Dua Puluh Tiga : Rasa Sakit

37.9K 5.1K 944
                                    

Banyak orang yang menyatakan mencintai wanita itu sangat menyiksa. Tapi, sebenarnya yang sangat menyiksa adalah mencintai orang yang tak mencintaimu.

Imam Syafi'i

🕊 🕊 🕊

Aluna berhambur memeluk Nino yang tengah berdiri di depan jendela menikmati pemandangan kuda-kuda milik keluarganya yang baru keluar dari istal.

Nino tersenyum, dia membalas pelukan Aluna, "Sudah masaknya? Kamu masak apa?" kata kau kini telah berubah menjadi kamu.

Aluna tidak menjawab pertanyaan Nino. Dia semakin menenggelamkan wajahnya di dada Nino.

Nino membelai lembut pucuk kepala Aluna, "Kamu kenapa?"

Tak lama mulai terdengar isak tangis yang keluar dari bibir Aluna. Dengan lembut Nino melepaskan pelukan Aluna. Dia menatap Aluna dengan tatapan bingung.

"Kamu kenapa nangis?" Nino membersit air mata yang membasahi pipi Aluna.

"Ma..Maaf Kak," Aluna berucap getir disela isak tangisnya.

"Maaf untuk apa?"

Aluna menunduk dalam, dia tak mampu menjawab pertanyaan Nino.

Cukup lama Nino menunggu jawaban dari Aluna namun Aluna tak kunjung menjawab pertanyaannya. Akhirnya dia kembali membawa tubuh Aluna ke dalam pelukkannya, "Tidak perlu dijawab bila memang kamu tidak ingin menjawabnya."

Aluna mengangguk, dia membalas pelukan Nino dengan sangat erat, "Aku mencintaimu Kak. Sungguh aku sangat mencintaimu dan aku berharap hanya kamulah yang akan aku cintai," ucap Aluna lirih.

Nino mencium kening Aluna lama... Sangat lama, "Terimakasih telah mencintaiku."

Hanya kata itu yang mampu Nino ucapkan. Bukan cinta namun terimakasih atas cinta yang telah Aluna berikan untuknya.

***
Sarapan pagi ini di kediaman keluarga Herland berlangsung menyenangkan. Berulangkali Mama dan Papa Nino memuji hasil masakan Aluna.

"Mama nggak nyangka kalau kau pinter masak. Pantas saja sekarang Nino kelihatan gemukkan ternyata istrinya pinter masak."

Aluna hanya tersenyum simpul mendengar pujian dari Mama mertuanya. Dengan cekatan Aluna menuangkan nasi serta lauk di piring Nino.

"Makasih sayang," ucap Nino saat piringnya sudah terisi penuh dengan nasi dan lauk pauk.

Aluna mengangguk. Sebisa mungkin dia berusaha untuk tidak menatap ke arah Rama yang sedari tadi terus saja mencuri pandang kepadanya. Sungguh untuk pertama kalinya dia merasa risih atas kehadiran Rama.

"Oh iya bagaiman kalau setalah sarapan kita langsung berkuda?" ucap Jayden memberi saran.

"Saran yang bagus," sahut Daniel, "Sudah lama kita tidak berkuda."

Nino dan yang lainnya hanya mengangguk namun tidak dengan Rama. Semua perhatiannya tertuju pada Aluna. Dia sadar bahkan sangat sadar kalau apa yang telah dia lakukan mulai membuat Aluna tidak nyaman itu terbukti dari sikap Aluna yang berubah total padanya. Aluna tak lagi membalas senyumnya bahkan Aluna terus saja menghindarinya.

Aluna | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang