4| Masalah Baru

2.4K 235 13
                                    

« Selamat Membaca »

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

« Selamat Membaca »



Naira dan Rahma melaksanakan hukuman yang di berikan Bu Ame, mereka terus hormat kepada tiang bendera yang berada di tengah lapangan.

"Ra, maaf ya. Gue gak bermaksud--"

"Gapapa kali.." Menatap sahabatnya Rahma dengan tersenyum. Rahma langsung membalas senyumannya Naira.

Tiba-tiba Rahma tertawa.

"Kenapa lo?" Tanya Naira mengerutkan dahi.

"Hahaha, kalau di pikir-pikir baru kali ini ya kita nerima hukuman setelah sekian banyak yang guru yang muji kita." (mereka anak teladan)

Naira hanya membalas dengan tertawa kecil.

"Eh, Ra. Baru pertama ini loh gue liat lo ketawa," Menatap wajahnya, Naira langsung menghentikan tawanya.

"Uhm.. Siapa yang tertawa?" Elak Naira memalingkan wajah.

Rahma malah mendengus melihat tingkah laku Naira. "Ngaku aja kali. Gak usah pake ngelak segala."

"Emang gue gak ketawa kok!"

"Oh ya, lalu apa tadi itu!?"

"Bukan apa-apa," Menghadap bendera.

"Haah.. Kenapa sih lo gak mau terbuka dikit aja ma gue." Gumam Rahma.

"Huh? Lo ngomong apa, Ma?" Tanya Naira menatap sahabatnya itu.

"Enggak kok, gak ngomong apa-apa..."

2 jam pun berlalu

Hukuman mereka sudah selesai dan mereka kembali ke kelas. Di depan pintu kelas ada yang menghadang mereka.

"Ngapain kalian masuk? Sudah selesai hukumannya nona-nona terhormat!?" Ejek Sandra, teman sekelas mereka.

"Minggir kami mau lewat," Kata Naira menghiraukan perkataannya.

"Woy, gue ngomong sama kalian gak usah pura-pura gak denger ogeb!" Hardik Sandra di depan wajah Naira dan Rahma.

Rahma langsung tersulut emosi.

"Lo bilang apa tadi? Ogeb!? Ngaca dulu mbak." Balas Rahma dengan tatapan tajam.

"Apa perlu gue beliin kaca di rumah lo, biar lo bisa ngaca. Dasar peringkat 21!!!" Ucap Rahma kembali.

"Apa lo bilang? Gue bisa beli sendiri, gue gak semiskin kalian ya!!" Teriak Sandra. Seluruh teman kelas melihat pertengkaran teman-temannya, tidak ada yang ingin menyudahinya.

"Siapa yang lo bilang miskin huh!?" Naira mulai angkat bicara.

"Siapa lagi kalo bukan kalian anak beasiswa yang hanya mengandalkan keberuntungan saja!!" Perkataan Sandra membuat Rahma ingin menamparnya tapi dicegah oleh Naira.

"Kenapa? Lo mau nampar gue, sini-sini.. Gue siap kok!" Menunjuk-nunjuk pipi kanannya.

"Gak berani ya!! Takut dikeluarin kalo udah nampar anak Kepala sekolah!!" Ejek Sandra yang menyulut Rahma untu langsung dengan sadar menampar pipi mulus itu.

Plakk

"Sekarang gue udah puas nampar wajah kebanggaan lo itu, Anak Kepala Sekolah yang Terhormat!!" Kata Rahma menekan setiap kata terakhir.

Sandra merasa tidak terima.

"APA YANG LO LAKUIN!!!" Teriak Sandra.

"Ada apa ini?" Tiba-tiba guru datang menghamburkan gerombolan penonton tadi menyisahkan ketiga gadis itu.

"Kenapa kalian ribut di depan pintu kelas?" Tanya guru yang berumur 30 tahun-an itu.

"Mereka menampar saya, pak!" Ucap Sandra dengan nada sedih di buat-buat. Mendengar ucapan Sandra, Naira dan Rahma melebarkan matanya.

"Gak pak itu bohong! Hanya saya yang menamparnya," Jawab Rahma. Pak guru itu yang bernama pak Hendrawan menatap tajam mereka.

"Rahma dan Naira, ikut saya ke ruang BK sekarang!!" Kata pak Hendrawan.

"Tapi pak hanya saya yang salah, Naira tidak!!" Bela Rahma berusaha tak membawa nama Naira kembali.

"Dua-duanya ikut saya sekarang atau kalian akan di keluarkan karena telah menampar anak Kepala sekolah!!" Perintahnya tanpa bantahan lagi.

Mereka pun mengikuti pak Hendrawan ke ruang BK.

"Ra, maafin gue. Lagi dan lagi gue nyeret lo dalam masalah," Kata Rahma menundukan kepalanya. Naira tidak menjawabnya.



















To be continue..

Selamat membaca ceritaku. Maaf kalo membosankan. Dan jangan lupa di Vote and Comment.

Maaf kalo ada kesalahan dalam hal kata atau sebagainya, aku penulis memohon maaf sebesarnya. Akhir kata, terima kasih yang sudah membaca.

Ditunggu yaa part selanjutnya!!!!! ^_^

Mr. Rain [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang