Dua Puluh Enam : Siapa Yang Kau Cintai?

30.8K 5.3K 1.8K
                                    

Siapakah yang sebenarnya kau cintai? Adiknya atau Kakaknya? Bila kau bingung akan semuanya. Buat saja sebuah perumpamaan. Jika Aluna dan Aliandra Sama-sama berada di ujung jurang yang curam siapakah yang akan kau selamatkan? Ingat kau hanya mampu menyelamatkan satu orang saja. Itu berarti kau wajib memilih! Aluna atau Aliandra?

Berhentilah jadi laki-laki bodoh! Kalau kau tetap bertahan dengan kebodohanmu cepat atau lambat dia yang sungguh-sungguh kau cintai akan pergi meninggalkanmu.

Nino membaca pesan dari Naura dengan dahi berkerut. Apa maksud Naura? Kenapa Naura mengirim pesan panjang ini padanya? Setelah selesai membaca pesan itu Nino kembali memfokuskan pandangannya ke arah Aluna yang telah terlelap di atas pangkuannya.

"Jurang yang curam?" gumam Nino saat kata-kata yang terdapat di dalam pesan yang Naura kirimkan padanya tiba-tiba terbayang di pelupuk matanya, "Bila aku harus memilih tentu yang akan aku pilih adalah......," Nino tidak langsung melanjutkan ucapannya. Dia menatap wajah Aluna dengan intens, "Maafkan aku... Andai hal itu terjadi sepertinya aku harus memilih Aliandra karena aku mencintainya," ucap Nino dengan suara yang sangat lirih.

Meski Nino mengucapkannya dengan suara yang sangat lirih namun Aluna yang pada kenyataannya belum benar-benar terlelap mendengar perkataan Nino.

Nino lebih memilih Aliandra karena dia mencintai Aliandra. Itulah perkataan Nino yang tertangkap oleh telinga Aluna.

Lihatlah! Yang dicintai oleh Nino adalah Aliandra bukan dirinya.

***

Pagi kembali datang. Menyapu luka yang tertinggal malam tadi. Aluna menarik napas dalam-dalam saat rasa mual kembali dia rasakan. Sehabis salat subuh sudah lebih dari tiga kali dia bolak balik kamar mandi untuk memuntahakan apapun yang masih tersimpan di dalam perutnya. Dan kini sepertinya sudah tidak ada yang tersisa di dalam perutnya hingga hanya cairan lendirlah yang keluar.

Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Kenapa rasa mual terus dia rasakan? Apa mungkin dia terkena penyakit maag?

Saat rasa mual telah reda Aluna memutuskan untuk segera menyiapkan sarapan. Dan sialnya saat dia mengiris bawang mual kembali dia rasakan.

Kakinya terasa lemas, dia tidak sanggup melangkahkan kakinya ke kamar mandi oleh karena itu akhirnya dia muntah di bak cuci piring. Tenggorokannya terasa begitu sakit. Mulutnya terasa semakin pahit dan parahnya lagi kepalanya kembali terasa pusing.

Aluna sangat bersyukur, muntahnya berhenti bertepatan saat dia mendengar langkah kaki Nino yang berjalan ke arahnya.

"Pagi," sapa Nino seraya mengecup pipi Aluna.

Aluna memaksakan untuk tersenyum dan membalas ucapan selamat pagi dari Nino dengan ceria.

"Wajahmu pucat. Apa kamu masih merasa pusing dan mual?" tanya Nino, tangannya menyeka keringat dingin yang sudah membasahi kening Aluna.

"Sudah tidak kok Kak. Aku baik-baik saja," tanpa disuruh tangan Aluna dengan cekatan membenarkan simpul dasi yang telah melingkar di kerah kemeja yang Nino kenakan.

"Tapi wajahmu terlihat sangat pucat. Kita ke rumah sakit yah?" tangan Nino membelai pucuk kepala Aluna, lantas mengecupnya sekali.

Aluna menggeleng, "Oh iya Kak. Hari ini sarapannya roti panggang aja yah?" tanya Aluna cepat, mengalihkan pembicaraan tentang rumah sakit.

Nino melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, "Kak Jayden menyuruhku datang cepat. Ada rapat dengan direksi yang harus aku hadiri pagi ini jadi aku sarapannya di kantor saja."

"Rapat dengan Direksi? Kakak kan karyawan biasa kok ikut rapat dengan Direksi?"

Nino tersenyum, "Nanti akan aku jelaskan. Sekarang aku pergi dulu yah. Ingat jangan lupa makan dan kalau bisa minum obat yang sudah aku taruh di atas meja belajarmu."

Aluna | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang