BAB : 1

981 38 2
                                    

Pagi yang cerah menyinari Paviliun Teratai tempat tinggal putri Perdana Menteri Kim In Su yang sangat cantik bernama Kim Ryung Hee. Pohon ceri mulai berbunga tanda musim semi akan segera tiba menggantikan musim dingin yang panjang. Ryung Hee membuka matanya karena sinar matahari malu-malu menyeruak masuk melalui jendela kamarnya.

"Agasshi, anda sudah bangun?" tanya Sooki dari luar kamar Ryung Hee.

Sooki telah melayani Ryung Hee selama bertahun-tahun, bahkan ia telah dianggap saudara sendiri oleh Ryung Hee, tak jarang Ryung Hee mengajaknya minum teh saat tidak ada orang di rumahnya, jika ada pelayan yang melihat pasti mereka iri karena perlakuan special Ryung Hee pada Sooki. Ryung Hee adalah putri tunggal, ia sering merasa kesepian karena kedua orang tuanya pasti sibuk dengan berbagai kegiatan di Istana, karena itu kehadiran Sooki sangat menghibur dirinya.

"Masuklah," kata Ryung Hee sambil bangun dari futonnya dengan malas.

Sooki masuk dengan beberapa pelayan yang membawa baskom air dan setumpuk baju ganti, segera Ryung Hee mencuci wajahnya sedangkan Sooki membereskan futonnya. Tak lama kemudian Ryung Hee telah mengenakan jeogori hijau bercorak bunga-bunga lembut dan chima merah yang mengembang. Sooki membantu Ryung Hee mengenakan jebiburi merah pada rambut panjangnya, tak lupa ia menyematkan bichigae berbentuk bunga di sisi telinga Ryung Hee.

Ryung Hee berjalan keluar menuju paviliun kecil yang dikelilingi kolam ikan Koi, itu adalah tempat favoritnya untuk bersantai, karena pagi itu cuaca cerah dan udara mulai hangat ia meminta pelayan untuk menyiapkan perlengkapan menyulamnya dan cemilan manis di paviliun itu. Ia pun duduk sambil menyulam sesekali ia melahap buah anggur kupas didepannya dan mencecap teh hijau. Ia ingin menghadiahkan sebuah baju kepada tunangannya Pangeran Kwan Tae Sang, hasil sulaman Ryung Hee terkenal paling indah dan rapi diantara kalangan bangsawan wanita di Hanyang, bahkan Ibu Suri Dong Ae sangat mengagumi karya calon menantunya ini.

"Agasshi, Nyonya Jung sudah tiba, beliau menunggu Anda di paviliun utara," kata Sooki, Ryung Hee mengangguk, ia pun melipat hasil sulamannya dan memasukkannya ke dalam kotak.

Nyonya Jung adalah guru menari Ryung Hee, selain itu ia juga mengajarinya tata cara Istana, cara berjalan, makan, bahkan berbicara dengan keluarga Kerajaan. Tentu saja Ryung Hee harus menguasai itu semua sebelum akhirnya ia menikah dengan Tae Sang dan menjadi Putri Mahkota, jika tidak ia akan menghancurkan nama baik keluarga Kim. Meskipun sejujurnya ia lebih senang belajar beberapa gerakan beladiri dan kesenian pedang daripada berjalan tegak dengan mangkuk diatas kepalanya, itu membuat lehernya sakit.

Tanpa sepengetahuan Ryung Hee, Tae Sang telah menunggunya di atas sebuah pohon ceri yang tumbuh subur di belakang tembok kediaman keluarga Kim, ia ingin melihat Ryung Hee berlatih berjalan pagi itu. Tae Sang sempat hendak tertawa ketika melihat Nyonya Jung meletakkan mangkuk di kedua bahu Ryung Hee, ia menahan tawa dengan tangannya saat melihat ekspresi Ryung Hee yang dipaksa tersenyum manis sambil berjalan perlahan dengan mengangkat kedua sisi chimanya, ia justru terlihat seperti seseorang yang menahan sakit perut.

Ryung Hee terkejut saat melihat Tae Sang berada diatas pohon ceri, Tae Sang meletakkan telunjuk di bibirnya agar Ryung Hee tidak berteriak, tapi terlambat ia sudah berteriak, kedua mangkuk itu jatuh dan pecah dengan suara keras karena menghantam batu.

"Ada apa Agasshi?" Nyonya Jung tergopoh-gopoh menghampiri Ryung Hee, ia khawatir Ryung Hee terkena pecahan mangkuk itu.

"A-ada tupai!" teriak Ryung Hee ia menunjuk ke pohon ceri, beruntung Tae Sang sudah turun dari situ, dalam hati Ryung Hee tertawa, kapan lagi dia bisa menyebut seorang Pangeran seekor tupai.

NORIGAEWhere stories live. Discover now