1,9

4.2K 120 2
                                    

"Aku belajar untuk memahami diriku kembali, setelah sesaat aku hanya terfokus untuk memahamimu saja." -tya.

Belajar untuk bisa memaafkan masa lalu adalah satu hal yang sulit bagiku. Terlebih saat aku mengingat kembali semua kejadian serta perlakuan yang membuatku begitu kecewa, sehingga membuat aku begitu sulit untuk memaafkan masa laluku.

Memaafkan, adalah satu kata yang sangat ku benci saat ini. Ingin rasanya aku mati, ah tidak itu terlalu berlebihan.

"Udah moveon aja ngapa," ucap Anis.

"Iya, jangan dipikirin. Mending lo mikirin ulangan mtk bu hotma bentar lagi." Tambah Alma.

Aku menghembus napas frustasi. Mengapa hidupku benar benar menyedihkan seperti ini?

"Temenin gue ke majelis bentar ty," pinta Pila.

"Mager," jawabku lemah

"Ayo dong," rengeknya sambil menarik tanganku.

Lagi-lagi tanpa perlawanan aku menerutinya.

Koridor mading sekolah, tempat dimana kali keduanya aku bertemu dengannya. Dimana takdir itu benar benar dimulai. Takdir dimana aku hanya dipertemukan dengannya. Bukan untuk dipersatukan dengannya.

Kulihat karyanya terpajang di dalam etalase mading. Dan itu bukanlah hal yang abnormal. Itu memang sudah tugasnya temanteman sekalian.

Didetik ini juga. Takdir baru datang menghampiriku.

Dep..

Tabrakan bahu yang benar-benar tak kuduga dan tak terencana benar-benar terjadi.

"Maaf," dan bahkan permintaan maafku di anggap angin lalu dengannya.

Jangankan membalasku, menatapku atau bahkan menoleh ke arahku saja dia tak sudi? Kalian bisa tau siapa dia, aku sudai benar benar malas menyebutkan namanya.

Tahan tya tahan. Sabar

Kurasakan mataku memanas, aku dapat merasakan air mata yang siap terjatuh itu di mataku, tapi lagi-lagi aku menahannya.

"Sabar," ucapku menenangkan diriku sendiri.

"Maafin gue, ini diluar rencana gue," Aku mengangguk memahami ucapan pila,

Benar, ini bukan salah pila. Ini adalah takdir.

Takdir yang menyatakan bahwa di detik ini pula aku harus bisa memaafkannya dan melupakannya.
Aku kurang peka dengan diriku sendiri, mungkin tuhan punya rencana lain untukku.

Rencana yang lebih indah, mungkin?

"Ayo" tarik pila

"Like a stranger witch another"

Jika netijen berkata hari Patah hati sedunia itu waktu ngeliat ka Raisa dan ka Hamish nikah. Itu tidak denganku.

Hari patah hati sesungguhnya buatku adalah tepat  saat ini juga. Disaat aku bersama sahabatku sedang menghabiskan waktu istirahat kami memakan es krim di salah satu gazebo di dekat lapangan basket sekolah.

Dari kejauhan aku bisa mendeteksi bentuk tubuhnya, cara berjalannya dan  semua yang berhubungan denganya. Aku bisa mendeteksinya.

Ku perhatikan mulai ia muncul dari keramaian di ujung sana. Kuperhatikan cara Berjalan yang begitu begitu saja bersama salah seorang temannya. Berjalan dengan gagahnya, dan dengan  memancarkan jiwa yang sangatku kagumi itu.

Disamping itu aku merasa iri dengan temannya. Aku merasa iri karna Aku sangat merindukan posisi itu, posisi favoritku. Walaupun aku tau jika aku di posisi itu, aku pasti akan berjalan lebih lambat dan berada sedikit dibelakangnya. Dan aku menyesali hal itu, hal yang kali ini tak dapat aku lakukan kembali.

Tapi bukan itu yang membuatku patah hati.

Yang membuatku patah hati adalah tujuannya dan tempat perhentiannya. Yaitu di salah satu gazebo yang ku lihat terdapat mantannya!(?)

Seperti tersambar petir. Es krim yang berawal dari tanganku tercampak jatuh. Sama halnya dengan hatiku. Tercampak dan terjatuh. Jatuh dan hancur.

"Jatooh, ih tolol banget nih tya," omel Anis,

"Jatoh woi," tambah alma.

"Peduli apa gue! Dia aja gak peduli!"

Bisa ku tebak ketiga sahabatku diam tercengang dan kebingungan dengan apa yang aku perbuat. Sama, aku juga kaget dengan apa yang aku perbuat sendiri.

Moodku benar benar hancur hingga jam pelajaran habis.


Parkiran,
"Gue pulang sama siapa dong?" Tanyaku.

"Lo pulang bareng anis aja ya ty,"usul Pila.

"Yaah.. lo mau kemana?" tak biasanya pila begini,

"Gue pulang bareng Alma, mau nemenin dia dulu nih." Jelas Pila padaku.

"Gitu ya, Nis gue pulang bareng lo ya." Tanyaku

"Siap" balas Anis,

"Ty," panggil alma.

"Kenapa?"

"Noh liat," tunjuk alma.

Jegerrrrr... beleger....

"Idih ngapain cabe pulang bareng nopal?"

"Supaya dibilang apa?"

Bagai tersambar petir, aku diam seperti tak bernyawa.

"Cantik dan berkelas lagi sahabat gue."

"Emang nopal gak tau diri yaa,"

"Dikiranya dia paling ganteng di dunia ini apa ya?"

"Hush, yaudah sih, kalian gak boleh gitu ih. Biarin aja" ucapku melemah.

"Tapi ty, gue sebagai sahabat lo gak terimana dong sahabat gue di perlakukan seperti ini. Ini bisa jadi gosip sekolah. Lo mau?"

"Anis, siapa sih orang yang mau di gosipin?"

"Kita buat perhitungan aja, "

"Setuju,"

"Engga, udah deh biarin aja. Gak penting guys pliss ngertiin gue" ucapannyang keluar dari mulutku bukan dari hatiku, "Memang dari awalnya gue sama dia engga ada hubungan kan?"

"Ma, yok pergi aja, panas gue disini," ajak pila, "Gue sama yang lain , bakal ngedukung apa pun keputusan lo."

Kisah nyata || vote

Cinta Anak SMA [C O M P L E T E D]Where stories live. Discover now