Tiga : Marcelino Eleiezer Herland

62.9K 6.7K 656
                                    

"Kenali Allah dalam suka, maka Dia akan mengenalmu dalam luka."

DR. Aidh Al-Qarni

🕊 🕊 🕊

"Marcelino Eleiezer Herland!"

Nino yang tengah mengajarkan keponakkannya bermain piano langsung menolehkan kepalanya ke arah seseorang yang baru saja memanggil namanya dengan lengkap. Sebuah rangkaian nama yang hampir saja dia lupakan.

"Senang dapat kembali bertemu denganmu. Kapan sampai di Bali?" tanya Nino kepada Daniel, sahabatnya yang baru datang dari Berlin.

"Dua jam yang lalu. Hai Alice, kau semakin cantik saja. Sayang umur kita terpaut dua puluh tahun, kalau tidak sudah pasti akan aku jadikan kau ratuku," ujar Daniel seraya tersenyum kepada Alice yang masih duduk di atas pangkuan Nino.

Nino langsung memeluk Alice dengan posesif, "Tidak akan ku biarkan kau mendekati Alice ku! Cukup Naura saja!"

Daniel langsung tertawa sambil memukuli bahu Nino, "Paman yang sangat posesif. Aku hanya bercanda."

Alice kecil ikut tertawa melihat Daniel tertawa membuat Nino pun latah ikut serta ke dalam tawa keduanya.

"Seperti inilah harusnya kau berekspresi," celetuk Daniel saat melihat senyum terlukis di wajah Nino, "Sebentar lagi kau akan meminang pujaan hatimu tapi kenapa ekspresi yang kau perlihatkan padaku seperti seseorang yang hendak dijatuhi vonis hukuman mati. Sebenarnya apa yang terjadi padamu?"

Nino menghela napas panjang. Dia menurunkan Alice dari atas pangkuannya lantas meminta si kecil Alice untuk bermain dengan pengasuhnya.

"Esok yang akan aku nikahi bukan pujaan hatiku namun dia adik dari pujaan hatiku."

Daniel mengerutkan keningnya, "Bagaimana bisa? Kau mencintai Kakaknya tapi yang akan kau nikahi adalah adiknya? Sungguh sulit untuk ku mengerti."

"Memang sulit untuk dimengerti, namun itulah takdir yang telah Tuhan tentukan untukku."

Daniel menggeleng, "Tuhan memang telah menentukan takdir untuk setiap manusia namun percayalah kalau takdir itu masih dapat diubah bila memang kau ingin merubahnya."

Merubah takdir?

"Sesekali jadilah Marcelino Eleiezer Herland yang egois. Menikahlah dengan orang yang kau cintai. Hidupmu akan terasa hambar bila tidak bersama dengan orang yang kau cintai."

"Wanita yang aku cintai telah menikah dengan lelaki lain."

Daniel diam sejenak. Matanya menatap ke arah jendela yang mempersembahkan pemandangan indah pantai Jimbaran.

"Jadi kau menikahi adiknya karena kau hendak balas dendam?"

Nino terkekeh geli, "Kenapa semua orang beranggapan demikian?"

"Karena situasi dan kondisi sangat mendukung untuk berpikiran ke arah itu. Kakaknya tak kau dapatkan lantas kau menikahi adiknya apalagi alasannya kalau bukan dendam?"

"Kalian terlalu berpikiran sempit," hardik Nino. Setelah mengatakan itu jari-jemarinya kembali menari di atas deretan hitam putih tuts piano. Sebuah Alunan musik sendu tercipta olehnya.

Aluna | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang