Sembilan Belas : Bait Pertama Dalam Cinta

Start from the beginning
                                    

Apa Nino sudah mulai mencintainya? Kalau Iya sungguh dia akan merasa sangat bahagia.

"Mau sampai kapan kau terus melihatku seperti itu?" pertanyaan Nino berhasil membangunkan Aluna dari segala khayalannya.

Dengan gerakan cepat Aluna langsung beranjak dari atas tempat tidur dan hal itu membuat dia terjatuh.

Nino langsung ikut beranjak dari atas tempat tidur, "Kau tidak apa-apa?" tanyanya sambil membantu membangunkan Aluna.

Aluna menggeleng. Wajahnya semakin merah padam.

Hari ini benar-benar hari yang menyenangkan sekaligus memalukan. Batinnya merutuki tindakan cerobohnya.

"Lututmu biru," Nino memperhatikan lutut Aluna yang terlihat membiru karena menghantam lantai.

"Tidak apa-apa Kak. Aku kembali ke kamarku dulu yah!" Aluna melepaskan tangan Nino yang mencengkram pergelangan tangan kanannya, "Kak Nino Salat Dhuha juga yah. Sayang kalau tidak Salat Dhuha banyak sekali keutamaan yang Allah berikan bagi hambanya yang melaksanakan Salat Dhuha, salah satunya adalah Allah menjanjikan akan memberikan sebuah rumah indah yang terbuat dari emas kelak di akhirat. Keterangan tersebut terdapat dalam hadis riwayat Ibnu Majah, "Siapa saja yang shalat Dhuha 12 rekaat, Allah akan membuat untuknya sebuah istana yang terbuat dari emas di surga" Kak Nino tentu maukan punya rumah yang terbuat dari emas di surga."

Nino reflek langsung mengangguk, "Tapi aku sungguh tidak tahu bagaimana pelaksanaannya. Salat sunah yang aku bisa cuma Salat sunah idul Fitri, idul adha dan tahajud."

"Beneran Kak Nino tidak tahu?" Aluna benar-benar tidak percaya kalau Nino tidak tahu tatacara pelaksanaan Salat Dhuha. Dia kira tadi saat awal Nino bertanya Salat Dhuha itu apa, Nino tengah bercanda namun ternyata ucapan yang Nino ucapkan benar adanya.

Akhirnya sebelum pergi menuju kamarnya Aluna menjelaskan tentang Salat Dhuha kepada Nino dengan selengkap-lengkapnya.

"Harus dua belas rakaat yah baru dapat rumah di surga?" tanya Nino memastikan setelah dia paham semua tentang salat Dhuha.

Aluna mengangguk, "Itu janji Allah Kak. Yasudah aku ke kamar dulu. Kak Nino sudah benar-benar mengertikan?"

Nino kembali meraih pergelangan tangan Aluna saat Aluna hendak pergi.

"Apalagi Kak?"

"Boleh aku melaksanakan Salat dhuhanya di kamarmu?"

Aluna diam. Tidak langsung memberi jawaban.

"Bagaimana? Apa aku boleh salat di kamarmu."

Aluna mengangguk, "Tentu boleh," dengan lembut Aluna mengecup pipi Nino sebelum pergi berlalu dari hadapan Nino.

Nino menyentuh permukaan pipinya yang baru saja dikecup oleh Aluna. Senyum yang sedari tadi menghiasi wajahnya seketika pudar, "Semoga aku bisa segera mencintaimu."

***
Setelah melaksanakan salat Dhuha dan dzuhur Aluna memutuskan untuk mengisi waktu luangnya dengan menulis.

Berulang kali dia memperbaiki letak kacamatanya yang merosot dari pangkal hidungnya.

Aluna | ENDWhere stories live. Discover now