Chap 8. Jangan Terlalu Berharap

922K 65.2K 2.5K
                                    

"Buruan pulang, gue anter."

Saat cewek lain selalu pura-pura tidak mau dan berkata 'gak usah', 'bisa pulang sendiri kok', 'gak usah repot-repot'.

Ana langsung menganggukkan kepalanya tanpa ragu dan berkata.

"Oke, tapi aku yang bawa motornya."

Rasanya Alister ingin berkata kasar dan menghempaskan cewek itu jauh-jauh saat mendengar ucapannya.

Apakah Ana ingin menjatuhkan harga dirinya?

Atau memang otaknya yang sedikit geser?

Alister hanya membelalakkan matanya kaget, cowok itu tak mengeluarkan satu katapun, seperti patung saja, bedanya Alister berkedip beberapa kali yang menandakan kalau ia masih hidup.

"Ehem, o-oke gak jadi," ucap Ana gugup dan sedikit memperlihatkan giginya.

Sepertinya ucapan Ana barusan salah, ia harus siap untuk mendapatkan kata-kata kasar lagi dari Alister.

"Kenapa gak jadi?" jawab Alister yang tiba-tiba tersadar dari lamunannya.

"Eng- enggak, pokoknya gak jadi aja."

Ana merunduk takut, tangannya gemetar lagi. Sampai saat ini sekalipun Ana masih takut pada Alister.

Meskipun dia selalu tersenyum, tapi luka yang diberikan Alister masih membekas, meskipun dia selalu menjawab perkataan Alister tanpa ragu tapi tetap saja ada rasa takut saat ia bersama Alister.

Dan kali ini, Alister dapat melihatnya. Ya, melihat ketakutan yang selama ini Ana sembunyikan darinya.

Entah kenapa, rasanya sangat berbeda.

"Gue cuman kaget aja, lo mau rusak harga diri gue atau gimana? Atau lo mau..."

Ana langsung memotong ucapan Alister.

"Ma-maaf kalo aku salah... Aku pulang sendiri aja ya, enggak jauh ko."

Secepat kilat Ana langsung lari meninggalkan Alister dan tentu saja dia mengikuti Ana dari belakang.

"Ana!" panggil Alister.

"Lo takut ya sama gue?"

Alister masih mengendarai motornya dengan perlahan tepat di samping Ana. Namun sayang kali ini Ana tidak menjawab.

"Hei, gue tau lo denger gue."

Tibalah Ana di depan rumahnya dan langsung lari ke dalam rumahnya tanpa menjawab perkataan Alister sedikitpun.

Alister langsung turun dari motor dan mengejar Ana. Dia mengetuk pintu beberapa kali dengan kencang, seperti orang tidak sabaran.

Bukannya malaikat yang keluar tetapi malah sosok iblis yang menyeramkan. Ya, Diana membuka pintu dengan wajah menyeramkan membuat Alister berhenti.

"Itu. Anu-"

"Udah saya bilang, kan. Jangan ganggu anak saya lagi!" bentak Diana membuat Alister menarik napas dalam-dalam agar ia diberi kekuatan oleh yang maha kuasa untuk menahan emosinya.

"PERGI!"

Alister menghembuskan napas pasrah. Sepertinya tidak ada yang bisa cowok itu lakukan lagi untukenghadapi monster ini.

"Oke."

Ana dari atas kamarnya melihat kepergian Alister. Dia sudah tahu, pasti Ibunya akan mengusirnya. Bukan hanya karena matahari sudah setengah turun dan awan mulai gelap.

Tapi... Karena Alister sudah terkenal dengan anak berandalan yang berbahaya.

Ana mengunci pintu kamarnya dan menarik napas dalam-dalam lalu bersembunyi dibalik selimutnya.

Apa yang dia harapkan dari cowok seperti Alister? Dia hanya cowok yang terus menyakitinya.

Jangan terlalu berharap, Ana. Ucapnya dalam hati.

Tidak mungkin dia mau berteman apalagi bercanda dan berbagi tawa dengannya. Jadi... Satu hal yang harus dia lakukan.

Ana tidak boleh terlalu terbuka dan banyak bicara dengan cowok itu. Jika terus seperti itu, yang ada dia hanya Akan mendapatkan makian dan kata-kata pedas dari Alister.

Satu hal lagi, yang ada Alister hanya akan menyakitinya.

***

"Ana, dengerin Mama. Bisa kan kamu jauhin Alister? Mama nggak pernah minta apa-apa sama kamu, Mama sayang sama kamu, Mama takut kamu kenapa-kenapa."

Awan sudah gelap, mentari kini sudah tenggelam dan bulan sudah bersinar sempurna menerangi malam yang dingin.

Tapi malamnya kini dipenuhi dengan kicauan Diana yang terus ketakutan karena Alister mengganggu Ana, anak kesayangannya.

"Iya, Ma. Ana tau ko."

Ana tersenyum manis seraya memegang tangan Diana.

"Jadi Mama nggak usah khawatir ya."

Akhirnya Diana bisa bernapas lega saat Ana berkata seperti itu.

"Yaudah, Ana ke kamar dulu ya, Ma. Mau nulis."

"Susunya?" tanya Diana. Karena dia selalu memberikan susu hangat setiap malam pada Ana.

"Ana bawa susunya."

Ana langsung membawa susu cokelat tersebut ke kamarnya, dia menarik napas dalam-dalam lalu mengunci kamarnya.

Saat Ana ingin membuka jendela kamarnya dan menatap bulan di langit gelap seperti biasa, tiba-tiba saja dia mendapatkan bayangan tangan di balik jendelanya.

Tok...tok...tok...

Hantu?

Tak lama ada bayangan sebuah wajah, bayangan itu semakin jelas sampai memperlihatkan kontras wajahnya.

"Alister?"

Tok...tok..tok...

Ketukannya semakin kencang seolah pertanda kalau ia ingin Ana membuka jendelanya.

Dengan gemetar tangannya membuka jendela tersebut, dan... Benar saja, Ana mendapatkan Alister di sana.

"Alister, kamu ngapain ke sini malem-malem?"

Love you readers...

Jangan lupa vote sama komentar ya biar akunya seneng😅


TELUK ALASKA [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang