Prolog

170K 9K 956
                                    

Hati ini terbakar oleh dendam.
Air mata berlinang karena kesakitan yang tak tertahankan.
Penderitaan berkumpul, sementara kesabaran berpencar.
Bagaimana bisa hati ini tenang di kala dipenuh dendam dan kerisauan.

***

Aluna menggeleng saat Lili mengajaknya diving di Gili Meno.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu Aluna? Kenapa semenjak Aliandra dan Alka menikah kau jadi murung? Apa kau masih marah pada Alka?"

Aluna diam. Dia lebih memilih untuk memfokuskan pandangannya pada layar laptop yang ada di atas pangkuannya.

"Belajarlah untuk memaafkan Alka. Setiap manusia tidak lepas dari salah. Alka berhak untuk mendapatkan kesempatan kedua darimu. Tidak bahagiakah kau melihat Aliandra dan Arkhan yang kini bahagia bersama Alka?"

Tentu dia bahagia melihat kebahagian Kakak dan keponakkannya. Namun itu tidak cukup untuk membuatnya dapat memaafkan Alka.... kesalahan Alka tidak termaafkan.

"Beberapa hari lagi Alka, Alin dan Arkhan akan kembali ke Jakarta. Mereka akan menetap di sana."

Aluna menolehkan kepalanya ke arah Lili. Benarkah Kakaknya dan keponakkanya akan kembali tinggal di Jakarta? Bagaimana kalau Alka kembali menyakiti Kakaknya?

Lili yang mengerti arti dari tatapan risau yang terpancar dari mata Aluna, membelai bahu Aluna dengan lembut, "Jangan khawatir. Alka tidak mungkin menyakiti Kakakmu lagi. Dia mencintai Aliandra dan menyayangi Arkhan."

Bukannya dulupun Alka sangat mencintai Kakaknya, namun karena keegoisannya yang lebih mementingkan mantannya, dia malah lebih memilih pergi meninggalkan Kakaknya hanya untuk menemani mantannya yang sakit dan bodohnya sekarang Alka dan mantannya itu berteman bahkan putra putri dari wanita itu memanggil Alka dengan sebutan Papa. Bagaimana kalau cinta mereka kembali bersemi? Tentu Kakaknya yang akan kembali menjadi pihak yang tersakiti.

Lili membawa tangan Aluna ke dalam genggamannya, "Buang segala prasangka negatif dari kepalamu. Percayalah Alka tidak akan menyakiti Kakakmu lagi. Dia akan membahagiakan Kakakmu dan Arkhan," Lili mengusap pipi Aluna yang tirus, "Ikut yah.. Aliandra akan sedih kalau kau tidak ikut dengan kami. Lagian akan sangat aneh kalau hanya kau yang tidak ikut."

Akhirnya Aluna mengangguk. Dia akan ikut diving ke Gili Meno.

Aluna kira yang akan ikut diving hanyalah Lili, Radit, Jasmine, Alka, Aliandra, dan Arkhan, namun ternyata tebakannya salah Nino, Derryl, Lisha, dan buah hati mereka pun ikut serta dalam kegiatan diving di Gili Meno, dan Damian, Evelyn serta Malleo pun juga ikut. Hingga membuat satu perahu yang memang tersedia di resort untuk diving tidak cukup untuk mengangkut semuanya. Akhirnya mereka menggunakan Kapal pesiar berukuran sedang milik Damian untuk menuju Palung yang letaknya beberatus meter dari Gili Meno.

Pukul 15.30, Kapal pribadi milik Damian dengan kapasitas dua puluh penumpang telah menunggu di dermaga. Lantai kapal itu dipermak dengan sedemikian rupa dilapisi kaca tebal namun sangat bening hingga mereka bisa melihat keindahan dasar laut yang sangat mempesona lewat kaca tersebut, perlahan kapal mulai meninggalkan dermaga Gili Trawangan. Anak-anak bersorak senang, kepala mereka tertuju ke lantai kaca. Menunjuk-nunjuk dasar laut yang terlihat bening.

Aluna memperhatikan Kakaknya yang hari terlihat begitu cantik dengan topi pantai yang berguna untuk melindungi wajahnya dari matahari petang yang bersinar terik, ghamis berwarna putih dengan motif bunga rose membuat penampilan Kakaknya terlihat begitu fresh. Angin berhembus kencang hingga Kakaknya harus memegangi topinya agar tidak terbang. Mata Kakaknya fokus menatap kerlap-kerlip cahaya yang menerobos air hingga membuat pemandangan semakin mempesona. Alka berdiri di belakangnya, tangannya melingkar di pinggang ramping Kakaknya dan sungguh demi apapun Aluna tidak suka melihatnya. Dia mengalihkan padangannya pada Nino yang bertugas memegang kemudi.

Aluna | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang