Tujuh Belas : Mencintai atau Dicintai?

Mulai dari awal
                                    

Resiko dalam dicinta adalah membuat orang sakit.

Dan resiko dalam saling mencintai adalah saling kehilangan.

"Seperti kau dan Shinta yang saling mencintai, namun pada akhirnya saling kehilangan. Seperti Kak Aliandra yang dicintai oleh Kak Nino, sadar atau tidak sadar Kak Aliandra telah memberi rasa sakit pada Kak Nino karena dia tidak bisa membalas cinta Kak Nino. Dan aku disini berada di posisi mencintai, bukan dicintai ataupun saling mencintai."

Cukup lama Rama diam. Mencerna setiap bait puisi yang baru saja Aluna bacakan dan mencerna ucapan Aluna yang baru saja terucap.

"Jadi kau lebih memilih mencintai? Meskipun hanya rasa sakit lah yang akan kau dapatkan?"

"Aku pikir ini bukanlah pilihan namun ketentuan. Disaat cinta itu datang suka atau tidak suka kita tidak akan mampu untuk menampiknya."

"Tapi kau harus ingat Aluna. Cintailah makhluk-Nya dengan batasan-batasan tertentu namun cintailah Penciptanya tanpa batasan apapun. Apa kau mengerti arti ucapanku?"

Aluna mengangguk. Dia kembali melanjutkan langkahnya, "Aku akan berusaha untuk mencintai Allah melebihi cintaku pada apapun dan salah satu cara aku mencintai-Nya yaitu dengan selalu berbakti pada suamiku. Itu adalah kewajiban yang telah Allah tentukan bagiku."

***

Nino baru kembali ke apartemen saat kumandang adzan subuh terdengar dari arah kamar Aluna.

"Kak Nino."

Nino yang baru saja hendak menaiki anak tangga mengurungkan niatnya. Dia menoleh ke arah Aluna yang berdiri di ambang pintu kamar.

"Ada apa?"

"Kita shalat subuh berjamaah yah. Sayang pahalanya kalau shalat sendiri-sendiri."

Nino hanya mengangguk.

Senyuman terukir di wajah cantik Aluna, "Shalatnya mau dimana di kamar Kakak apa di kamarku?"

"Terserah kau," Nino hanya menjawab singkat.

"Di kamar Kak Nino saja yah?"

Untuk kedua kalinya Nino hanya mengangguk. Dia kembali melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga sedangkan Aluna kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil sajadahnya yang sudah dia bentangkan di atas lantai, setelahnya dia langsung berlari menuju kamar Nino yang letaknya ada di lantai dua.

Dia bentangkan sajadahnya dan sajadah milik Nino di atas lantai dekat dengan jendela. Selagi menunggu Nino yang masih membersihkan dirinya di dalam kamar mandi Aluna mempersiapkan baju Koko dan sarung yang sekiranya akan digunakan oleh Nino. Dia memilih baju koko berwarna putih dan sarung berwarna coklat. Dia meletakkan keduanya di atas tempat tidur.

"Semoga dia mau memakainya."

Setelah menyediakan baju Koko dan sarung untuk Nino, Aluna memilih untuk bershalawat. Mencurahkan rasa rindunya pada Rasulullah. Tanpa sadar di saat dia menyenandungkan shalawat air mata membasahi pipinya.

Dia baru sadar kalau selama ini tangisan yang selalu membasahi pipinya hanya karena dunia.

Dia menangis karena cinta pada makhluk-Nya.

Aluna | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang