BAB : 13

264 18 0
                                    

Tae Sang masuk ke kediaman Ratu Dong Ae, disana ia melihat keadaan di depan ruangannya kacau sekali, Ratu Dong Ae menyuruh pelayan dan dayang untuk keluar dan ia mengunci pintunya, Ratu bahkan mengancam akan melukai dirinya jika ada pengawal atau pelayan yang mencoba masuk.

"Omamama... ini saya Kwan Tae Sang, saya mohon bukalah pintunya!" teriak Tae Sang sambil menggedor pintu.

Karena tidak ada jawaban, Tae Sang menyuruh Hana memanggil Raja Kwan Jin Soo dan ia mendobrak pintu kamar ibunya. Tepat saat Tae Sang masuk Ratu Dong Ae hendak meminum sesuatu yang di pegangnya, Tae Sang melemparkan kipas yang dibawanya dan mengenai tangan Ratu Dong Ae, gelas kecil itu jatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping. Ratu Dong Ae menangis lalu berlutut di lantai.

"Apa yang Omamama lakukan?" tanya Tae Sang sambil bersimpuh di dekat Ratu Dong Ae, ia memandang ibunya dengan sedih.

Ratu Dong Ae yang biasanya terlihat tenang, ramah, dan disegani siapapun yang berhadapan dengannya, kini terlihat kacau, wajahnya pucat, kedua matanya terlihat merah dan bengkak karena terlalu banyak menangis, ia tidak memakai dangui Ratu tapi hanya pakaian tidur yang sederhana, bahkan rambutnya hanya diikat dengan jebiburi, tanpa hiasan kepala seperti biasanya. Tae Sang melihat keatas meja, terhampar sebuah gulungan bermotif naga, ia terbelalak, Raja telah mengelurakan perintahnya. Tae Sang bangkit dan berjalan menuju meja Ratu, diambilnya gulungan itu, begitu membaca isinya tangannya gemetar, Raja memerintahkan Ratu Dong Ae untuk diasingkan ke Pulau Ganghwa, sama seperti yang dilakukan Raja dua puluh tahun yang lalu, pikir Tae Sang. Ia menoleh pada ibunya yang masih duduk menangis dilantai, bersamaan dengan itu Raja tiba. Tae Sang dan Ratu Dong Ae menghormat pada Raja.

"Kau sudah tahu hal ini Putra Mahkota?" tanya Raja, Tae Sang mengangkat wajahnya, ia melihat ayahnya juga tampak sangat terluka.

"Jeonha... apakah perlu mengambil keputusan ini?" tanya Tae Sang, ia melihat ibunya masih juga menangis, wajahnya tertunduk ia tidak berani menatap wajah Raja.

"Ratu Dong Ae telah membuat keputusan yang salah, ia tahu apa konsekuensinya, aku pernah melakukan hal yang sama dua puluh tahun yang lalu, ini bukanlah keputusan yang mudah,"jawab Raja, tangannya mengepal diatas meja, terlihat bahwa Raja sendiri memiliki beban pikiran yang berat.

Seorang Raja harus bijaksana, ia tidak bisa hanya berpihak pada keluarganya dan mengesampingkan rakyatnya, begitu pula sebaliknya, Tae Sang tahu hal itu.

"Omamama memang telah mengambil keputusan yang kurang tepat, tapi bagaimanapun Omamama adalah Ibu dari Joseon, seorang Ibu pasti akan melakukan apapun untuk melindungi anaknya, begitu pula Ratu, ia akan melakukan apapun untuk kebaikan Kerajaannya dan rakyatnya, Joseon hanya punya satu Ibu, jika Jeonha mengirim Omamama ke Pulau Ganghwa, bagaimana dengan Joseon? Ia akan kehilangan sosok Ibu yang bisa melindungi rakyat Joseon," kata Tae Sang sambil berlutut di depan Raja," Saya mohon Jeonha mempertimbangkan lagi keputusan ini."

"Putra Mahkota..." gumam Ratu Dong Ae menatap Tae Sang, ia benar-benar terharu putranya berusaha membantunya, meskipun ia tahu bahwa nyawa calon istrinya juga sempat terancam bahaya karena keputusannya yang emosional.

Kabar bahwa Ratu Dong Ae akan diasingkan ke Pulau Ganghwa menyebar dengan cepat di Hanyang, hal itu menjadi topik pembicaraan yang menarik disegala lapisan masyarakat. Ratu yang terkenal dengan ketegasannya tentang peraturan dan hukum Kerajaan, kini harus menerima hukuman atas perbuatannya sendiri. Tidak sedikit yang mendukung keputusan Raja, bahkan banyak yang menyayangkan tindakan Ratu tentang penangkapan di Pulau Ganghwa. Karena hal itu, banyak orang menjadi penasaran dengan sosok Selir Cho, nama itu langsung menjadi populer di Hanyang.

NORIGAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang