Enam Belas : Terlalu Mencintaimu

55.1K 7.4K 1.5K
                                    

Katakan aku bodoh!
Aku akan menerimanya
Katakan aku menyedihkan!
Aku akan menerimanya
Namun bila kalian berkata aku salah, aku tidak akan menerimanya karena pada kenyataannya tidak ada kata salah dalam caraku mencintainya.

Semuanya berlalu begitu cepat... Secepat angin laut yang berhembus menyapu layar para perahu nelayan, secepat hujan yang membasahi bumi dan secepat malam yang menghapus jejak siang.

Aku tahu disini hanya akulah yang berjuang untuk meraih harapan itu, harapan dimana aku dapat meraih cintanya.

***

Nino merebahkan tubuh Aluna dengan lembut di atas tempat tidur.

"Benarkah kau mengijinkan ku untuk menyentuhmu?"

Aluna mengangguk. Dia membelai pipi Nino, "Aku mencintaimu...."

Dalam kegelapan malam yang dihiasi oleh cahaya sang Bulan dan Bintang, Aluna dan Nino melakukan ibadah itu bersama. Melakukannya dengan penuh kekhusyukkan dan ketenangan.

Aluna tahu, bahkan sangat tahu kalau tak ada sedikitpun cinta yang Nino berikan untuknya karena Nino tidak membalas pernyataan cintannya, namun Aluna tidak akan mempermasalahkannya. Dia telah memberikan mahkotanya pada Nino dan dia merasa kalau kini dia telah menjadi seorang istri yang sesungguhnya meskipun tanpa cinta dari suaminya.

Aku selalu berharap, Allah masih bersedia memberikan sedikit pahala-Nya atas ibadahku dan Kak Nino malam ini. Meskipun Kak Nino melakukannya tanpa Cinta.

Ya Allah, berkahi malam ini untukku dan suamiku. Hamba mohon tumbuhkan rasa cinta di hati suamiku untukku.

Tepat pukul 00.01 suara kembang Api terdengar semakin intens. Saling bersahutan. Memecahkan keheningan malam. Menghiasi langit malam dengan berbagai warna.

Nino mengecup kening Aluna, "Maafkan aku... Aku telah mengambil sesuatu yang sangat berharga bagimu."

Aluna merebahkan kepalanya di dada Nino, "Tidak usah minta maaf. Apa yang telah Kak Nino ambil adalah milik Kak Nino."

"Tapi Aluna...".

Aluna mengecup bibir Nino hingga Nino tidak mampu melanjutkan ucapannya, "Aku ngantuk Kak. Bolehkah aku tidur?"

Nino mengangguk. Dia membelai lembut pucuk kepala Aluna.

Aluna menikmati belaian lembut tangan Nino di kepalanya dan dia berharap dapat terus merasakan kelembutan itu. Namun harapannya pupus saat tiba-tiba Nino menghentikan belaiannya.

"Aku akan kembali ke kamarku. Tidurlah," ucap Nino melepaskan tangan Aluna yang memeluk tubuhnya.

Sakit... Tentu hati Aluna merasa sakit.

Kenapa Nino tidak ingin tidur dengannya setelah dia memberikan segalanya pada Nino?

Meski hatinya kini tengah dilanda rasa sakit yang tak tertahankan Aluna berusaha untuk tetap mengukir senyum di wajahnya, "Kenapa Kak Nino tidak tidur disini saja?"

"A..aku.. aku merasa tidak nyaman."

Deg.... Aluna tersenyum kelu. Tidak nyaman? Salahkan yang dia dengar barusan. Sungguh demi apapun dia harap apa yang barusan dia dengar adalah sebuah kekeliruan.

Aluna | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang