Marta tersenyum kecil, "Hal itu sudah biasa terjadi, Nona. Menjelang pernikahan rasa gugup selalu menjadi hal lumrah. Bagi mempelai wanita pernikahan akan menjadi awal baru dari kehidupan mereka."

"Apa dulu Paman Sanders menikahi Bibi Marta karena cinta?" tanya Sarah dengan suara kekanak-kanakan. Lagi-lagi Marta tidak bisa menyembunyikan senyum geli di wajah.

"Bibi ingat, Nyonya Shaila sendiri yang mengenalkan Paman Sanders kepada Bibi. Saat menikah, dia ternyata tidak memiliki perasaan apa pun dengan Bibi. Namun ...." Marta menyentuh dada Sarah dengan senyum mengembang dan hangat di mata. "... kesabaran dan cinta yang tertanam begitu dalam di hati mampu meluluhkan hati Paman Sanders. Bibi belajar bahwa menikah tidak hanya kepentingan biologis saja, tapi dengan ikatan suci, dua insan belajar saling mencintai dan menghargai setiap pasangan. Pernikahan membuat dua manusia terikat dalam ikatan yang dinamakan cinta suci."

Sarah menatap lekat Marta, "Apa itu bisa terjadi juga kepadaku?"

"Selama kita memiliki keyakinan, semua tidak akan mustahil, Nona." Sarah kembali tersenyum ceria. Entah kenapa setiap Marta menatap, Sarah selalu melihat mata lembut ibunya. "Sebaiknya Nona tidur." Marta menarik selimut berserakan di ranjang, lalu diarahkannya kepada Sarah.

"Iya." Sarah membaringkan tubuh dan merasakan kelembutan usapan tangan Marta di rambutnya. Sarah akan membuat Steve berubah. Sarah akan membuat lelaki itu kembali seperti Steve dulu. Steve yang lembut dan selalu sayang kepadanya. Ini akan menjadi misi Sarah.

Akan tetapi, bisakah? Steve terlalu menakutkan dan arogan. Lagi-lagi wajah Sarah berubah muram, tetapi disembunyikan dengan memejam. Sarah berharap saat matanya kembali terbuka, semua kembali seperti semula.

Berharap Steve yang lembut dan penyayang kembali untuknya.

***

Lima hari kemudian.

Sarah menatap bayangan diri di cermin. Tanpa satu perhiasan pun Sarah begitu memesona. Gaun putih yang jatuh anggun hingga menyentuh lantai, sepatu high heels dengan warna serupa gaun melilit indah di kaki. Perpaduan warna kulit putih dengan rambut pirang pucat memberikan kesan unik. Bulu mata lentik melingkari sepasang mata birunya, terlihat bersinar seperti peri. Hidung kecil dan mancung. Cantik dengan kerapuhan lembut di garis wajah.

Namun kecantikan itu berkurang karena kesedihan terpancar samar di kedua bola mata. Sarah tidak pernah berpikir akan menikah di usianya yang masih muda.

"Apa Ayah boleh masuk?" Suara hangat itu mengalihkan kesedihan dan ketakutan Sarah.

"Ayah." Sarah melihat wajah tampan ayahnya.

Sarah tidak pernah merasakan ketakutan dan rasa gugup seperti ini sebelumnya. Dan kali ini, ketakutan itu makin besar dirasakan sehingga saat Sarah melihat ayahnya, Sarah benar-benar ingin memeluk.

Erick berjalan menghampiri Sarah, dan mengambil tempat duduk di samping putrinya, "Kau mirip sekali dengan ibumu, Sayang."

Sarah terdiam sesaat karena untuk pertama kalinya, sang ayah berbicara tentang ibunya, "Ibu?"

"Kau tahu? Saat itu Ayah menikahi ibumu saat dia masih berumur 20 tahun." Erick mengusap pipi Sarah, lembut. "Saat itu ibumu masih begitu polos, ceria, dan ...."

Tears of Sarah [21+] / Repost Where stories live. Discover now