BAB 9.B (MERAH JAMBU)

4.1K 261 42
                                    

                                         🌴🌴🌴

Hari Kamis adalah jadwal olahraga untuk kelas XI IPA 1. Mereka berkumpul di lapangan untuk mengikuti mata pelajaran. materi kali ini adalah bulu tangkis, guru berkaos olahraga hijau itu menjelaskan sembari memperagakan teknik-teknik bermain bulu tangkis.

Selang beberapa menit Pak Taufik mengusaikan penjelasannya dan menyeru kepada muridnya untuk membuat kelompok  latihan. Barulah nanti akan diuji sejauh mana penguasaan materi yang diserap.

Zahra keluar dari lapangan mendekati Pak Taufik yang sedang memantau murid-murid. Zahra berbicara sebentar lalu berjalan ke arah kanan.

Dia menjajaki ruang demi ruang sampai kelas bertuliskan XI IPA 1, kelasnya sendiri. Dia amati kelasnya. Kosong. Dia masuk kemudian menggeledah loker meja Bagas sampai dia temukan buku bersampul cokelat kode buku tugas matematika. Dia ambil buku itu kemudian dia beranjak menuju meja pojok paling depan. Meja Alyssa. Dia melakukan hal yang sama, menyeleksi buku-buku di meja Alyssa lalu mengambil buku dengan sampul yang sama.

Zahra membawa buku-buku itu keluar kelas dan membuangnya di tong sampah milik kelas XI IPA 2. Rapi dan cepat, Zahra melakukan sabotase itu dengan cermat. Dia memperhatikan sekeliling tidak ada satu pasang mata pun yang memergokinya. Dia kembali ke lapangan dengan senyum lebar tertata di wajahnya.

                                        🌴🌴🌴

Suasana yang ramai walau menegangkan. Ummi sedang larut mengajar, kali ini dia membuat Kuis untuk mahasiswanya. Mahasiswa yang berebut untuk menjawab membuat gaduh kelas, gaduh yang positif tentunya. Getar ponsel yang membuat handphone menyala ia hiraukan. Masih asik dengan para agent of change yang ia didik.

Usai dengan kegiatan mengajarnya. Ummi duduk merenggangkan kakinya yang dipacu untuk naik ke lantai 3. Sembari menyeruput es teh yang ia pesan dari kantin, ia buka handphone yang sejak pagi tadi tak tersentuh.

Ada pesan masuk.

Assalamualaikum, tidakkah kamu mengantar Alyssa kembali ke rumah? Abi punya firasat buruk dengan kegiatannya di sana. Tolong, biarkan Alyssa hidup damai di pesantren. Bukankah ini perjanjian kita?

Usai membaca pesan itu, Ummi menghapusnya. Jantungnya memompa lebih cepat dari batas normal. Ia tutup ponselnya dan memasukkan ke dalam tas. Ia mengalihkan perhatiannya pada tumpukan makalah yang harus dikoreksi. Ia menghipnotis dirinya bahwa tidak terjadi apa-apa, tidak ada pesan masuk atau apalah.

                                           🌴🌴🌴

Bu Fatin memasuki kelas dengan senyum yang selalu terpancar di wajah cerahnya. Dia duduk di bangku dan mulai berbasa-basi ria dengan siswanya. Sebelum memulai pelajaran, mencairkan suasana adalah strategi utamanya.

“Sekarang kumpulkan tugas kalian. Nabila, Cindai dan Denis tulis jawaban kalian di whiteboard,” titah Bu Fatin.

Seisi kelas mulai mengambil buku tugas masing-masing dan menunggu Debo dan Duwi mengambil untuk mengumpulkan ke meja Bu Fatin.

“Deb, Buku kamu udah diambil?” sela Bagas, dia sudah mengobrak-abrik seisi loker meja dan tasnya. Tapi tidak ditemukannya buku tugas Debo. seingat Bagas, dia letakkan buku itu berdampingan dengan bukunya. Dia sangat yakin akan hal itu.

“Enggak! Masih ada di kamu, tadi pagi sebelum jam olahraga ‘kan kamu masih nyalin, Gas,” jawab Debo dia masih berkeliling membawa buku tugas teman-temannya.

Di meja Alyssa dan Via juga terjadi kehilangan. Alyssa kehilangan buku tugasnya. Sama dengan Bagas dia teramat yakin sudah meletakkan buku tugasnya di tas. Namun setelah dicari, buku cokelat itu lenyap.

CAHAYA DARI ALYSSA [Sudah Terbit] Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu