Enam Belas : Terlalu Mencintaimu

Start from the beginning
                                    

"Maafkan aku Aluna," ucap Nino sebelum pergi meninggalkan Aluna yang masih bergelung di balik selimut yang tebal.

Aluna menggigit bibir bagian bawahnya. Berusaha untuk menahan rasa sakit yang kini menghantam hatinya. Perlahan dia beranjak dari atas tempat tidur. Dia menatap pantulan dirinya di cermin.

Berantakan... Dirinya terlihat begitu berantakan. Dia sungguh terlihat tidak menarik.

"Apakah barusan aku terlihat seperti pelacur di matanya?" Aluna berucap lirih pada pantulan dirinya di cermin, "Apakah aku terlihat bagaikan pelacur di matanya hingga dia merasa tidak nyaman berada di dekatku? Dia merasa tidak nyaman di dekatku... Suamiku tidak merasa nyaman berada di dekatku... Apa yang harus aku lakukan?"

Tubuh Aluna luruh di atas lantai yang dingin. Tangan kanannya memukuli dadanya yang terasa begitu sesak.

"Ya Allah kenapa aku merasa jijik pada diriku sendiri? Aku jijik pada diriku sendiri... Rendahkah apa yang telah aku lakukan? Aku mencintainya... Aku sungguh mencintainya dan aku kini merasa takut kalau cintaku padanya akan mengalahkan rasa cintaku pada-Mu."

Aluna tersungkur. Tak mampu lagi menahan tangisnya.

Dia terlalu mencinta Nino dan kini di saat Nino kembali menjatuhkannya dia seakan kehilangan pijakan.

Menangis.. Ya, kini dia hanya mampu menangis. Dia berharap tangisan dapat meringankan rasa sakit yang kini melanda hatinya. Namun sayang... Sebanyak apapun air mata yang mengalir membasahi wajahnya rasa sakit itu masih terus bercokol di hatinya.

Perlahan Aluna beranjak dari permukaan lantai yang dingin. Sesekali isak tangis dan sedu-sedan masih lolos dari bibirnya yang tipis. Dia melangkahkan tubuhnya menuju kamar mandi. Dia akan merendam seluruh tubuhnya dengan air dingin. Suatu tindakan yang gila, namun Aluna tetap akan melakukannya. Dia harap air dingin yang merendam seluruh tubuhnya mampu menghilangkan rasa sakit yang masih bercokol di hatinya.

Aluna menenggelamkan seluruh tubuhnya. Tanpa dapat dia cegah tiba-tiba kejadian dua hari yang lalu kembali berputar di kepalanya.

"Ingat Aluna, Nino menikahimu karena merasa kasihan padamu. Kau seorang gadis yang tak memiliki ibu dan ayah. Kakakmu malah lebih memilih suami yang meninggalkannya daripada memilih untuk tetap bersamamu. Keberadaanmu hanya beban untuk orang-orang yang ada disekitarmu termasuk adikku. Dia terlalu baik hingga mau menikahimu... Adikku tidak mungkin dapat meninggalkanmu bukan karena dia mencintaimu... Tapi dia tidak bisa meninggalkanmu karena merasa kasihan padamu. Orang-orang disekitarmu tidak ada yang menginginkanmu. Semuanya memperlakukanmu dengan baik semata-mata karena merasa kasihan melihat dirimu yang malang. Bila Nino meninggalkanmu tidak akan ada lagi yang akan mau menampung," itulah perkataan Naura, Kakak Nino yang dua hari lalu Aluna temui setelah dia mengikuti ujian Aufnahmeprüfung untuk Studienkolleg-nya di Friedrich Alexander Universitat Erlangen Nurnberg (FAU).

Tak ada yang menginginkannya....

Dia hanya akan menjadi beban bagi orang-orang yang berada di dekatnya...

Lantas apa yang kini harus dia lakukan? Apakah dia harus meninggalkan Nino? Tidak dia tidak bisa melakukannya? Dia telah berjanji untuk tetap berada di samping Nino hingga Nino sendiri yang akan memintanya untuk pergi. Tapi kini dia tahu kalau Nino merasa tidak nyaman berada di dekatnya. Bila dia tetap berada di dekat Nino bukankah itu hanya akan membuat hidup Nino tidak akan bahagia. Dia ingin Nino hidup bahagia... Sungguh dia ingin Nino bahagia.

Aluna | ENDWhere stories live. Discover now