BAB 17.A (PULANG)

1.9K 157 23
                                    

Assalamualaikum... Selamat sore, udah sholat ashar belum nih? udah dong, pastinya. jangan sampek shalat ashar jam 5 ya, kalau tidak mau disebut orang yang lalai... 

Aslinya belum mau post, soalnya pengen bikin lineart gitu... Tapi nggak sempat uuu, lagi pula hasilnya tetep kek yang dulu-dulu, abal-abal dan tidak sedap dipandang :v 

Geis, ini sudah masuk part-part akhir ya, hihi 3 part left... :") 

Semoga greget, kalo tetep flop maapin kemampuan author cuma segitu, intinya semoga ada hikmah yang bisa diambil. 

oke, sip, masuk tekape.... 

.

.

.

BAB 17

PULANG

Rumah megah bercat putih dengan pagar besi kokoh ini terlihat sepi. Walau terlihat sepi tetap terurus dengan baik, bisa disimpulkan setelah melihat tanaman hijau tumbuh walau sedang musim kemarau. Seluas pekarangannya juga tidak tampak sampah atau daun-daun kering, semua bersih.

Bisma membuka pintu rumah dengan mengucap salam. Walaupun dia tahu tidak akan ada siapapun pada siang hari, dia tetap mengucap salam. Sudah menjadi kebiasaannya. Ummi bilang jika memasuki ruangan dengan salam maka tidak ada tempat untuk setan tinggal.

"Waalaikumussalam warohmatullah wabarokatuh," balas seseorang dari dalam. Itu suara ummi.

Ummi duduk di sofa, memakai baju rumahan daster panjang. Bisma kaget mendapat jawaban salam. Dia langsung mencium tangan umminya kemudian memberondong tanya ada apa gerangan. Bukankah hari ini ummi ada jadwal mengajar?

"Ummi sedang tidak enak badan, nak," kata ummi.

"Tadi pagi baik-baik aja, mi." Bisma menyentuh dahi umminya, tidak panas.

"Ummi bukan nggak enak badan. Nggak enak pikiran, kan?"

Ummi tidak menjawab. Matanya sayu tampak warna hitam di bawah matanya, semalaman ummi tidak bisa tidur. Memikirkan anak bungsunya yang harus diambil kembali darinya. Dia tidak mau berpisah dengan Alyssa. baru beberapa bulan mereka bersama tapi Alyssa harus dilepasnya kembali.

Bisma juga merasakan hal yang sama. Dia sangat menyayangi adiknya dan senang melihat Alyssa setiap harinya. Dia juga menentang penjemputan Alyssa kembali ke rumah Abinya di Pesantren.

©©©

Tiga gadis kelar dari kantin bersamaa. Usai memilih makanan ringan Alyssa, Santi dan Duwi membawa 2 plastik berisi snak, air mineral dan susu kotak. Ketiga orang ini berjalan santai sambil bercengkrama. Duwi membahas Jaki yang menyantap bakso dengan nikmatnya sampai berkeringat, Duwi dan Santi sempat meledek Jaki—mengatakan kalau keringatnya jatuh di kuah bakso. Keduanya tertawa puas setelah melihat eskpresi muka Jaki. Duwi buru-buru mengatakan bahwa mereka bohong, takut-takut Jaki berhenti makan dan baksonya jadi mubazir.

Dari arah kiri Alyssa muncul Zahra. Dia membawa bak sampah, berjalan cepat mendekati Alyssa. Duwi melihat itu dia sama sekali tidak tertarik dengan maksud Zahra.

Semakin dekat dengan Alyssa, Zahra mengangkat bak sampah yang dia bawa. Duwi menjerit mengucap nama Alyssa.

Alyssa kaget tapi tidak paham situasi. Bukannya minggir atau menghindar seperti yang diserukan Duwi, Alyssa hanya melihat Duwi dengan wajah bingung.

Bug!!! Sesuatu saling bertubrukan. Barulah Alyssa menoleh ke arah kirinya. Ada Riki dan Zahra. Dengan situasi yang tidak dia pahami. Seragam Riki kotor, sampah plastik dan botol berserakan di bawahnya. Pada seragam Riki ada warna pink, cokelat dan oranye akibat ada sisa pada cup jus dan pop ice yang tumpah di seragamnya akibat ulah Zahra.

CAHAYA DARI ALYSSA [Sudah Terbit] Where stories live. Discover now