Dua Puluh Sembilan : Mawar Biru Untukmu (Bag.2)

38.9K 5.9K 3.1K
                                    

Aluna berdiri diam di samping Nino. Matanya memandang ke arah Aliandra yang tengah memeluk Alka dengan erat.

"Jangan menangis," itulah yang berulangkali Alka ucapkan pada Aliandra, "Kamu pergilah ke Singapura bersama Aluna dan Nino untuk menemani Arkhan disana."

"Tapi...."

Alka membelai lembut pucuk kepala Aliandra, "Aku sangat membutuhkanmu berada di sampingku namun Arkhan jauh lebih membutuhkanmu dibandingkan aku. Pergilah sayang. Aku janji setelah pemakaman Mama....," Sejenak Alka menghentikan ucapannya saat kata Mama terucap dari bibirnya.

Aliandra semakin erat memeluk Alka.

"Setelah pemakaman Mama selesai aku akan langsung menyusulmu."

Aliandra mengangguk kelu.

Nino yang sedari tadi memperhatikan Aluna yang berdiri di sampingnya membawa tangan bergetar Aluna ke dalam genggamannya.

Aluna menoleh pada Nino, "Kenapa cinta begitu menakutkan? Hanya karena cinta tidak terbalas maka seseorang kehilangan akalnya hingga rela melenyapkan nyawa orang yang tak bersalah."

"Cinta yang tidak berlandaskan keimanan memang sangat menakutkan, namun cinta yang berlandaskan pada kecintaan kepada Allah sangat indah."

Aluna diam. Bayangan kejadian beberapa jam lalu kembali berputar di kepalanya.

Grace, wanita gila yang sangat mencintai Alka hendak membunuh Aliandra. Namun tanpa diduga Leliana, Ibu Alka yang baru keluar dari penjara setelah dua puluh tahun di penjara rela mengorbankan hidupnya demi kebahagiaan putranya.

Cinta, satu kata yang indah namun tak jarang kata indah itu membawa kematian. Demi cinta tak jarang orang rela mengakhiri hidupnya dan demi cinta orang nekat melenyapkan nyawa orang lain. Karena cinta orang pintar bisa menjadi bodoh dan karena cinta orang baik bisa menjadi jahat. Itulah kenapa cinta harus dilandasi oleh keimanan kepada Allah, itu semua agar cinta itu menjadi cinta yang suci bukan malah menjadi cinta yang penuh kehinaan.

***

Tepat pukul dua siang waktu Singapura. Aliandra, Aluna, Nino dan Arkhan yang didampingi oleh dua suster dan seorang dokter telah sampai di rumah sakit Mount Elizabeth.

Aluna dengan setia menemani Aliandra. Memberikan semangat kepada Kakaknya.

"Dokter Renaldi bilang pada Kakak kalau sampai operasi ini gagal kemungkinan besar Arkhan akan mengalami kecacatan," ucap Aliandra lirih pada Aluna.

Aluna tersenyum kelu, dengan lembut dia membelai punggung tangan Kakaknya, "Percayalah pada janji Allah Kak. Allah pasti memberikan yang terbaik pada hambanya."

Aliandra mengangguk. Namun tetap rasa takut terus-terusan menghujam jantungnya. Apalagi kini Alka tidak ada di sampingnya karena harus menghadiri pemakaman Ibunya.

"Aluna," Aliandra menatap Aluna dengan tatapan sendu, "Apa kamu masih membenci Mas Alka?"

Aluna tersenyum, "Aku sudah memaafkannya Kak. Kini aku sadar tidak sepantasnya aku membencinya."

Senyuman lega menghiasi wajah cantik Aliandra.

Namun senyuman di wajah Aluna perlahan pudar, tergantikan dengan senyuman sendu, "Namun yang aku takutkan adalah dirimu. Aku takut kalau kamulah yang tidak akan dapat memaafkan suamimu di kala semua rahasia terungkap di hadapanmu."

Aliandra menatap bingung Aluna, "Rahasia? Rahasia apa?"

Aluna menggeleng, "Bukan aku yang berhak membuka rahasia itu di hadapanmu," sekilas Aluna menatap ke arah Nino yang ternyata tengah memperhatikannya. Aluna tersenyum pada Nino. Sebuah senyuman yang memiliki banyak arti di dalamnya.

Aluna | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang