10 : Sarah & Apartemen Steve ! (17+)

Mulai dari awal
                                    

"Shit!"

Sialnya, semua karena Steve kalah dalam permainan game sialan itu. Kalau saja balapan di dunia nyata, Steve sudah pasti akan memenangkannya dengan mudah. Steve mendorong trolinya setelah semua didapat. Saat Steve hendak ke salah satu kasir, dia berhenti tiba-tiba di depan rak kecil.

Steve sudah memiliki satu kondom pemberian Bryan tempo lalu. Rekor karena hingga saat ini Steve belum juga menggunakannya. Steve memainkan bibir dengan rahang yang perlahan mulai mengeras, tegang. Sarah. Steve tidak bermaksud membawanya ke apartemen. Sarah pingsan sesaat setelah dia mengancamnya.

"Sarah, kau terlalu polos." Tidak disangka-sangka, senyum lepas mulai menghiasi wajah tampan Steve. Namun dia segera menggeleng dan menghapus senyum itu. "Ingat misimu, Steve."

Setelah mengetahui Ayah Sarah berbisnis di luar kota, ini menjadi kesempatan untuknya. Kesempatan!

***

"Steve ada di mana?" tanya Sarah waspada karena melihat gerak-gerik Kyle yang mencurigakan.

"Kenapa kau mencari Steve? Aku bisa lebih baik dan lembut dari dia kalau kau mau." sahut Kyle menyebalkan.

"Su-sudah terlalu sore, aku harus pulang." Sarah turun dari tempat tidur dengan kedua tangan masih memeluk dada.

"Eits, kenapa buru-buru? Steve memintaku menemanimu selama dia pergi." Kyle meraih lengan Sarah dan kembali memintanya duduk di sana.

Sarah menelan saliva susah payah. Sarah memutar otak agar bisa kabur dari tempat ini, terutama dari Kyle. Sarah tidak begitu mengenal Kyle. Selama ini Sarah hanya sedikit mengenal Bryan, sahabat terdekat Steve. Saat otaknya berpikir keras, Sarah merasakan tangan Kyle mulai bergerak menyapu lengannya.

Sarah menangkis dan kembali berdiri. Sarah tidak percaya suara yang keluar dari mulutnya terdengar begitu lantang, "Apa yang kau lakukan?!"

"Kenapa? Bukankah Steve pernah melakukan ini kepadamu?"

Sarah mengabaikan ucapan Kyle, lalu berjalan pergi meninggalkan laki-laki itu. Saat tangannya berusaha meraih ganggang pintu, tubuhnya tiba-tiba terangkat dari lantai. Teriakan Sarah teredam karena bekapan di mulut oleh tangan Kyle. Kyle menjatuhkan tubuh Sarah kembali ke ranjang. Sarah berusaha melawan dengan menendang kaki Kyle, tetapi sesaat kemudian kakinya dikunci.

"Mmmm!" Sarah menggeleng saat Kyle mengangkat gaunnya hingga atas paha. Sarah berusaha berteriak, tetapi bekapan di mulut makin erat dilakukan Kyle. Sarah benar-benar ingin menangis. Apa Steve sejahat itu hingga meminta Kyle untuk melakukan ini? Hati dan jantungnya mulai sesak. Sarah kembali mengingat wajah ibunya.

Ibu, tolong aku! Sarah membuka mata yang berkaca-kaca saat bekapan di mulut mulai longgar. Sarah kemudian menggigit tangan Kyle.

"Argh!" Kyle menjerit kesakitan dan sedikit menjauhi tubuh Sarah. Saat itulah dia menendang selangkangan Kyle yang masih berada di atas tubuhnya.

"Holly shit!" Double sickness dirasakan oleh Kyle.

Sarah tidak tahu siapa yang menggerakkan tubuhnya hingga dia seberani itu pada Kyle bahkan Sarah merasakan wajahnya tertarik ke samping saat dilihat bolpoin hitam tergeletak di meja lampu tidur.

"Akan kubuat kau menyesal, Bitch!" Sarah seperti mendapat inisiatif meraih bolpoin itu. Lalu ditusuknya lengan Kyle yang sempat ingin kembali melanjutkan aksi bejat. "Argh! Bitch! Shit!" Kyle mengumpat sambil mengusap lengannya yang berdarah karena tusukan Sarah. Tiga kesakitan dirasakan Kyle.

Sarah menggunakan kesempatan itu untuk menjauh, mengusap kasar air mata yang mengaburkan pandangan, lalu ditatapnya pintu masuk kamar dengan pikiran segera kabur dari tempat ini. Tanpa pikir panjang, Sarah turun dan berlari meninggalkan Kyle.

"Hei, mau ke mana kau?!" Kyle berteriak dan ikut turun dari ranjang, tetapi langkahnya tiba-tiba serasa ditahan sesuatu yang berat. "Sial, kenapa kakiku jadi sakit begini!" gerutu Kyle.

Sarah membuka pintu kamar, dan melihat Bryan, sahabat Steve tengah berbaring nyaman di sofa. Tidak ingin membuat laki-laki itu terbangun, Sarah memelankan langkah. Saat mencapai pintu keluar, Sarah kembali mempercepat langkah kakinya. Dia tidak sanggup lagi menahan linangan di matanya. Air mata kelegaan.

Sarah tidak ingin membuang waktu dan berjalan sedikit terseok menuju lift. Saat pintu lift terbuka, Sarah masuk dan mengabaikan tatapan para penghuni lift. Sarah kemudian terduduk lemas, masih gemetar. Kakinya tidak mampu menumpu berat tubuh. Kakinya memerah karena dia melupakan alas kaki yang entah Steve sembunyikan di mana. Sarah hampir saja kehilangan kesuciannya karena Kyle. Lagi-lagi Tuhan menyelamatkannya.

Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, Ibu.

"Nona baik-baik saja?" Seorang wanita berparas cantik bertanya kepada Sarah.

Sarah mengangkat kepala, tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Akhirnya yang keluar hanya melalui isyarat kecil wajahnya. Sarah mengangguk dengan senyum kecil.
Wanita itu tersenyum lembut, "Nona sangat cantik kalau tersenyum."

Senyum yang entah kenapa membuat Sarah teringat kembali dengan sosok ibunya. Senyum yang terukir di wajah wanita itu hampir serupa dengan senyum ibunya di foto pada liontin yang kini melingkar di lehernya.

"Lantai satu. Nona tidak keluar?" Lagi-lagi wanita itu menyadarkan.

Sarah mengangkat kepala dan melihat nomor di lift. Sarah kemudian kembali berdiri dan keluar lift dengan langkah kaki melemah. Saat Sarah memutar tubuh hendak berterima kasih, wanita itu menghilang, bersamaan dengan pintu lift yang menutup. Sarah memegang liontin di leher dan merasakan jantungnya berdetak begitu kencang.

 Sarah memegang liontin di leher dan merasakan jantungnya berdetak begitu kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tears of Sarah [21+] / Repost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang