8.Puncak

2.6K 120 0
                                    

Asyhilla sedang mengingat masa-masa saat ia pergi ke puncak 2 tahun lalu, namun lamunannya mendadak pecah saat Fabian memanggil namanya. Asyhilla menoleh, mencari sumber suara dan menemukan Fabian yang hendak pamit.

"Gue, masuk ke kelas ya. " ujar Bian yang sedikit mengangkat buku catatan kelasnya yang menandakan bahwa pembayaran sudah selesai.

Syhilla mengangguk dan Bian kembali kekelasnya.

Saat Asyhilla pulang kerumahnya ia disambut kedua orang tuanya, Mama dan Papanya.

"Assalamu'alaikum. "

"Wa'alaikumussalam. "

Betapa terkejutnya orang tua Asyhilla saat melihat putrinya kini mengenakan jilbab, kedua orang tuanya sangat mendukung keputusan sang putri untuk memenuhi kewajibannya mengenakan jilbab.

"Oh ya, Pa, Ma, Syhilla minta izin ya? Lusa, Syhilla mau berangkat ke puncak. " ucap Syhilla yang melepas tasnya dan duduk di sofa.

"Boleh sayang. Boleh kok. "

"Berangkatnya bareng Bian juga?"

Syhilla tersenyum.

"Nggak, Ma. Udah putus. " ujar Syhilla.

"Loh, kenapa?"

"Tapi tetap temenan kan?" tanya Papanya.

"Mama papa setuju kok, kamu pake jilbab, tapi, bukannya nggak baik ya memutus tali persahabatan kalian?" sahut Mama.

"Iya, kalian kan udah kenal lama. " sahut Papa.

"Iya Ma, Pa, Syhilla tetap temenan kok. " ucap Syhilla.

Hari H tiba, ini hari dimana mereka pergi ke puncak. Syhilla keluar dari pagar megah rumahnya, sebuah mobil avanza putih melintas didepannya mobil tersebut berjalan mundur.

Tinnn tinnnn

"Tante. " ujar Asyhilla yang melihat Mama Fabian yang membuka kaca jendela mobilnya.

"Bareng tante aja yuk, Syhil. " ajak Kirana ibunda Fabian.

Syhilla tak bisa menolak tawaran ibu dari mantan kekasihnya itu. Ia naik ke mobil tersebut, sembari bercerita di sepanjang perjalanan. Mama Fabian juga mendukung jika Syhilla mengenakan jilbab, sesampainya didepan gerbang sekolah, Asyhilla turun dan berpamitan sementara itu ibunda Fabian berangkat ke kantornya.

"Syhil!" teriak Wulan yang melihat gadis cantik, dengan jilbab Mocca yang memakai jaket hoodie berwarna putih dan celana jeans longgar berwarna hitam serta tas punggung hitam tak lupa sepatu sneakers berwarna abu-abu.

Bian dan Malik menoleh secara bersamaan dari tempat mereka berdiri.

Lo emang udah cantik Syhil, dipakein jilbab juga tambah cantik, gumam Bian yang menatap Syhila dengan kedipan perlahan.

MasyaAllah, kamu cantik Syhilla, gumam Malik yang sejenak melihat Asyhilla lalu memalingkan wajahnya.

Asyhilla berjalan dengan sedikit cepat menghampiri Wulan yang sudah menunggu sedari tadi, gadis dengan jaket berwarna baby pink, tas biru muda, rambut yang digerai, dan celana jeans hitam sejengkal dibawah lutut.

Asyhilla melihat seorang pemuda yang mengenakan kupluk berwarna navy, jaket hoodie putih, dengan celana berwarna hitam, dan tas punggung hitam.

"Lo janjian sama Bian, Syhil?" bisik Wulan yang melirik ke arah Bian dan memperhatikan Asyhilla.

"Ya nggak lah, Lan. " ujar Asyhilla.

"Mohon pethatiannya bentar, buat yang belum kenal gue, nama Gue Boy dari IPA1, gue yang akan jadi koordinator selama perjalanan gue duduk didepan, dan jika ada yang pusing, mual atau sakit, langsung bilang aja. Kotak P3K gue yang pegang. " jelas Boy yang yang berdiri di atas koridor sekolah.

"Kalo soal tempat duduk?" tanya seorang siswa.

"Soal tempat duduk bebas, dan pulangnya harus duduk sama orang yang sama, biar mudah absensi nya. "jelas Boy.

Boy membagikan selembar kertas hvs. Dan siswa/i mulai mencatat nama mereka dengan pasangan duduk mereka.

"Syhil? Lo duduk sama gue ya. " ujar Rika yang baris dibelakang Asyhilla.

Mereka dibagi menjadi 2 baris, 1 baris putra dan 1 baris putri. Bian tanpa sengaja bersebelahan dengan Asyhilla yang berada dibarisan ke 8. Wulan yang melihat Bian memperhatikan Asyhilla malah berbisik kepada Rika.

"Asyhilla biarin sendirian aja, kasian tuh, Bian liatin dia mulu, ntar lo disuruh pindah kek gue tahun lalu. " ucap Wulan berbisik.

"Oh, tapi emangnya nggak apa-apa?" ujar Rika yang menoleh kebelakang.

"Udah tenang aja. "

"Oke!" Rika mengangkat tangan kananya, ibu jari dan telunjuknya bertemu sedangkan tiga jari lainnya dibiarkan berdiri mengisyaratkan oke.

Bian maju kedepan, ia melihat di deretan siswi belum ada nama Asyhilla. Ia menulis namanya sendirian. Lalu Avi menuliskan nama Asyhilla disamping nama Bian, Bian masuk ke bus dan duduk di barisan sebelah kanan. Lalu Boy memanggil Asyhilla untuk masuk ke bus.

"Syhil? Lo duduk sama Bian. "

Asyhilla kaget, ingin menolak tapi nanti akan memperlambat keberangkatan jika harus menulis absen dari awal lagi.

"Udah buruan Syhil!!" teriak Avi dari pintu bus.

Asyhilla masuk ke bus, melihat Wulan dan Rika yang duduk di barisan kiri nomor 3, lalu ia melihat Malik duduk sendirian Malik tersenyum pada Syhilla, tiba-tiba Sesil yang datang berlarian langsung menuju Bus dan duduk bersama Malik, dan membuat Malik terkejut.

"Woi!! Tungguin gue!!" teriak Sesil yang tergesa-gesa dengan tas gunungnya. Sesil masuk ke Bus dan melihat Asyhilla yang berdiri didekat kursi Malik. Sesil menghampirinya, dan berkata.

"Akhirnya sampe juga. " ujar sesil yang hampir membuat Syhilla terjatuh, Sesil segera duduk disamping Malik.

"Syhil? Kursi lo disana. " ujar Boy.

Syhilla menghampiri kursi kosong yang berada disamping Bian mantan kekasihnya. Ia duduk dan perjalanan di mulai.

Sepanjang perjalanan kursi mereka hening, dan setelah Boy mulai mengadakan games mereka akhirnya berbicara, bercerita, dan akrab lagi.

"Kamu nggak apa-apa, duduk sama aku?" tanya Asyhilla.

"Emang kenapa? Waktu itu juga gini kan?" Bian menatap ke arah jendela.

"Tapi kan beda. "

"Beda apanya? Cuma karena kita putus, gitu? Syhil? Gue emang kasar kalo ngomong tapi gue nggak pernah bisa bohongin hati gue. Gue tau gue salah. Tapi gue harap, lo nggak pernah benci gue. Jadi tetap disamping gue, seenggaknya selama tour ini. " ucap Fabian.

Relationship Goals [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang