Ch. 24 - Impian Akemi

Depuis le début
                                    

Kensel memandangku. "Akemi, apa kau punya kantung keresek? Rasanya aku mau muntah."

"Woy!"

Aku hanya tertawa mendengar ocehan mereka. Mereka berdua memang akrab.

Kalau dipikir-pikir, rasanya mimpinya Kensel terlalu tinggi. Menjadi pemain sepak bola professional itu sangatlah sulit. Apalagi sampai bermain di Liga Inggris. Tapi, aku tahu, Kensel itu pemain sepak bola yang handal. Aku yakin, dia bisa mewujudkannya dengan cepat.

Kalau Rock, aku sedikit ragu. Wajahnya yang menyeramkan rasanya kurang pas untuk menjaga toko manisan. Pelanggan yang melihat wajah Rock pasti akan langsung kabur. Sepertinya, di masa depan Rock akan menjadi pemain Smack Down.

Setelah itu, aku juga bertanya pada Lullin.

"Mimpiku? Aku... ingin jadi seorang istri," ucap Lullin malu-malu.

Entah kenapa, aku jadi senyum-senyum sendiri mendengarnya.

Setelah bertanya pada Lullin, aku bertanya pada Hoshi tentang mimpinya.

"Hoshi. Cita-citamu ingin jadi apa?" tanyaku.

Hoshi memandangku serius. Hoshi yang biasanya suka bercanda, kali ini menatapku serius. Ia berdiri dan mendorongku sampai ke tembok.

(U-uwaah... inikah yang namanya Kabedon?) pikirku

Hoshi membuka mulutnya. "A-aku... A-aku... A-aku..." Hoshi gelagapan, sementara aku masih tersender di tembok tanpa ekspresi. "Aku MALU!!!" Hoshi tetiba berlari keluar kelas.

Aaaah, sayang sekali Hoshi. Padahal kau sudah bertindak keren. Seandainya kau menembakku hari ini, aku pasti akan tetap menolakmu.

Kemudian aku bertanya pada Roman.

"Roman apa kau punya mimpi?" tanyaku.

"Mimpi? Aku ingin jadi PNS. Cukup itu saja," jawab Roman dengan gaya percaya diri khasnya.

"Keren!" pujiku.

"Benarkah?"

"Ya!"

Roman kemudian tersenyum.

Sungguh, senyuman Roman begitu memikat hati. Perempuan mana pun pasti akan luluh jika melihat senyumnya hari ini. Seandainya Roman menembakku, aku pasti akan menolaknya dengan halus.

Setelah bertanya pada Roman, rasanya kurang pas kalau tidak bertanya pada Sera.

"Sera, mimpimu apa?"

"Mimpiku? Aku ingin membangun perpustakaan paling besar di dunia. Aku ingin membuat semua orang betah di perpustakaan, dan gemar membaca buku. Aku ingin menyebarkan virus kutu buku milikku ini. Hahahaha." Sera

tertawa jahat, tapi maksudnya baik.

Yah, kehidupan Sera memang tidak terlepas dari buku. Buku adalah identitas Sera.

***

Lev ingin menjadi pemain band terkenal, Nana ingin menjadi perancang baju professional, Shino ingin jadi... rahasia. Yah, semua anak di sini memiliki mimpinya masing-masing, termasuk Shuu. Meski terlihat madesu, Shuu bilang dia ingin menjadi pebisnis professional.

Aku yakin, mimpi Jui-sensei adalah menjadi seorang guru. Dia selalu bersemangat ketika mengajar di kelas.

Oh, iya. Ada satu anak lagi yang belum aku tanya.

"Gen hari Senin. Mimpimu apa?"

"Sebenarnya mimpiku sudah terwujud. Mimpiku adalah bisa sekolah di SMA Subarashii," ucap Gen, malu-malu.

"Oh, begitu. Selamat!" ucapku.

"Tapi, karena mimpiku sudah terwujud. Sekarang aku mempunyai mimpi yang baru."

"Apa mimpimu yang baru?"

"Aku ingin lulus dari sini dengan nilai yang baik," jawabnya.

"Hah? Itu saja?" Aku mengerutkan kening.

"Jujur, aku tidak tahu mimpiku apa. Tapi, rasanya hampa bila hidup tidak ada tujuan. Makanya, untuk sementara ini, aku menetapkan lulus dengan nilai bagus sebagai mimpiku. Selama mengejar mimpiku ini, aku akan mencari mimpiku yang sebenarnya."

Gen tersenyum, dia ternyata cukup tampan. Sayang, dia sudah punya pacar. Kalau belum, aku pasti akan mengenalkannya pada teman di kampungku.

Ahh, rasanya kata-kata Gen sangat menggambarkan diriku saat ini. Aku bersyukur bertanya pada Gen. Aku mendapatkan pencerahan.

"Mimpimu apa Akemi? Kamu kan pintar, aku yakin mimpimu pasti tinggi. Benar, 'kan?"

"R-a-h-a-s-i-a," jawabku.

***

Malamnya, aku menelpon ibu. Aku ingin memberitahu ibu tentang mimpi dan cita-citaku.

"Halo."

"Ibuuuu. Aku sudah tahu mimpiku!"

"Apa mimpimu Akemi?" tanya ibu.

Aku mengambil napas sejenak.

"Aku ingin membahagiakan ibu dan juga almarhum ayah," ucapku.

Subarashii Classroom: Kelas Aneh! [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant