24 : Percintaan (19+)

Mulai dari awal
                                    

Steve menghapus jaraknya dengan Sarah yang masih duduk di tepi tempat tidur dengan jari jemari setia meremas tali gaun tidur.

"Kau tidak perlu sekolah karena pada akhirnya kau hanya akan tinggal di rumah dan melakukan kewajibanmu sebagai seorang istri." Steve menundukkan kepalanya, memainkan rambut Sarah lagi dan tersenyum kepadanya.

Sarah menghalau tangan Steve. "Ayah pasti marah jika tahu semua ini." Kata Sarah tanpa membalas tatapan Steve.

Steve menarik rambut Sarah ke belakang hingga wajah cantik itu tepat di bawah pandangannya, memaksa mata itu untuk bertemu dengannya. "Aku sudah mengatakannya kepadamu. Kau selamanya akan tinggal di sini tanpa Ayahmu yang bajingan itu! Hanya ada aku di sini!"

Tidak ada lagi senyum di bibir Steve. Auranya menggelap seperti langit malam. Semuanya terasa dingin dan mencekam dan Sarah terlambat menyadarinya.

Steve menarik pergelangan tangan Sarah dan memintanya berdiri hingga tubuh Sarah yang tingginya hanya sebatas dada harus menengadahkan kepala agar bisa menatap dirinya lebih dekat. Sarah merintih karena cengkeraman tangan miliknya di lengannya.

"Ah, sakit, Steve."

"Haruskah kubuat kau memahami ucapanku?" Steve mendorong tubuh Sarah hingga gadis itu terjatuh ke atas tempat tidur. Sarah terkejut dan matanya saat ini melebar menandakan rasa takut.

"Ti-tidak. Aku sudah tahu, Steve...." ucap Sarah terbata-bata. Sarah berniat kembali berdiri, tetapi Steve kembali mendorongnya. Senyuman di wajah Steve membuat bulu kuduk Sarah bergidik.

"Setelah lama mengenalmu, kau memang terlihat lebih cantik ketika menangis, Sarah." Steve merangsak naik ke tempat tidur dan menindih Sarah.

"Ja-jangan." Sarah menggeliat ke samping berniat untuk keluar dari jeratan Steve, tetapi tenaga Steve lebih kuat.

"Ayolah, kau adalah istriku, Sarah. Aku pernah berkata kepadamu, aku akan membuatmu terbiasa dengan tubuhku." Steve menurunkan ritsleting celana dan mengeluarkan miliknya.

"Ti-tidak mau." Sarah menggeleng dan air mata ketakutan mengalir deras membasahi pipi Sarah.

Steve membuka gaun Sarah dan seperti janjinya dia memaksa Sarah bersetubuh dengannya. Tangis kesakitan milik Sarah tidak mampu menghentikan dorongan kuat Steve.

"Hiks. Steve." Sarah menangis dan mencengkeram kedua bahu Steve. Kedua tangan itu terjulur lebih dalam dan memeluk leher Steve, "Steve..."

"Jangan membuatku marah lagi, Sarah." Steve melembutkan dorongannya dan mulai menciumi wajah Sarah.

"Steve ...." Sarah bergumam lagi memanggil namanya.

"Sarah." Ciuman Steve kemudian turun ke leher Sarah. Dia menciumi lehernya dengan sapuan lembut yang hangat.

Steve merasakan kedua tangan Sarah melingkar lebih erat di lehernya saat dia berusaha mendorong lebih dalam ke inti Sarah.

Steve melihat kernyitan di kening Sarah. Apa itu menyakitkan untuknya? Bagi Steve melakukannya dengan Sarah adalah bentuk kenikmatan yang selalu Steve nantikan. Milik Sarah benar-benar membuat Steve ingin melakukannya lagi dan lagi.

"Steve ...." Lagi-lagi hanya suara merajuk kecil yang lolos dari bibir merahnya. Mata teduh itu menatapnya seolah meminta Steve untuk menyayanginya.


Steve mencengkeram kemudi mobil dan teringat bahwa setelah kejadian itu Sarah menghilang dari kamar. Steve tidak menyangka Sarah benar-benar ke ruang pakaian untuk menyiapkan pakaian untuknya.

"Sialan!"

Dilihatnya jam di pergelangan tangan miliknya. Pukul satu siang. Itu berarti Nenek telah mengunci Sarah hampir delapan jam.

Fuck! Steve semakin melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.

***

Cerita ini sudah bisa dibaca lengkap di PlayStore ya
..

Cerita ini sudah bisa dibaca lengkap di PlayStore ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tears of Sarah [21+] / Repost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang