17| Biarkan

1.3K 164 0
                                    

Selamat Membaca Semuanya!!


Rio dan Alvin saling menatap tajam, Alvin pun melepaskan tangannya Naira.

"Gue cuman mau ngomong baik-baik aja sama dia, lo gak usah ikut campur!" kata Alvin menekan di setiap kata.

"Dan gue gak suka ngeliat lo maksa Naira," ucap Rio.

Naira mendengus sebal melihat mereka. Ia melihat ke arah sahabatnya, Rahma.

"Ma, pergi dari sini!!" ajak Naira dengan suara pelan.

"Kuy!!" mereka pergi tanpa di sadari oleh Alvin dan Rio.

Sementara Alvin dan Rio masih melanjutkan pertengkaran adu mulut, tanpa mereka sadari gadis yang menjadi bahan adu mulut mereka sudah pergi duluan.

"Emangnya lo siapa nya hah?" kata Alvin melanjutkan pertengkaran yang kekanak-kanakan ini.

"Naira aja gak masalah gue ajak pergi," sambungnya.

"Dia tadi bilang gak mau!! Lo gak ngerti ya kata gak mau itu!!" ucap Rio membalasnya dengan senyuman mengejek.

"Dia mau tadi kalo lo gak ikut campur tadi!!" ucap Alvin dengan tersenyum miring. "Tanya aja sama Naira!!" ucap Alvin kembali yang disetujui Rio.
"Naira?!" kata mereka bersamaan tapi yang di panggil orangnya sudah tidak berada di sana.

Alvin dan Rio melongo bersamaan. Di kepala mereka mungkin saja sudah banyak pertanyaan dimana Naira saat ini?! mereka memandang kembali.

"Dimana dia.." ucap Rio bergumam.

"Gara-gara lo dia pergi tanpa gue tau!" balas Alvin menyeru ke arah Rio.

"Ya gara-gara lo banyak bacot, Ira jadi pergi!" balas Rio kembali.
Alvin menghela nafasnya kasar, ia menatap tajam kearah Rio "Jangan salahin gue, lo yang salah karna ikut campur urusan orang aja. Perusak suasana lo!!" ucapnya lalu pergi meninggalkan Rio.

"Apa? Perusak suasana? Dia kali yang ngerusak semuanya sejak dia pindah kesini!!" kata Rio lalu pergi dari depan Ruang BK.

Setelah istirahat selesai murid-murid masuk kekelasnya masing-masing dan melanjutkan pelajaran nya.

Tet tet tet

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar kelasnya dan menuju rumahnya masing-masing begitupula dengan dua orang sahabat ini, Naira dan Rahma. Mereka sudah berada di gerbang dan ingin pulang kerumah. Rahma yang duluan karena angkutan umum sudah tiba sedangkan Naira masih menunggu Bundanya tapi ia bengong seketika melihat pamannya yang menjemputnya.

"Hai keponakan!!" kata paman dengan tersenyum lebar sembari melambaikan tangan kepadanya.
Naira langsung menepuk dahinya langsung. "Huh? Kenapa bisa ada paman?" gumamnya pelan.

Naira melihat pamannya menghampirinya lalu merangkul bahunya langsung.

"Halo keponakan, sudah lama tidak bertemu!" ucap paman tersenyum memamerkan giginya.

"Pamanku sudah pikun!" ucap Naira dalam hati. Ya karna baru saja kemarin mereka berjumpa.

Semua siswa yang melihat Naira di rangkul om-om langsung berbisik.

"Yah, apa dia simpanan om-om"

"Kurasa dia tidak sepolos wajahnya,"

"Cih, apaan dia itu, ingin merusak nama baik sekolah apa?"

Begitulah kira-kira bisikan atau sindiran orang yang tidak suka dengan Naira terutama gadis di sekolahnya banyak yang tidak suka padanya karena wajahnya yang cantik dan juga manis.

Sebenarnya pamannya Niara tidak setua pikiran kita, dia masih berumur 25 tahun dan belum menikah hingga sekarang.
Mendengar sindiran halus padanya ia tidak peduli, ia sudah kebal dengan orang-orang seperti itu. Sedangkan pamannya yang mendengar hal itu langsung menatap tajam kepada mereka dan ketiga gadis itu langsung menciut lalu pergi.

"Ayo keponakan kita pergi dari sini!" mengajak Naira memasuki mobilnya dan pergi dari wilayah sekolah.

"Kenapa paman yang menjemputku bukan Bunda?" tanya Naira membuka pembicaraan di dalam mobil yang hening ini.

Pamannya langsung menoleh. "Apa kamu lupa yang kemarin paman bicarakan?" tanya pamannya bukan menjawabnya.

Naira mengingat kembali apa percakapan mereka kemarin tapi yang terlintas di pikirannya hanyalah pertengkaran paman dan bundanya yang seperti anak kecil.

Pamannya tersenyum kecil melihat Naira mengerucutkan bibirnya saat ia sedang berpikir, menurutnya itu menggemaskan dan semua di diri Naira itu menggemaskan menurutnya karena ia masih menganggap Naira anak kecil yang dulu sebelum di tinggal oleh kakaknya atau Ayah Naira.

"Andai saja kamu melihat Naira, mas.. Anakmu tumbuh cantik seperti ibunya," ucap pamannya dalam hati.

Yusuf, nama pamannya itu lalu mengacak-acak rambut Naira.

"Yah, paman berhenti mengacak-acak rambutku," kata Naira cemberut. Pamannya hanya tersenyum menanggapinya.

"Paman, kita mau kemana?" tanya Naira memandang jalanan.
"Salon," jawab singkat pamannya.

Naira melebarkan matanya mendengar jawaban pamannya. "Apa?!" teriaknya.

"Mau ngapain kita kesana?!" menatap pamannya tajam. Dan ia hanya mendapat cengiran sebagai jawaban.

● T B C ●

PART 17!!

Maaf baru bisa update, lagi sibuk sih soalnya..

Jangan lupa Vote dan Comment ya!!

Terimakasih sudah mendukung cerita ini maaf jika ada salah-salah ataupun typo author meminta maaf yang sebesar-besarnya.

Terimakasih sudah membaca, tanpa kalian author bukan apa-apa.

Terimakasih saran dan masukannya. ^_^

Mr. Rain [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang