Tiga Puluh Satu : Selembar Potret

38.2K 5.5K 2.2K
                                    

Ini hari ketiga Aluna dan Nino berada di Singapur. Kegiatan yang dilakukan keduanya tidak lepas dari rumah sakit dan hotel. Kalau tidak ada di hotel berarti mereka berdua berada di rumah sakit dan sebaliknya kalau tidak ada di rumah sakit itu berarti mereka ada di hotel.

Seperti siang ini. Aluna sedang asik membaca sebuah novel melalui aplikasi wattpad, sedangkan Nino sedang asik merebahkan kepalanya di atas pangkuan Aluna. Sesekali bibirnya menciumi perut datar Aluna, sambil berkata, "Kamu lagi apa sayang?" dan tentu pertanyaan itu bukan ditujukan untuk Aluna namun ditujukan untuk calon buah hatinya.

Bosan dengan kegiatan menciumi dan mengajak bicara perut Aluna, perhatiannya kini 100% hanya tertuju pada wajah Aluna yang terlihat begitu serius saat membaca novel. Kacamata baca membingkai wajah Aluna yang cantik.

"Kamu kok cantik banget sih," puji Nino, namun diabaikan oleh Aluna, "Kamu kelihatan smart pake kacamata itu," lagi-lagi Aluna mengabaikannya. Perhatian Aluna benar-benar tertuju hanya pada apa yang kini dia baca.

Kesal gombalannya tidak ditanggapi Nino mulai melancarkan aksi isengnya. Tangan kirinya terulur menarik kacamata yang bertengkar di hidung mancung Aluna.

Sekilas Aluna melotot pada Nino, namun setelah itu dia melanjutkan lagi kegiatan membacannya.

Nino mulai jengkel, dia beranjak dari posisi berbaringnya. Kini kepalanya bersandar di bahu kiri Aluna. Matanya ikut menatap ke layar ponsel Aluna yang menampilkan sederet kalimat yang telah terangkai indah menjadi sebuah cerita.

Perlahan tanpa ada yang menyuruh tiba-tiba Nino menyanyi tepat di samping telinga Aluna.

Disini ku menggenggam takdir di tanganku
Aku coba menahan tak menangisimu
Dibait pertama, dibait pertama.

Sekuat kaki ini mencoba berlari
Tetapi hati ini menuntunnya kembali
Dibait pertama, dibait pertama.

Berjalan hidupku tanpamu
Hidupku tanpamu
Dibait pertama....

Aluna menghentikan kegiatan membacanya. Dia menatap Nino dengan tatapan bingung.

"Kamu tahu tidak apa arti yang terkandung dalam lagu itu?"

Aluna menggelengkan kepalanya, ia jarang mendengarkan lagu. Apalagi lagu yang barusan Nino nyanyikan tidak pernah dia dengar sebelumnya jadi mana dia tahu apa artinya, "Itu lagu Kak Nino?"

"Bukan itu lagu orang lain."

"Kok Kak Nino nyanyiin itu? Kak Nino kan punya lagu sendiri kenapa mesti nyanyiin lagu orang lain? Bukannya kata Kak Nino nggak bakal nyanyi lagi tapi kok tadi..."

Cup...
Pertanyaan Aluna yang tak memiliki titik akhir, akhirnya berhenti saat kecupan lembut mendarat di bibirnya.

"Dulu saat aku SMA, Guru musikku memberi tugas untuk mencari tahu apa arti yang terkandung pada lagu itu," Nino memulai ceritanya, mengenang kembali masa dimana ia kesulitan menafsirkan arti sebuah lagu, "Aku dan temanku sering sekali berdebat tentang arti lagu itu."

Aluna mendengarkan cerita Nino dengan sangat serius.

"Temanku berpendapat kalau arti Bait Pertama yang berulang kali diulang pengucapannya dalam lagu itu artinya tak lebih dari sekedar sepenggal nada yang tersimpan di bait pertama, tentu aku menolak mentah-mentah pendapatnya," Nino berucap penuh emosi seakan-akan ia kembali ke masa dimana ia sedang ada dalam situasi dimana ia menolak mentah-mentah pendapat temannya.

Aluna | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang