Sebelas : Menetapkan Perasaan

54.9K 7.1K 803
                                    

Langit terlihat mendung, ombak bergemuruh menghantam batu karang dan angin berhembus cukup kencang.

Aliandra memeluk bahu Aluna, sesekali dia mengecup pucuk kepala Aluna, "Kakak mendengar semuanya."

Ya, Aliandra telah mendengar pertengkaran Aluna dengan Nino dan sumber pertengkaran Aluna dan Nino adalah dirinya. Sungguh demi apapun itu membuat dia merasa begitu bersalah pada Aluna. Adik yang seharusnya dia bahagiakan malah harus merasakan sakit karena dirinya. Dia kira pernikahan Aluna dan Nino baik-baik saja, namun ternyata tidak. Nino masih mencintainya.

Aluna mendongak. Menatap mata Kakaknya dengan pandangan getir.

"Maafkan Kakak. Kamu pasti merasakan sakit."

Aluna menggeleng, "Tidak usah minta maaf Kak. Dari awal aku sudah tahu kalau dia mencintaimu," sebisa mungkin Aluna berusaha agar suaranya tak terdengar menyedihkan.

Dari awal dia memang sudah tahu kalau Nino sangat mencintai Kakaknya. Seharusnya dia sadar diri, menyadari posisinya di hati Nino memang tidak berharga. Nino mau menikahinya karena hanya ingin tahu apa rahasia yang tengah dia simpan. Tidak lebih, hanya sebuah rahasia lah yang membuat Nino mau menikahinya.

Tapi bodohnya kini egonya sebagai seorang wanita telah menguasai hatinya. Dia ingin Nino memperlakukannya layaknya seorang suami kepada istrinya. Dia ingin Nino mengakuinya sebagai istri dan dia ingin Nino melupakan cintanya pada Aliandra. Salahkah keinginannya itu? Dia ingin pernikahannya dengan Nino berjalan layaknya pernikahan karena cinta, bukan karena sebuah keterpaksaan. Tapi tentu hal itu tidak akan terjadi karena cinta Nino hanya untuk Aliandra.

"Dulu surga kita berada di bawah kaki ibu namun kini setelah kita menikah surga kita berpindah di bawah kaki suami kita...." ucap Aliandra. Memecah suara rintik hujan yang sedari tadi mengisi keheningan diantara keduanya.

Aluna menoleh, meninggalkan pemandangan rintik hujan. Dia menatap wajah sendu Kakaknya dalam diam.

"Dulu kau pun tahu sendiri kalau Mas Alka tidak mencintai kakak. Dia menikahi kakak karena sebuah bisnis bukan karena cinta... Saat itu cintanya masih milik Lisa. Tidak masalah bagi kakak karena dari awal hati kakak sudah kakak labuhkan padanya meskipun kakak tahu kalau dia tidak mencintai kakak. Tapi kakak percaya kalau Allah yang Maha memegang kendali hati hambanya. Allah memiliki kuasa untuk membolak-balikkan hati hambanya."

Aliandra menghentikan ucapannya. Tangannya menyeka pipinya yang ternyata telah basah oleh air mata.

"Kak...," Aluna memeluk bahu Aliandra. Dia seakan bisa merasakan rasa sakit yang dulu pernah dirasakan oleh kakaknya.

Aliandra memaksakan dirinya untuk tersenyum. Tangannya menepuk-nepuk lembut tangan Aluna yang memeluk bahunya, "Harusnya kakak yang menghiburmu tapi kini malah kebalikannya kamu yang malah menghibur kakak."

Aluna mencium pipi Aliandra, "Aku sayang Kakak... Aku ingin kakak selalu bahagia."

Aliandra pun balas mencium pipi Aluna, "Kakak pun sangat menyayangi mu. Kakak ingin kamu bahagia. Bukan hanya bahagia di dunia namun kakak pun berharap kamu dapat bahagia di akhirat. Jadilah istri yang baik untuk suamimu... Kakak percaya rasa sakitmu sekarang adalah cara Allah menguji ketulusan cintamu pada Nino. Jangan sampai kau menyerah atas ujian yang kini Allah timpahkan padamu. Berbakti lah pada suamimu seperti Ibu dulu berbakti pada Ayah. Selama Nino tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh Allah maka tetaplah bertahan di sampingnya."

Aluna mengangguk, "Aku akan melakukannya Kak."

"Semoga Allah mengumpulkan kita di surga," doa Aliandra seraya memeluk erat tubuh Aluna. Adik kesayangannya.

Aluna | ENDWhere stories live. Discover now