Empat Belas : Janji Di Atas Awan

51.4K 6.7K 955
                                    

Aluna memeluk erat tubuh Aliandra. Kakak kesayangannya. Berulangkali dia mengucapkan kata sayang dan cinta kepada Aliandra. Sungguh dia sangat menyayangi dan mencintai Kakaknya. Sekilas rasa bersalah terbersit di hatinya.

Inikah pilihan yang paling tepat baginya? Pergi membawa rahasia yang seharusnya dia beritahu pada kakaknya.

"Jadilah istri yang baik bagi Nino. Ingat Aluna surgamu ada di bawah telapak kaki suamimu. Ridho Allah ridho suamimu," pesan Aliandra. Sebuah pesan yang tak pernah lelah Aliandra katakan pada Aluna sebab kata itulah yang dulu juga selalu ibu mereka katakan pada mereka, "Suami layaknya sebuah pintu. Sebuah pintu yang bila terbuka bisa mempersembahkan surga yang penuh kenikmatan namun tak jarang pintu itu pun bila terbuka akan mempersembahkan neraka yang penuh dengan kesengsaraan. Jadilah istri yang baik agar bila kamu membuka pintu itu surga lah yang akan kamu masuki bukan neraka. Dulu Surga kita memang ada di bawah telapak kaki ibu namun ketika kita telah menikah surga kita ada di bawah telapak kaki suami kita. Ridho Allah ridho suami kita. Satu pesan yang pernah ibu katakan pada kita 'berbakti lah pada suami kalian maka kebahagiaan abadi akan kalian dapatkan. Sebuah kebahagiaan dimana tak ada kesusahan dan kesedihan sedikitpun di dalamnya. Jadikanlah Khadijah dan Fatimah sebagai panutan kalian dalam berbakti pada suami kalian," perkataan Aliandra sama persis dengan kata-kata yang dulu pernah ibu mereka katakan.

Aluna menangis dalam pelukkan Aliandra. Rasa rindu seketika menyerang hatinya. Dia merindukan ibunya. Sungguh dia merindukan ibunya. Dia ingin mendekap tubuh Ibunya. Dia ingin mencium wajah ibunya.

Dengan lembut Aliandra menghapus air mata yang membasahi pipi Aluna. Dia cium kedua pipi Aluna dengan sayang, "Apa kamu merindukan ibu?"

Aluna mengangguk kelu. Tidak tahu kenapa hatinya tiba-tiba terasa sakit. Dia kembali merengkuh tubuh Aliandra ke dalam pelukkannya, "Jangan pernah membenciku Kak," ucap Aluna lirih tepat di samping telinga Aliandra, "Aku mohon jangan pernah membenciku...."

"Benci? Bagaimana aku bisa membencimu? Kamu adalah adik yang paling aku sayangi dan cintai."

Aluna semakin erat memeluk Aliandra, "Semoga Kak Alin dan Arkhan selalu bahagia... Hanya itu yang aku inginkan. Kalian berdua berhak bahagia."

Aliandra tersenyum, "Terimakasih sayang. Kamu pun harus hidup bahagia. Kalau bisa segera beri kakak keponakkan yah agar Arkhan tidak terus-terusan meminta adik."

Aluna hanya mampu tersenyum tipis. Mampukah dia memberikan keponakkan untuk Kakaknya? Sepertinya tidak. Nino tidak mencintainya jadi mana mau Nino menyentuhnya.

Setelah puas saling memeluk Aliandra memberi kesempatan pada Alka untuk mengucapkan perpisahan pada Aluna.

"Aku akan menjaga Aliandra dan Arkhan. Kau tidak usah khawatir. Bila Nino memperlakukanmu dengan tidak baik langsung beritahu aku. Aku  dan Aliandra akan langsung datang untuk menjemputmu."

Aluna menatap Alka dengan tatapan getir, "Kau tidak usah mengkhawatirkan ku. Jaga Kakakku dan keponakanku dengan baik. Bila kau kembali memberi luka pada mereka sungguh aku tidak akan sanggup lagi untuk menyimpan semuanya.... Kau akan dibenci kakakku dan kau tidak akan dapat lagi merengkuh Kakakku meskipun kelak Kakakku ada di hadapanmu."

Nino yang sedari tadi berdiri tepat di belakang kursi roda yang Aluna duduki membelai lembut bahu Aluna. Belaian yang memiliki arti kalau Aluna harus dapat menghentikan ucapannya.

Alka dan Aliandra yang mendengar kata-kata Aluna menatap Aluna dengan tatapan bingung. Keduanya ingin bertanya apa arti dari perkataan Aluna namun urung saat sudah ada panggilan boarding untuk Aluna dan Nino.

Sebelum menuju gerbang keberangkatan Aluna meminta Arkhan untuk memeluknya. Dia peluk tubuh mungil Arkhan dengan erat, "Jaga Bunda yah," ucap Aluna seraya mengecup kedua pipi Arkhan.

Aluna | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang