50. PERSETERUAN (1) [REPOST]

378K 26.8K 5.8K
                                    

50

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

50. Perseteruan

"Gimana keadaan Papa?"

Galaksi menoleh pada Nova, bertanya. Kakaknya itu terlihat tegang sendiri. Bibirnya pucat tapi tetap mukanya tidak menunjukkan perubahan setelah Galaksi masuk ke dalam rumah sakit. Yang dia lihat ada Nova yang berdiri kaku di samping kursi penunggu—tempat Anggun duduk dan menangis. Sudah berapa banyak air mata yang jatuh dari mata Ibunya itu.

"Kata dokter tadi sempet nggak napas," jawab Nova. Saat berbicara matanya menatap lain-lain. Sebentar menatap lantai. Sebentarnya lagi menatap TV dengan layar hitam di depannya. "Gue takut Gal," akunya.

"Apa yang lo takutin?" tanya Galaksi sengit. Tidak suka mendengar nada lemah dari Nova. "Takut Papa pergi? Papa gak bakalan pergi."

Nova diam. Kepalanya merunduk, lemas. "Kenyataannya kemungkinan Papa buat bertahan hidup itu kecil. Napas aja udah nggak bisa. Harus pake alat."

"Iya gue tau. Lo nggak usah ngeluh kaya cewek gini. Sekarang bantuin gue biar Papa bertahan hidup."

"Percuma, Gal. Dokter bilang Papa nggak bisa sembuh! Pas masuk rumah sakit semua penyakitnya keluar. Papa bener-bener drop."

"Trus Papa mana sekarang?"

"Di dalem diperiksa dokter."

Mata Galaksi memindai pintu ruang ICU. Nova maju menarik Galaksi menuju tempat yang jauh dari ruang ICU—meninggalkan Anggun sendirian di tempatnya. Laki-laki itu membawa adiknya menuju ke lobby rumah sakit.

"Kenapa lo ngajak gue ke sini?"

"Maafin Mama," kata Nova sungguh-sungguh. "Demi gue. Demi Papa."

"Kita semua tau Mama selingkuh karena apa, Gal. Papa sibuk. Mama juga sibuk. Tapi itu dulu. Sekarang Mama udah banyak berubah. Mama udah nggak kaya dulu lagi. Gue tau lo sakit hati. Gue pun sama kaya lo. Tapi sebagai anak gue mencoba mengerti Mama. Mama udah berusaha biar lo sama Papa maafin dia." Nova menepuk pundak adiknya itu agar Galaksi memikirkannya baik-baik.

"Maafin Mama sebelum lo nggak punya kesempatan buat bahagiain dia."

***

Upacara sekolah. Pagi-pagi sekali Kejora sudah berada di lapangan sekolah dengan teman-teman paskibnya. Kemeja putih panjang dengan rok senada, peci hitam di kepala, slayer merah di leher dan yang paling penting ada lipatan bendera merah putih di kedua tangannya. Pasukan sembilan sudah rapi. Mereka berbaris dan berada tepat di samping tiang bendera—dekat padus dengan tertib.

Cuaca sedang sangat cerah kali ini. SMA Ganesha adalah salah satu sekolah yang sering mengadakan upacara bendera tiap hari senin kecuali ada halangan tertentu atau hujan. Sinar matahari semakin meninggi. Para murid yang terlambat dikumpulkan di dekat mereka oleh Pak Dandang. Sejak pagi guru berkumis tebal itu sudah pasang badan di tempatnya dan mengawasi murid-murid yang terlambat.

GALAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang