5.Sesil

2.9K 131 0
                                    

"Lo nggak capek, Bi? Musuhan sama Syhilla?" ujar Nata yang sedang men-dribble bola basket.

"Gue tuh nggak musuhan, cuma.." Bian berpikir tentang hubungannya dengan Asyhilla. Yang saling membatasi jarak, termasuk menghindari komunikasi.

Nata masih asik mengging bola basket hingg akhirnya bola basket miliknya menggelinding keluar lapangan. "Cuma apa? Cuma nggak saling sapa? Sama aja kali, Bi. " ujar Nata yang berlari mengejar bola basket yang menggelinding keluar dari lapangan.

Beberapa detik kemudian terpaku pada sepasang sepatu bertali berwarna baby pink yang menghentikan bola basket miliknya. Ia perlahan menyadari bahwa sepatu tersebut sangat tidak asing di ingatannya. Dan ia mendapati seorang gadis cantik dengan tampilan feminim, jumpsuit denim selutut dan rambut yang di ikat.

Gadis itu tersenyum saat Nata menatapnya. Nata lalu memeluknya dengan erat. Ia sangat merindukan gadis centil itu.

"Kita semua kangen, lo. Jangan pergi lagi, Ses. " bisik Nata.

Nata lalu membawa gadis yang ia panggil "Ses" itu kehadapan Fabian.

"Bi! Liat, gue bawa siapa?" Panggil Nata saat melihat Fabian hendak memasukkan bola ke ring basket.

Fabian bertanya siapa seseorang yang Nata maksud. Saat ia berhasil memasukkan bola ke ring basket, ia menoleh dan melihat Sesil.

"Lo nggak kangen sama gue?" ujar centil gadis itu.

"Sesil?" Bian kaget,

Gadis yang ia panggil Sesil tersebut berlari menghampirinya, dan sejenak melepas rindu dengan sebuah pelukan Bian.

"Lo kapan pulang?" tanya Bian yang mengusap rambut Sesil.

"Gue pulang, karena denger kabar kalo lo udah jomblo. " ledek Sesil.

Fabian hanya terkekeh mendengar ucapan buaya dari seorang gadis centil yang pernah menempati ruang hatinya.

Sesil melepas pelukannya. "Gue mungkin pernah ninggalin lo, bahkan ninggalin kalian semua. Tapi jujur soal hati, gue nggak pernah bohong. " ucap Sesil.

"Lo tau itu kan, Nat?" Sambungnya.

Nata menaikkan kedua alisnya. Lalu mengajak kedua sahabatnya itu pulang.

Sesil merangkul 2 orang laki-laki tersebut dan pulang kerumah masing-masing.

Keesokan paginya, saat Bian keluar dari kamar, ia berjalan menuruni anak tangga dengan seragam yang sudah rapi, dan tas yang ia selempangkan di lengan kanannya.

"Nah itu anaknya turun. " ujar Kirana mama Bian yang sedang mengobrol dengan Sesil.

"Sarapan dulu, sayang. " ucap sang ibu yang sudah duduk di meja makan ditemani Sesil.

"Hei! Gue dari tadi nungguin lo. " ujar Sesil yang kemudian meneguk segelas susu coklat hangat.

Bian mengambil roti, dan segelas susu lalu duduk didekat Sesil "Gila lo, ya? Ini masih pagi, dan lo udah ada diruma gue?" Heran Bian dengan cepat menghabiskan segelas susu putih.

Bian mengarahkan telunjuk kanannya kearah bibir Sesil yang baru saja akan menjawab pertanyaan Bian. Mereka pamit dan lalu menuju mobil, Bian yang menyumpal roti dimulutnya mengambil kunci mobil dari sakunya.

"Lo, nggak tanyain gue, Bi?" ujar Sesil yang sedari tadi memakai seragam yang sama dengan Bian. Rambut yang diikat satu, tas jansport yang ia selempangkan di lengan kanan dan earphone yang ia pakai dilehernya. Bian masuk ke mobilnya, begitupun Sesil.

"Lo pake seragam yang sama kayak gue? so pasti lo pindahkan? Terus apa anehnya?" ujar Bian datar, sembari menyetir mobil.

"Lo kok nggak antusias Bi, ini gue lo? Sesil? Lo lupa. " ucap Sesil.

Bian fokus dengan menyetirnya. Tibanya disekolah, Bian masuk ke sekolah bersama Sesil.

Sesil menghentikan langkahnya, ia memandangi seluruh sudut sekolah, ia berada dikoridor masuk.

"Syhila!!!" teriak Sesil.

Yaelah, pake acara manggil Syhila segala, gumam Bian.

"Lo Syhilla kan?" tanya Sesil yang berdiri didepan Syhilla yang sedang duduk didepan kelas.

"Sesil? Kamu pindah kesini lagi?" tanya Syhilla.Sesil memperhatikan Syhilla dari ujung kaki hingga ke ujung rambut yang kini tertutup jilbab.

"Lo sekarang pake kerudung? Ya Ampun? Gue pangling lo!!" ujar Sesil yang memegang kedua bahu Syhilla.

"Udah buruan, ntar gue anter ke kantor. "ujar Bian yang kini menarik tangan Sesil.

"Ntar kita ngobrol lagi ya!!" ucap Sesil yang ditarik oleh Bian.

Sepanjang perjalanan Fabian asik mengomel.

"Lo bisa kan nggak usah sok akrab sama Syhilla. " ucap Bian kesal.

"Loh, kenapa? Jangan cuma gara-gara lo putus sama Syhilla, terus lo juga mau jauhin gue sama Syhilla?" ucap Sesil.

Bian terdiam. Ucapan Sesil benar, tidak seharusnya Fabian bersikap begitu. Fabian jadi merasa bersalah karena sudah meminta semua orang disekitarnya untuk ikut menjauhi Asyhilla.

Relationship Goals [REVISI]Where stories live. Discover now