Part 18

679 70 9
                                    

Bodohkah diriku yang berharap kau hadir dalam gelapnya malam?

—ZahraAdelia—


〰️〰️〰️

Matahari mulai beranjak berganti dengan bulan dan bintang. Kesejukan dirasa Zahra di balkon kamarnya. Dia duduk bersandar di sofa empuk di balkonnya itu.

Zahra berdiri kemudian masuk kembali ke dalam kamarnya setelah menutup jendela yang mengarah ke balkon. Dia beranjak memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Setelah memakai baju santai khusus di rumah, Zahra berjalan menuruni tangga. Saatnya dia untuk makan malam. Seperti biasa hanya dirinya dan Bi Yanti selalu menemaninya makan. Mungkin cuma sekali dua kali dalam sebulan dia bisa makan malam semeja dengan orangtuanya.

Sedih? Siapa yang tidak sedih. Tidak ada kakak atau adik bisa diajaknya makan, ngobrol, ataupun main. Zahra lelah sendiri dan kesepian terus, tapi mau diapa lagi dia juga tidak boleh egois. Dia menghela nafas berat, lalu menyuruh bi Yanti untuk mulai makan.

"Ayo bi, kita makan!" Seulas senyum yang tak sampai ke matanya.

Setelah makan malam, Zahra berniat menonton film di ruang keluarga. Seperti biasa bibinya hanya menyediakan cemilan lalu menuju kamarnya. Dan sudah kebiasaan bibinya juga tidur di jam segini. Zahra memang tidak tega jika menyuruhnya untuk menemani dirinya nonton. Biarkan saja bibinya tidur lebih cepat.

"Mmm... non Zahra. Ada ingin Bibi sampaikan tapi Bibi lupa." Tiba-tiba Bi Yanti kembali ke hadapan Zahra.

Zahra terkekeh mendengar penuturan Bi Yanti. Dia maklum dengan kadar lupa bibinya itu. Di usianya menginjak kepala lima sewajarnya jika penyakit pikun sudah merombak.

"Mau bilang apa Bi?" tanya Zahra.

Tampak Bi Yanti berpikir keras. Lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bibi lupa, non," ujarnya menggaruk-garuk tengkuknya tidak enak.

"Hehe, Bibi tidur aja sana. Nanti kalo udah ingat baru tanya Zahra," ujar Zahra.

"Baik, non. Bibi ke kamar dulu. Kalau mau apa-apa bangunin Bibi yah," pamit Bi Yanti. Yah, salah satu kebiasaan Bi Yanti juga adalah jika tidur harus memasang headset di telinganya. Jika ditanya alasannya, dia bilang sudah kebiasaan sejak remaja.

"Oke deh," sahut Zahra tersenyum hangat.

Hingga tinggal dirinya saja di depan TV berlayar besar itu. Asik menonton kembali film Harry Potter. Bisa dibilang itu sudah basi, namun Zahra adalah penggemar berat film itu. Dari SMP dia sudah sangat menyukai film bergenre fantacy tersebut.

Tiba-tiba saja...

Klek...

Semua penerangan padam seketika. Lampu dan juga TV. Semuanya berubah menjadi gelap. Zahra tercekat dan lingkupan kepanikan mulai menghampirinya.

Nyctophobia, phobia terhadap kegelapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nyctophobia, phobia terhadap kegelapan. Kepanikan berlebihan dan juga rasa takut terhadap kegelapan. Zahra meringkuk di atas sofa. Tangisannya tak dapat lagi dicegah. Kepalanya dia tenggelamkan dengan kedua kakinya ditekuk.

"Hiks... bi!" teriaknya sesegukan.

"Hiks... hiks..." tangisnya makin pecah.
Saat dia bergeser sejenak dia merasakan sesuatu di sebelahnya. Ah, dia ingat. Itu adalah ponselnya yang memang tadi dibawanya ke sini. Sedikit lega karena bisa menemukan ponselnya walau dalam gelap.

Tangan dan tubuhnya sudah gemetaran. Beberapa kali juga ponselnya jatuh karena tangan Zahra bergetar hebat. Dengan sekuat tenaga, dia menggeser layar ponselnya. Lalu menekan nomor panggilan terakhirnya. Dia tidak sanggup lagi jika harus mencari nomor dulu.

Tidak ada jawaban. Saat Zahra melihat nomor yang tadi dipanggilnya ternyata itu adalah nomor Arkan. Iya, dia ingat tadi sore dia sempat menelepon Arkan namun dijawab sibuk oleh operatornya.

Kembali berusaha memanggil nomor Arkan. Namun lagi tidak diangkatnya. Nomornya aktif tapi tidak diangkat. Entahlah rasa kecewa muncul di benak Zahra. Sudah hampir puluhan kali dia berusaha menelepon Arkan namun tetap tak diangkat. Dibantingnya sembarangan ponselnya.

Zahra makin menangis hingga terisak-isak. Phobianya membuatnya takut ditambah hatinya yang kecewa. Karena terus menangis, Zahra lelah dan capek. Dia tertidur dengan posisi kurang nyaman. Namun sebelum menutup matanya, dia bergumam sesuatu.

"Arkan, aku takut gelap."

️〰️〰️

TBC

Jangan bosan baca CCTV. Walau menurut kalian cerita ini biasa aja. Dan bintang di pojok bawah juga, pencet aja, gratis kok 😁

20 April 2019
Ig: @lilis_ata77

CCTV ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang