Part 10

831 73 10
                                    

Musuh yang sering membuatku jatuh adalah "ingatan" tentang masa lalu.

-ZahraAdelia-

〰️〰️〰️

Kedua gadis berseragam abu-abu baru turun dari mobil Audi putih. Mereka memarkirnya di salah satu cafe dekat dengan pusat perbelanjaan.

Awalnya mereka ingin langsung berjalan-jalan di mall. Namun, karena Alea belum sarapan dan juga Zahra masih lapar jadi mereka memutuskan terlebih dulu untuk mengisi perut.

Pesanan keduanya sudah tertara rapi di atas meja. Alea sudah mulai melahap makanannya. Sedangkan Zahra baru selesai mengangkat telepon.

"Sudah selesai?" tanya Alea mendongakkan kepalanya menatap Zahra.

"Hm, mereka sudah memberikan izin pada guru," jelas Zahra setelah tadi menelpon ketua kelasnya.

Obrolan terus berlanjut. Mereka tidak akan pernah habis dalam membahas topik. Keduanya memiliki banyak kesamaan dari mulai hobi berenang sampai makanan.

"Lea, gue mau ke toilet dulu." Zahra beranjak dari kursinya.

"Mau bersihin wc di sini juga?" canda Alea.

"Asem lu!" Alea terkekeh mendengar umpatan kesal Zahra.

Zahra berjalan memasuki toilet. Setelah urusan dalam toilet selesai. Dia beralih merapikan pakaian dan tatanan rambutnya di wastafel. Merasa sudah bagus, ia pun keluar dari sana.

"Hy, Delia."

Zahra berjingkat kaget saat mendengar suara itu. Dia takut membalikkan tubuhnya. Dia takut kembali berhadapan dengan orang itu. Nyatanya dia memang sudah tau siapa dia. Karena hanya orang itu yang memanggilnya dengan nama belakangnya.

"Pergi!" ucap Zahra dingin.

Dia berlalu dari sana. Tubuhnya sudah gemetar sedari tadi. Jantungnya sudah berdegup kencang karena ketakutan. Pikiran-pikiran buruk bersarang dalam otaknya.

Saat sudah sampai di mejanya. Zahra langsung mengambil tasnya. Raut mukanya sudah pucat.

"Ra, lo kenapa? Ada apa?" tanya Alea bingung sekaligus khawatir melihat sahabatnya seperti itu.

Pasti ada apa-apa, ujar Alea membatin kala melihat raut wajah Zahra.

Alea tetap mengikuti jejak Zahra yang sudah berlalu keluar cafe. Dia hanya meninggalkan uangnya di atas meja. Kemudian berlari menyusul Zahra.

Keheningan terjadi di dalam mobil. Alea tahu bahwa Zahra butuh menenangkan dirinya dulu. Dia mulai melajukan mobilnya keluar dari perantara cafe.

"Ke apart gue aja yah!" ajak Alea melirik Zahra.

"Hm." Pikiran Zahra saat ini sedang blank.

Sekitar lima belas menit perjalanan, akhirnya keduanya sampai. Alea berjalan dengan tangannya menarik Zahra. Sebelumnya, Alea menunggu Zahra keluar dari mobil. Tetapi belum kunjung turun. Dia khawatir melihat sahabatnya seakan pikirannya tak berpijak di sini.

Rara pernah seperti ini saat... OMG, itu nggak mungkin. Alea menggeleng-gelengkan kepalanya memikirkan praduganya.

Tiba di unit apartemen Alea, keduanya masuk dan duduk di depan tv. Alea dengan inisiatif mengambilkan air hangat untuk sahabatnya. Zahra menerima sodoran air itu lalu meneguknya hingga tandas.

Tanpa diduga Zahra menangis dan langsung memeluk Alea. Tubuhnya gemetar dan ketakutan melanda dirinya.

"D..ia... da..tang.. hiks.." Zahra tersedak dengan tangisnya sendiri.

Alea mengerutkan alisnya tak mengerti. Tangannya mengelus punggung Zahra menenangkan. Sesaat dia langsung terpikir dengan satu nama.

Ndak mungkin dia. Sial, lelaki brengsek! caci Alea dalam hati.

"Daniel?!" gumam Alea.

"Dia.. hiks.. da.. tang.. hiks..." tangis Zahra makin menjadi.

"Ba... gaimana bisa?" tanya Alea masih tidak percaya.

"Hiks... dia... hiks... da.. tang..." ujar Zahra lagi.  Tangisnya semakin pecah, pemikirannya menjelajah kembali ke masa silam.

〰️〰️〰️

TBC

Don't forget to vote and comment. See u next part :)

14 April 2019
Ig: @lilis_ata77

CCTV ✔️Where stories live. Discover now