0,9 (Revisi)

6.8K 344 0
                                    

Hangat

aku mengerjapkan mataku beberapa kali, tubuhku berat namun terasa hangat, ah tunggu berat? aku bahkan merasakan hembusan nafas yang hangat di belakang leherku.

"Apa kamu sudah bangun?" 

"Maxime?" 

"ya ini aku, tidurlah lagi ini masih terlalu pagi" aku terkekeh merasakan dia yang lebih mengeratkan tangannya yang memelukku, aku bahkan tidak menyadari kedatangannya kemarin namun tiba-tiba saja ia sudah memelukku saat aku bangun.

ini membuatku sedikit risih karena tidak terbiasa bersentuhan dengan lawan jenis, namun pelukan Maxime terasa hangat sehingga aku tidak ingin melepaskannya.

"Ryn?"

"ya"

"Aku akan ke perbatasan utara mungkin akan memakan waktu lebih dari 10 hari apa tidak masalah jika kamu bersama ibu dimansion? Sebenarnya aku tidak ingin pergi aku masih ingin lebih lama bersamamu" aku terkekeh.

"pergilah Max"

"Pangil aku sekali lagi" suaranya terdengar sangat lembut ditelingaku.

"Maxime"

"Tidak bukan itu" aku berpikir sejenak.

"Max?"

"iya, sekali lagi"

"Max"

"Sekali lagi" 

"Tidak mari kita bangun, ini sudah cukup terang untuk kembali tidur" ia mengikutiku yang terduduk diranjang.

Aku menatapnya yang juga menatapku, aku bertanya-tanya kenapa aku secara alami begitu akrab padanya padahal ini kali pertama kami menghabiskan waktu bersama untuk sekedar berbincang.

ia mencium keningku, "Aku akan pergi, jaga dirimu jangan keluar kastil tanpa pengawal karena aku belum sempat menandaimu akan sulit bagiku jika kamu tersesat" Aku mengangguk, ia kembali mengecup punggung tanganku sebelum akhirnya ia beranjak pergi meninggalkan ku yang masih diranjang sambil memandangi kepergiannya.

sepeninggalan Maxime dan beberapa anggota untuk ekspedisi perbatasan aku tetap di dalam kastil untuk lebih mengenal kastil yang menjadi rumahku tersebut, kadang aku menghabiskan waktu dengan Rietha untuk sekedar berbincang maupun mengulas masa kecil kakak beradik Maxime dan Meitha.

kadang terpikirkan olehku apakah ini benar-benar pilihan yang tepat aku memilih langsung mengikuti Maxime yang baru beberapa kali ku temui, namun jika aku menolak untuk ikut bersama maxime, maxime lah yang akan tersiksa.

Sebagai seorang werewolf mate merupakan seorang pasangan yang sudah di takdirkan untuk bersama werewolf tersebut dimana hal tersebut tidak dapat diubah meskipun dengan usaha sekeras apapun itu.

Werewolf akan mengenali matenya dari aroma yang mereka keluarkan yang biasanya akan memabukkan seorang werewolf dan akan menjadi candunya, seperti itu yang ku tau karena hidup bersama Wereeolf selama hidupku.

ah ibu angkatku pernah menceritakan adanya seorang werewolf yang tersiksa karena memiliki mate seorang manusia, dan manusia tersebut menolah sang werewolf. selai hal itu aku sudah melupakan sebagian cerita itu karena ingatanku yang sangat pendek padahal aku sudah hidup 20 tahun.

Aku menatap lukisan Maxime kecil yang berada di kamarnya, Aku mengangkatnya untuk mengamati lukisan tersebut dari dekat.

Prang

Aku menatap pecahan-pecahan kaca yang melindungi lukisan tersebut pecah berkeping-keping di depanku, entah mengapa tiba-tiba tanganku terasa licin sehingga membuat lukisan yang ku pegang terjatuh.

Hanya lukisan yang terjatuh tapi aku perasaanku terasa sangat gelisah. ah udaranya sangat dingin ini terasa sedikit aneh. Aku terduduk untuk memungguti pecahan kaca itu.

"Ryn" Aku terkejuk mendengar teriakan Meitha bersamaan dengan pintu yang terdorong dengan keras, aku menoleh menatapnya yang menatapku dengan tatapan cemas.

"Ada ap..", "ku mohon pergi dari sini" Aku mengernyitkan dahiku bingung, dalam hatiku bertanya apa dia sedang mengusirku sekarang?

"Apa?!"

"Tidak bukan begitu, tolong jangan salah paham sekarang situasinya berbahaya. akan lebih baik jika kamu meninggalkan kastil sekarang, aku mohon tolong temui Kak..Argh" Aku membelalakkan mataku karena kaget tiba-tiba saja sebuah panah menusuh dada meitha.

"Wah wah.. coba kita lihat ternyata kastil suram ini memiliki tamu yang istimewa" Seringaiannya benar-benar menakutkan, hawa keberadaan yang kelam siapa dia sebenarnya.

"Kelihatanya kamu wanita si bocah hitam itu, katakan padaku dimana bocah hitam itu?" apa yang di maksudnya maxime? 

"Anda sangat tidak sopan" ia menatapku remeh mungkin karena aku masih muda, jadi dia menganggapku remeh.

"Hah, sombong sekali kamu nak"

"Ryn, jangan dia berbahaya" Suara ibu.

"Wah, Rietha lama tidak bertemu. bagaimana rasanya ditinggal teman dan suamimu tercinta? bukankah itu menyenangkan? apa kamu tau Rietha kamu juga harus merasakan apa yang ku rasakan setelah kehilangan Erena, jadi Rietha Moonlight rasakan juga apa yang diderita Erena karena kakak tercintamu itu"

Aku membeku mendengar perkataan itu, Rietha Moonlight? Bukan Rietha Novh? konspirasi macam apa sebenarnya ini.

I Become The Successor of War AngelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang