Modus #16: Make You Feel My Love

37.3K 3.7K 777
                                    

Tips #16:
Manfaatin setiap kesempatan yang ada buat bikin si doi jatuh hati pada lo. Karena terkadang kesempatan tidak datang dua kali.

***

Temui gw di tmn blkg lab sains sekarang.
Gw mw ngomong sm lo!

Ghazi membaca lagi pesan yang lima menit lalu ia kirim kepada Joya. Pesan itu sudah sangat jelas, tapi kenapa Joya belum muncul juga?

Cowok itu mengesah dan memasukkan ponselnya ke dalam saku dengan gusar. Aktivitas yang paling tidak disukai banyak orang adalah menunggu. Salah satu dari banyak orang itu adalah Ghazi.

Ada alasan kenapa Ghazi meminta bertemu dengan Joya. Tentu saja mengenai jadiannya Joya dan Gailan. Gara-gara hal itu Ghazi jadi kebawa mimpi buruk. Padahal seharusnya ia senang Joya dan Gailan jadian. Itu berarti tugasnya sebagai makcomblang dan kaki tangan cewek cebol itu berakhir. Namun, yang Ghazi rasakan adalah sebaliknya. Ia merasa sangat bersalah. Tentu saja perasaan itu muncul karena alasan di balik jadiannya Joya dan Gailan.

Sekali lagi Ghazi mengesah dan mengusap wajah dengan kedua telapak tangan. Ghazi menoleh ke kiri dan kanan, mencari tanda-tanda keberadaan Joya. Tapi, tidak ia temukan. Taman itu tetap sepi seperti biasanya. Satu-satunya sumber suara hanya berasal dari gemerisik dedaunan yang dipermainkan angin.

Ghazi mengambil ponselnya lagi. Ia membuka daftar kontak, lalu mencari nama Kinder Joy. Ketika Ghazi menekan tombol dial, sebuah suara menyapanya.

"Gue di sini." Suara itu milik orang yang saat ini ditunggu Ghazi, Joya Pradipta.

Ghazi memutuskan sambungan, lalu menatap cewek yang baru muncul itu dengan kesal. "Seharusnya lo datang dari tadi. Gue udah kayak anak hilang nungguin lo!"

Joya mendengkus. "Sejak kapan gue jadi nyokap lo, hm?"

Ghazi mengibaskan tangan. Mengabaikan pertanyaan Joya yang kalau diladeni pasti akan berbuntut pada perdebatan panjang. Waktu mereka tidak banyak. Jam istirahat tinggal sepuluh menit lagi--kurang lebih.

"Lo nggak boleh jadian dengan Gailan!" kata Ghazi dengan tegas dan lugas.

Joya menatap Ghazi tanpa kedip. Lalu tertawa. Seakan-akan Ghazi baru saja mengatakan sesuatu yang sangat lucu.

"Gue serius!" seru Ghazi kesal dengan reaksi Joya yang menurut Ghazi tidak pada tempatnya. Seharusnya cewek itu terkejut bukannya tertawa seperti sekarang ini.

Joya menutup mulut dengan telapak tangannya, berusaha menghentikan tawa. Setelah tawanya berhenti, cewek itu berkata, "Adik ipar tersayang, lo kan tau sendiri kalo gue cinta banget sama abang lo. Udah lama gue kepengin pacaran dengan abang lo. Sekarang masa gue harus nolak saat kesempatan itu datang? Bego banget kalo gue harus nolak."

"Tapi lo tetap nggak boleh jadian sama Gailan!" Ghazi masih bersikeras.

Joya memiringkan kepalanya, memasang wajah polos dan bertanya, "Emangnya kenapa?"

"Gailan ...," kata-kata Ghazi menggantung. Melihat sinar bahagia di mata cewek itu membuat Ghazi menelan ludah. Haruskah ia mengatakan alasan yang mendorong Gailan mengajak cewek di hadapannya itu berpacaran? Mendadak Ghazi diliputi rasa ragu. Namun, jika ia membiarkan mereka tetap jadian, Ghazi merasa itu salah. Sebab ia tahu Gailan hanya menjadikan Joya pelarian dan tameng buat menghentikan Hazel.

MODUS [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now