begitu dekatnya wajah Steve dengan wajahnya, seolah-olah Steve ingin mencium. Benar, Steve memberikan ciuman lembut penuh kasih di pipinya.

"Be-belum." Sarah menggeleng. Sarah tertegun saat Steve tersenyum dengan lembut kepadanya. Ini pertama kalinya Steve tersenyum seperti itu, setelah sekian lama.

Deg!

"Kalau begitu kita makan siang bersama. Aku belum sarapan pagi ini karena kau tiba-tiba menghilang."

"Iya." Sarah tersenyum lebar seraya mengangguk. Sarah berharap Steve akan bersikap lembut seperti ini kepadanya. Selamanya.

***

Tears of Sarah [21+] / Repost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang