Part 2

1.2K 107 4
                                    

Hidup adalah serangkaian kebetulan. 'Kebetulan' adalah takdir yang menyamar.

-CCTV-

〰️〰️〰️

"Auww, sakit bego."

"Oh God!"

Pekikan dari kedua orang beda jenis itu. Satu cewek dengan seragam putih abu-abunya dan satu lagi cowok dengan seragam pengawas. Jangan ditanya, semua berkas-berkas tadi sudah berceceran di lantai. Seketika pandangan mereka bertemu. Bukan pandangan terpesona atau apa. Akan tetapi yang ada hanya pandangan tajam satu sama lain.

Cewek bername tag Zahra Adelia itu lebih dulu bangkit dari duduknya. Lalu disusul oleh Arkan sendiri. Keduanya berdiri saling berhadapan masih dengan tatapan khas mereka.

"Om kok nggak liat-liat jalan sih. Sakit tau jatuh," ucap Zahra menggebu-gebu.

"Sapa bilang jatuh enak. Eh, gue bukan om elo ya. Kapan gue nikah ama tante lo? Dan lo nak kecil-" tunjuk Arkan depan muka Zahra, "harus tanggung jawab atas semua ini," lalu menunjuk semua berkas-berkas yang berantakan di lantai.

"Beresin!" perintahnya lagi.

"He-lo, di sini itu gue yang jadi korban."

"Gue juga jatuh yah, jadi jangan banyak alasan. Cepetan beresin!"

"Gue gak mau!" Tekan Zahra setiap suku katanya.

Tanpa peduli lagi, ia berlalu dari sana. Namun, belum sempat melangkah satu langkah, lengannya sudah dicekal kuat oleh seseorang, siapa lagi kalau bukan Arkan.

"Lepasin gak!" Zahra berusaha melepaskan cekalan itu. Tapi bukannya lepas atau melonggar sedikit saja, malah semakin erat.

"Jangan ngebantah gue, kalau gue bilang ini yah harus ini!" ujar Arkan dengan suara dingin dan penuh intimidasi. Tatapannya berubah datar namun menusuk.

Takut? sama sekali tidak. Zahra terlihat biasa-biasa saja dengan hal itu. Ia malah membalas tatapan itu dengan sama dinginnya.

"Kalo gue gak mau, lo mau apa?" tanya Zahra menantang.

"Oke, liat aja nanti, cewek bar-bar. Lo kan dapat kejutan menyenangkan dari gue."

Setelahnya Arkan menyentak lengan Zahra hingga sang pemilik mengaduh kesakitan. Arkan tidak peduli lagi saat Zahra mengumpat sebelum pergi dari hadapannya. Arkan tidak berniat lagi berurusan dengan berkas-berkas itu, ia malah memanfaatkan pesonanya. Jangan heran jika keduanya sudah menjadi pusat perhatian sekitarnya. Hanya dengan lirikan dan senyuman tipis, kedua cewek tak jauh dari tempatnya berdiri datang mendekatinya.

"Halo kak," sapa cewek berlesung pipi.

"Kakak butuh bantuan?" tawar cewek satunya lagi.

"Hem, berkas-berkas gue jatuh semua gegara tuh cewek bar-bar," ungkap Arkan pada keduanya.

Tanpa meminta lagi, keduanya memungut berkas tersebut. Arkan ikut membantu? jawabannya tidak. Ingat, Arkan tidak mau lagi berurusan dengan berkas-berkas itu. Setelah semuannya berkas sudah terkumpul kembali, mereka berdiri menghadap Arkan.

"Kak, mangnya mau bawa kemana? Kita bawain aja sekalian," ucap menawarkan cewek berlesung pipi dan diberi anggukan oleh yang satunya lagi.

"Ke ruang BP," jawab singkat Arkan.

"Ya udah kak, ayo!" ajak mereka penuh semangat.

"Nggak usah, biar kakak bawa sendiri aja. Mana tega kakak biarin cewek bawa," ucap Arkan seketika membuat kedua cewek itu seakan meleleh mendengar penuturan Arkan.

"Sini!" Arkan meraih berkas-berkas di tangan mereka.

Sebelum pergi, Arkan mengucapkan terima kasih kepada mereka. Ada niatan untuk membiarkan kedua cewek itu saja yang membawanya. Namun, perkataan maminya untuk selalu menghargai wanita terngiang di kepalanya.

"Wah, cowok idamaann gueee," ucap salah satu cewek itu saat sudah tersadar dari pesona Arkan.

"Senyumannya bikin dedek meleleh," ucap yang satunya lagi.

〰️〰️〰️

TBC

Update lagi nih. Jangan lupa vote dan komentarnya.

06 April 2019
Ig: @lilis_ata77

CCTV ✔️Where stories live. Discover now