BAB : 12

281 16 0
                                    

Ratu Dong Ae melangkah menuju Istana Raja, chima ungunya sesekali berkibar tertiup angin, dagunya terangkat menunjukkan bahwa ia adalah wanita yang berkuasa, kedua tangannya mengepal tertutup dangui bercorak burung Phoenix yang dikenakannya, wajahnya yang cantik menyiratkan kekhawatiran meskipun seulas senyum tampak sesekali di wajahnya saat beberapa orang membungkuk menyapanya. Pagi itu Raja mengundangnya ke kediamannya, Ratu Dong Ae sepertinya mengerti alasan dibalik undangan itu, Raja pasti telah mengetahui penangkapan yang telah dilakukannya, namun saat Ratu memasuki halaman menuju Istana Raja, ia terkejut, beberapa orang nampak terikat dan duduk di kursi, tubuh dan wajah mereka penuh luka, Ratu mengenali orang-orang suruhannya itu.

Raja Kwan Jin Soo duduk di singgasananya, wajahnya menatap ke orang-orang itu dengan pandangan dingin, Ratu Dong Ae membungkuk pada Raja, ia menyembunyikan tangannya yang gemetar dibalik danguinya, ia berpikir darimana Raja tahu orang-orang suruhannya itu, teriakan para tahanan itu mengagetkan lamunannya.

"Omamama... kami mohon ampuni kami... kami hanya melaksanakan perintah..." teriak salah seorang dari mereka.

Ratu terbelalak mendengarnya, secara tidak langsung mereka mengatakan bahwa perintah itu berasal dari dirinya, ia memandang tahanan itu dengan marah. Raja menghela napas, ia melambaikan tangannya dan beberapa prajurit maju dengan membawa sebilah pedang, teriakan mereka semakin menjadi-jadi. Raja meminta Ratu untuk melihat apa akibat dari perbuatannya, tahanan itu akan dieksekusi didepan Ratu.

"Jeonha..." Ratu terhuyung hingga para dayang menopangnya, kedua lututnya mendadak lemas dan tidak sanggup berdiri, ia tidak menyangka Raja memintanya melihat orang suruhannya dieksekusi didepannya, ini terlalu kejam baginya.

"Apa kau tidak sanggup melihat mereka dihukum?" tanya Raja sambil menoleh kearah Ratu yang sudah pucat pasi," Apa kau berpikir sebelum mengeluarkan perintah Ratu Dong Ae? Jika Putra Mahkota tidak tiba tepat waktu, bagaimana nasib orang-orang tak berdosa yang telah mereka tangkap? Mereka tidak hanya akan melihat perbuatan kejam orang-orang suruhanmu, tapi nyawa mereka sendiri yang akan melayang!" Raja mengepalkan tangannya.

"Jeonha, mohon tahan perintah anda!"

Tae Sang melangkahkan kaki menuju singgasana Raja, ia memberi hormat pada Raja dan Ratu, lalu memohon kepada ayahnya untuk menarik perintahnya, Raja mengernyitkan dahi.

"Jeonha... memang benar orang-orang ini terlibat dalam penangkapan itu, tapi meminta Ratu melihat eksekusi ini, menurut saya terlalu kejam, Ratu tidak pernah melihat perbuatan kejam seperti ini, maka saya mohon Jeonha menarik lagi perintah anda, kita bisa mencari jalan keluarnya," kata Tae Sang sambil berlutut didepan Raja. Raja terkejut melihat putranya sampai berlutut seperti itu. Akhirnya Tae Sang berhasil meluluhkan hati Raja, mereka pun kembali dimasukkan kedalam tahanan untuk menunggu keputusan Raja tentang hukuman mereka, sedangkan Ratu dikurung di dalam kediamannya, tidak ada yang boleh menemuinya, bahkan Raja menempatkan pengawal untuk menjaga kediaman Ratu sampai hukuman untuk pelaku penangkapan itu diputuskan oleh Raja.

Ryung Hee perlahan membuka matanya, badannya terasa lemah meskipun demamnya sudah turun, ia melihat sekeliling dan menyadari bahwa ia berada di dalam kamarnya di Hanyang, dan bukan di Pulau Ganghwa. Ia berusaha bangkit dari tidurnya, dilihatnya Sooki tertidur dengan posisi duduk, bahkan ibunya tertidur sambil bersandar pada sebuah meja.

"Eommoni..." panggil Ryung Hee lemah.

"Ryung Hee-ah! Kau sudah siuman?" Nyonya Kim bergegas mendekat pada Ryung Hee dan mengecek demamnya, Sooki terbangun mendengar suara Ryung Hee, ia menghela napas lega, saat-saat kritis sudah lewat.

NORIGAEWhere stories live. Discover now